Tentang Besan Idaman

by - Wednesday, May 23, 2018

Kayakya sudah jadi kebiasaan deh kalau kena macet di jalan jadi ngelamun. Even lagi nyetir motor sekalipun. Kali ini ngelamunnya agak berat, cih. Tentang besan idaman. Huaa.... Padahal anak bayik masih kicik belum genap setahun dah mikir yang enggak2. Ini kalau cerita sama pak suami pasti langsung di suruh suutt suuttt mingkem, gak boleh mikir yang aneh2, biar enggak pusing. Hahaha...

Karenanya tetiba punya ide untuk berbagi pikiran dengan Mba Sist, yang lebih dikenal sebagai Mrs Muhandoko, yang katanya ada hubungan dengan kerajaan Enggres Raya. Halu tenan mbak-e, wkwkwk... Sesama ibu beranak cowok, memikirkan seperti apa kelak menantu dan besannya sebenernya menurut saya gak serumit jika anaknya cewek. Secara cowok kan yang menjadi pemimpin. Dan in reality, lebih banyak cowok yang akan membawa sang pujaan hati. Tapi berhubung lagi 'sela' (eh, disela-sela'ke ding) yasudah mari coba dipikir deh, sembari ditulis biar enggak lupa.


Baca punya Mrs Muhandoko disini ya: Besan Idaman

Sesungguhnya saya gak pengen banget ketika lagi mantu trus ada yang komen semacam "ih, jomplang banget sama besannya" (dih, padahal diri sendiri kadang komen gitu, baik di hati atau bisik2). Jadi yang pertama, saya pengen punya besan yang se-kufu alias setara, sepadan. Baik dari sisi status sosial, pendidikan dan pekerjaan. Dengan kesetaraan ini setidaknya meminimalisasi terjadinya konflik. Khusus dari sisi agama, saya pengen besan yang seagama dan Islamnya sama (bukan yang resmi sesat); alesannya simple, seagama saja kadang ada hal-hal yang kurang sreg, apalagi beda agama; pun saya mungkin termasuk yang tidak ingin anak/keluarga saya berpindah keyakinan dengan alasan apapun). Dan kalau misal lebih agamais/religius kayaknya no problem sih. Asumsi saya kalau ngerti agama berarti ngerti juga do/dont terkait anak, menantu, besan dan urusan rumah tangga, walaupun gak bisa digeneralisir juga siih...

Karena sejak kecil saya dididik untuk mandiri, besar kemungkinan saya juga akan menerapkannya pada anak. Salah satunya dengan membebaskan anak tinggal di mana sesuka dia setelah menikah nanti. Tentu saya bersyukur dan senang hati jika tinggalnya deket rumah. Kalaupun enggak semoga tetap rajin main ke rumah walau cuma sebentar, hehe. Naah, semoga sang besan juga sepemikiran, alias tidak 'memaksa' untuk tinggal serumah dengan anak mantunya, kecuali ada urgent matter ya mau gimana lagi...? Wong keluarga istana aja tinggalnya sendiri-sendiri kan, hahahaa *kok ku jadi halu yaa...* 

Dengan tinggal di tempat yang berbeda, saya juga berharap tidak banyak intervensi yang dilakukan. Tapi biasanya kalau anak cowok mah tetep cool yaa, yang suka baper kan mantu cewek 😂 (so, wahai para ciwi2, semoga nanti kalau jadi mantu ei, eike bisa pegang sifat ini yaa). Apalagi kalau sampai dapet besan posesif, hemm... jauhkan ya Rabb.. agar saya bisa main bersama anak cucu dengan santai dan nyaman. So, kriteria berikutnya adalah semoga besan saya nanti adalah orang yang asyik, easy going, dan baik hatinya. 

Selanjutnya, saya sangat menghargai besan yang hidupnya bisa mandiri baik secara finansial maupun non finansial; alias tidak terlalu bergantung pada anak, terutama jika masih sangat sehat dan bugar. Lalu tidak panikan dan tidak rempong, terutama dalam hal hajatan (apapun). Satu rikues khusus, pengennya yang anaknya enggak banyak-banyak, keluarga berencana lebih baik lagi 😌. 

Kalau dapat besan jauh gimana, Mak? 
Ummm.... feels good! Eh, jauh ya? Saya bukan orang yang rasis atau kedaerahan. Tapi sejujurnya jika dapat orang jauh yang terbayang adalah kasihan si anak kalau mudik lebaran. Kasian diri ini juga sih, karena pasti mudik lebaran sang anak bakal gantian. Tahun ini di besan, tahun berikutnya di tempat saya. Gimana daku bisa menahan rindu, uwuwuwu... Makanya pengennya nih.. kalau bisa Ahzapao dan anak2 saya nanti dapat jodoh yang jaraknya terjangkau aja... kalau 'peknggo' alias dapat tetangga? ... yaa, jangan deket2 amat juga sih, wkwkwkw..

Kira-kira itu sih yang baru kepikiran tentang besan idaman. Mungkin nanti bisa berkurang atau bertambah kriterianya. Sekarang sih gak mau dipikir banget-banget, karena tugas saya sekarang mendidik Ahza jadi anak yang baik agar kelak mendapatkan jodoh dan besan impian yang baik juga.... dan tentu saja memantaskan diri sampai saat itu tiba *halah, hehe*

Jadi gimana, mau ada yang nambahin colabs juga? Monggo loh jangan sungkan2, colek kita berdua ya... Saya dan Mba Nana. Hehehee...

\\


You May Also Like

1 Comments

  1. Haha mikire adoh polll mbaaa
    Isih bayiiik isih bayik wkwk

    Hmmm kolab karo aku yu

    ReplyDelete

Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)