Cerita Umroh: Persiapan Umroh bersama Balita

by - Thursday, February 14, 2019

Awal tahun 2019 suami mengajak kami sekeluarga untuk umroh. Sebuah perjalanan yang tidak hanya bertujuan wisata semata, tapi juga sarat akan ibadah. Berat! Yak bagi saya rasanya berat. Karena sejujurnya sejak wacana umroh ini digaungkan, saya masih belum begitu antusias. I feel like.... yakin loe? umroh bawa bocah? terus disana kan blablablaaa... banyak lah yang bikin saya masih ragu. Tapi ternyataaa.... *next part saya ceritakan*


Hari pun berlangsung cepat, sampai tibalah saat yang sudah dijadwalkan, yaitu akhir Januari 2019. Tentu saja semua persiapan harus sudah siap angkut. Kalau diingat-ingat betapa rempongnya saya melakukan persiapan. Sebab selain membawa Ahzo, saya sendiri masih menyusui. Otomatis perlengkapan yang dibawa -menurut saya- agak berbeda dengan yang kondisinya tidak sedang menyusui.

Biar gak bertele-tele, here it is, persiapan umroh ala mamak rempong:

1. Persiapan Paspor dan Visa

Dokumen yang disiapkan diantaranya: fotokopi KTP, KK, Akte Lahir, Ijazah terakhir (tentative), pas foto 3x4 dan 4x6. Urusan paspor bisa diurus sendiri jika belum pernah punya atau paspornya sudah inaktif. Sedangkan untuk visa diserahkan kepada travel setelah paspor jadi. 

Note: Ibu dengan balita mendapatkan prioritas ketika mengurus paspor, jadi antriannya tidak terlalu parah. Kemarin saya mengurus paspor di Kanim Jakarta Pusat, alhamdulillah lancar dalam sehari. 

2. Persiapan Bawaan untuk umroh

Ini bagian terempong dalam rangka traveling bersama bayi yang pernah saya alami. Fiuuhh!

Bawaan Mamak: baju-baju yang support menyusui dengan mudah. Kebetulan sekali selama ini saya hampir gak pernah beli baju menyusui berbentuk gamis. Padahal baju paling nyaman untuk umroh ya baju gamis, karena simple dan syar'i. Tinggal tambah legging atau dalaman celana panjang, kaos kaki dan kerudung. Bisa untuk langsung solat pula tanpa perlu mukena. 

Masalahnya adalah ya itu tadi, saya belum punya gamis busui. Ada sih gamis yang bukaan menyusuinya di depan, yang menurut olshop2 disebut sebagai busui friendly, tetapi TIDAK bagi saya. Saya lebih senang baju menyusui dengan bukaan samping tanpa kancing atau risleting. Karena lebih simpel, anti selip terus anti mbleber-mbleber bagian leher dan dada-nya 😂. Oleh karena itu.... mau gak mau saya beli beberapa gamis menyusui dengan bukaan samping. Tapi kemudian saya TEKOR. Hahahaa... Lalu munculah ide dengan hanya membeli baju manset kutung busui (merk-nya Mamigaya). Pas coba pakai ternyata rasanya nyaman juga, hehee. Bagian leher dan dada tetap aman karena gak kebuka full.... dan ajaibnya gak gerah sama sekali. Mantaps! 

Jadi ringkesnya, baju yang perlu dibawa oleh ibu menyusui ketika akan umroh, terdiri dari:

>> 7 gamis busui, baik yang bukaan depan maupun samping (campur) yang sifatnya bisa untuk keluar kamar hotel dan bisa untuk ibadah. 2 atau 3 berwarna hitam untuk ibadah umroh (karena untuk wanita tidak ada kewajiban berbaju putih, maka saya prefer pakai warna hitam). Sisanya gamis dengan motif bebas. Polos dan warna warni gak masalah. Ke-7 baju itu termasuk yang dipakai pas berangkat dan pulang. Pas disana baju bisa dipakai 2 harian tanpa ganti atau diseling-seling harinya. Karena disana dijamin tidak berkeringat, meskipun cuacanya panas.

>> 2 gamis baju tidur busui -- atau daster busui. Saya prefer yang punya bukaan samping biar menyusuinya lebih sopan dan nyaman. Karena kami sekamar dengan bapak dan ibu mertua.

>> 3 buah baju manset kutung busui Mamigaya sebagai dalaman gamis yang bukaan depan
>> 2 manset tangan panjang
>> 5 buah celana legging atau dalaman panjang untuk gamis
>> 5 atau 7 jilbab panjang yang disesuaikan dengan gamisnya
>> jaket, menyesuaikan musim. Biasanya kepakai saat di pesawat dan saat di Madinah, terutama saat subuh dan malam hari yang anginnya super kenceng dan dingin.

>> celana dalam kertas 20 pcs dan bra dengan jumlah menyesuaikan. Untuk yang tidak nyaman dengan celana dalam kertas bisa diakali dengan membawa panty liner agar tidak lembab, juga biar gak nambah jumlah baju kotor yang dibawa pulang, hehe.

>> 5-6 pasang kaos kaki wudhu yang ada bukaan depan
>> sepatu sandal (sepatu tentative, karena saya pun cuma pakai ketika berangkat aja, sampai sana lebih nyaman sendalan karena bolak balik masuk masjid jadi mesti lepas pasang).

Bawaan bocah: karena saya berangkat di awal tahun, cuaca disana relatif lebih sejuk dan cenderung dingin di sore dan malam hari, maka baju-baju yang saya siapkan untuk Ahzo lebih banyak berbentuk setelan panjang dengan bahan kaos katun. 

>> Untuk baju dan celana Ahzo bawa 30 stel. Buanyak amat?!! Emmm... banyak enggaknya relatif, karena saya ngitung untuk 12 hari, jumlah minimal yang mesti disiapkan ada 3 stel: 2 untuk ganti pagi dan sore, 1 untuk cadangan kalau misal bajunya kotor kena muntah, makanan, eek, dll. Jadi kira-kira seharusnya bawa 12x3 = 36 stel, tapi saya cuma bawa 30 aja, kalau bener2 kurang bisa cuci disana. Dari 30 stel itu, 5 diantaranya baju koko yang dipakai pas kegiatan ibadah umroh. Tapi aktual disana saya gak saklek Ahza harus pake baju apa, wkwkw... karena seringnya lebih milih baju yang paling nyaman sesuai suasana dan kondisi yang sedang dihadapi. 

>> Diapers isi 48 dan 24. Asumsinya juga untuk cadangan, barangkali sehari butuh lebih dari 4 karena bab dll. Aktualnya kepakai cuma 48 pas. Sisa yang 24 masih utuh. Dan kalaupun sampai kurang bisa kok beli di supermarket disana. Paling beda merk aja. Cuma untuk yang kulitnya sensitif ya mending bawa dari rumah saja dari pada kena ruam kan...

>> Kaos kaki beralas karet 2 pasang untuk di dalam masjid yang lantainya dingin.
>> Kaos kaki biasa 3 pasang
>> Sepatu 1 pasang

>> Gendongan. Nah ini nih... saya sudah menyiapkan diri kalau-kalau harus menyusui sambil gendong. Sebelum berangkat saya sudah 'training' hahaa... Eh aktualnya beneran kejadian. Lagi tawaf atau sa'i, tau-tau Ahzo minta nen, dan gak bisa dialihkan. Yasudah nen lah sambil tawaf atau sa'i. Pegel nyaa ampuun dijeee, tapi urusan terakhir laa itu 😂😂. 

Saya merekomendasikan gendongan model SSC kalau mau umroh atau traveling jauh dan lama. Kelebihan utamanya karena ringan, gak bulky jadi gampang dilipet dan dimasukin koper, tapi bisa menopang anak dengan kuat. Terus gampang dan simpel saat diaplikasikan. Yang terakhir tingkat membuat pegelnya lebih rendah dibanding jenis gendongan lain karena beban merata. 

Pengalaman kemarin saya bawa SSC dan hipseat. Bayangan saya, kalau pakai hipseat itu enak karena ada dudukannya, terus anak bisa hadap depan. Tapi ternyata kok saya merasa malah kurang nyaman. Terutama saat posisi menyusui yang otomatis bagian pinggang harus diturunkan, naah itu yang bikin mamak tambah pegel, pinggang semacam mau patah, huhuu... Sementara di Ahzo, saya lihat posisi kaki sudah M shape sih, cuma kok terlihat lebih ngawer-ngawer yak... Entah mungkin karena tidak terbiasa pakai gendongan model hipseat atau gimana yang pasti saya cuma pakai sekali saja. Selanjutnya full pakai SSC. Untungnya gendongan hipseat ini boleh pinjem dari temen, nilai plusnya si gendongan masih bersih deh, hehe... sementara gendongan sendiri jadi buluk karena full dipakai seminggu lebih.

Satu lagi tips tentang gendongan: bawalah gendongan (SSC) 2 buah, 1 untuk mama, 1 lagi untuk papa dengan posisi siap pakai disesuaikan badan masing-masing. Jadi ketika tiba-tiba anak pengen pindah gendongan ya tinggal pindah aja, gak perlu setting ulang yang cukup memakan waktu.

>> Stroler. Pilihlah stroler yang ringan khusus untuk traveling dan bisa masuk kabin pesawat. Stroler sangat berguna saat perlu membawa anak ke (halaman) masjid atau tour tapi kondisinya sudah tidur lelap. Oiya, stroler memang tidak bisa masuk ke dalam masjid, hanya bisa di halamannya saja. Jadi ketika umroh harus bawa bocah ya mau gak mau pasang gendongan lagi, atau sewa kursi roda seharga SAR 50 sekali pakai. Dan kalau terlanjur bawa stroler sementara posisi sudah di depan pintu masjid tapi ditolak oleh Asykar, tenang... di depan masjid ada loker yang bisa disewa seharga SAR 9 per 2 jam. Kejadian soalnya di saya. Wwkwkwk...

>> Toiletris anak: standar yang dipakai di rumah lah yaa... 
>> Tempat makan kecil-kecil untuk sangu makan atau kue-kue-an saat perjalanan dan di dalam masjid biar anak gak bosan. 
>> Jaket tebal dan tipis 
>> Minyak-minyakan, saya bawa minyak Kutus-kutus dan minyak telon
>> Obat-obatan emergency (parasetamol, oralit, zink) dan termometer
>> Buku cerita dan mainan - secukupnya dan pilih yang ringan
>> Snack ringan macem roti mari, pokky, biskuit oat, beng-beng, apapun laah yang anaknya suka
>> Oat dan bubur instan buat cadangan kali aja anaknya lagi gak mood makan nasi hotel >> btw ini eike bener-bener kelupaan, tapi tetep saya tulis disini barangkali berguna buat yang lain. 
>> Lauk-lauk kering: abon krispi, rendang kering dan kecap -- wajib bawa!

Bawaan papa:
Dari semua yang dibawa, punya papa adalah yang paling simpel. Hahhaa... Papa cukup membawa:
>> 2 baju koko
>> 2 stel baju koko atas bawah
>> 3 celana panjang
>> underwear disesuaika dengan hari 
>> 1 baju ihrom 
>> 2 kaos lengan pendek
>> 5 kaos dalam
>> 2 celana pendek untuk tidur
>> 1 jaket

3. Persiapan Vaksin

Sebenernya persiapan ini harus sudah dilengkapi sebelum membuat visa karena menjadi salah satu syaratnya. Vaksin yang kami lakukan ada 2 macam: Meningitis (wajib) dan Influenza (tidak wajib). Pelaksanaan vaksin meningitis kami lakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priok untuk dewasa, dan Klinik Inharmony untuk Ahzo. 


Mengapa memilih di Tanjung Priok? Karena antriannya tidak panjang alias cenderung sepi. Lokasinya juga masih bisa dijangkau dari rumah. Kami berangkat jam 7 pagi, urus administrasi, jam 8 kelar suntik deh... Lanjut vaksin influenza di Klinik In Harmony sekalian anter Ahza vaksin meningitis. Biaya untuk vaksin meningitis dewasa sebesar Rp 305 ribu.

4. Persiapan Sangu

Pamali gak sih share sangu disini? Hahahaa...

Anggep aja enggak lah yaa. Rasanya, sangu (duit) yang kami bawa enggak banyak. Karena memang gak niat belanja macem-macem. Oleh-oleh pun hanya untuk keluarga kandung. Beda dengan ibu mertua saya yang sebelum berangkat banyak kedatangan tamu (plus ngasih amplop, wkwkwk). Emang budaya di tempat tinggal suami ternyata begitu euy, lebih rempong hahaa...

Kami cuma menukarkan uang kurang lebih sepuluh juta rupiah saja menjadi SAR 2500. Angka segitu sebenernya kami putuskan random, dengan survei sikit-sikit kira-kira harga oleh-oleh di sana berapa. Alhamdulillaah sampai akhir acara kami bisa mengendalikan diri dari belanja yang tidak-tidak sehingga sangunya masih sisa lumayan, walaupuuun... ada yang bikin nyesel ugha kenapa ada yang gak jadi dibeli, padahal entah kapan bisa kesana lagi. Pelajarannya adalah: Saat traveling dan sudah kepincut sesuatu, ya mending menyesal sudah membeli dari pada menyesal tidak jadi membeli, HAAHAHA.... 

...................

Ya gitu deh kira-kira cerita umroh part 1 yang bisa saya bagikan.. Selanjutnya akan ditulis di lain kesempatan yaaa.. Stay Tune!

\\



You May Also Like

10 Comments

  1. wah jadi inget saat umroh , jd mau lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga nanti dikasih kesempatan ke sana lagi ya mbaa...

      Delete
  2. Kapan yaa..bisa umroh bareng krucil ginikk. Pengen banget Ya Allah T_T

    Semoga ada jalan dan dimudahkan. Amiiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insyaallah nanti pasti dapat kesempata mba.. aminn

      Delete
  3. Whoa ... Asyiknya umroh bareng si kecil. Aku setengah mati menahan rindu selama 12 hari karena anak-anak nggak ikut, dudududu ...

    Semoga dimudahkan untuk kembali lagi ya, Mbak. Aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, alhamdulillah. selain itu karena gak ada pilihan lawong uti akung yang biasa ngebantu ngasuh ahza juga ikutan soale. hehe.

      semoga next time bisa kesana lagi sama anak2 ya mba...

      Delete
  4. Save ah, lagi ada rencana juga bawa anak saat umroh. Makasih sharingnya mbak

    ReplyDelete
  5. saluuuut mba. aku ngerti banget rempongnya bawa anak saat umroh gitu.apalagi masih menyusui. dec kmrn aku umroh aja, anak2 akhirnya ga dibawa. rasanya aku blm siap :D. pdhl dibanding anakmu, anak2ku udh gedean dikit, 6 & 2.5 thn. pgn sih sbnrnya bawa mereka. Next bisa kesana lg, aku mau ajakin anak supaya mereka tau gmn nikmatnya ibdah di sana :)

    untuk yg belanja, prinsip kita sama :p. mnding nyesel beli, drpd nyesel krn ga beli hahahaha. jauuuh lg tempatnya :D. aku aja kalap beli parfum arab Al Musbah pas kmrn di sana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. naah iyaa kan, mending nyesel beli dah daripada sampai pulang masih kepikiran. hahaha...

      next time semoga bisa ke sana sama bocah ya mbaa..

      Delete

Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)