Cerita Umroh: Selayang Pandang Arab Saudi (2)

by - Wednesday, February 20, 2019

Cerita ini merupakan kelanjutan dari cerita sebelumnya tentang hal-hal yang saya lihat dan rasakan selama umroh kemarin. Semoga bisa terangkum semuanya di bagian kedua ini. Kalaupun enggak yaaa berarti lanjut ke bagian ketiga. Secara kalau cerita saya teh suka ngelantur kemana-mana sampai tahu-tahu udah sekian ribu kata. Hahaa...


 Foto di Jabal Uhud


Langsung aja ya...

16. Jangan kaget kalau bakal ketemu masjid yang kondisinya sederhana dan tidak luas. Kalau boleh jujur, menurut saya kondisinya kayak masjid2 di Indonesia jaman jadul atau yang ada di kampung2. Udah gitu tempat wudhu dan toiletnya bukan yang bersih berkilau, lawong lantainya masih pakai tegel dan cor-coran (sejujurnya pengen bilang toiletnya kurang bersih alias mohon maaf nih, kotor). Kondisi seperti itu nggak cuma di masjid2 persinggahan/ rest area lho, tapi juga masjid yang dipakai sebagai tujuan miqat haji/umroh, yang sudah pasti bakal dikunjungi oleh banyak jamaah. Saya saja belum bisa membayangkan pas musim haji gimana padatnya yaa... 

17. Kencing onta halal loh bagi yang penasaran mau coba. Khasiatnya bisa sebagai obat. Kenapa kok bisa halal? Menurut orang sana, di Arab menggunakan mahzab Hambali yang salah satu aturannya halal untuk semua yang dihasilkan/dikeluarkan oleh hewan yang halal dimakan. Lebih jelasnya silakan cari info yang lebih valid dari guru ngaji masing2 yaa... Nah berhubung kami jijikan, jadinya ogah deh mencoba kencing onta itu. Rasanya masih banyak minuman lain yang lebih enak dan masuk akal untuk dicoba, hehee

18. Sistem jual beli di sana kebanyakan masih menerapkan tawar menawar, termasuk di toko emas dan konter jam tangan ber-merk. Kecuali di supermarket atau konter resmi barang tertentu yang sudah mencantumkan harga fix. Kasih harganya macem di pasar tanabang atau mangga dua, tinggi! Tapi bisa ditawar sampai deal, walaupun turun harganya nggak yang anjlok2 amat. Misalnya harga awal sebuah gamis 70 riyal, setelah ditawar jadi 40-50 riyal. Mau beli emas pun begitu. Ngomong2 kalau beli perhiasan emas di sana modelnya banyak dan bagus2 loh, harga per gram nya juga nggak selisih jauh dg harga di Indonesia. Denger2 kalau dijual di Indonesia harganya tetap bagus. Sayangnya kemarin saya cuma berhenti di cek dan lihat2 aja, nggak berani beli karena memang nggak ada niatan beli. Nyesel nggak ? Sedikiiit... 😂

19. Sebagian besar souvenir oleh-oleh umroh dan haji bukan made in Arab Saudi. Malah kebanyakan made in Cina, Taiwan, India dan Turki. Mirip lah dengan Jepang yang oleh2nya pun makin jarang yang made in Japan. Yang made in Arab saya dapatkan dalam bentuk sajadah, Raudhah Rug, sajadah dengan motif Raudhah di Masjid Nabawi. Saya membelinya di Museum Qur’an yang diklaim paling original. Tapi pas di Mekkah, di lantai dasar Tower Zamzam, ternyata banyak yang jual dengan klaim yang sama. Harganya juga nggak jauh beda dengan yang di beli di museum. Malah di pasar grosir Jafariyah bisa ditawar lebih murah lagi...

20. Pakaian wanita khas Arab bentuknya abaya atau gamis longgar warna hitam. Sebenernya ada size nya mulai dari S dst. Awalnya saya beli sesuai size, eh pas saya coba kok kayaknya beda sizenya lebih ke panjang baju dan lengan saja. Lebarnya sama bok, ealaaah. Eh tapi kalau sizenya lebih dari XL mungkin beda kali yak lebarnya, saya kurang paham juga karena belanja bajunya hanya sampai size L. 

21.  Ternyata wanita sudah boleh menyetir kendaraannya sendiri dan bekerja di luar rumah. Saya lihat waktu perjalanan ke Jeddah ada mobil mewah (lupa merknya) warna merah yang ternyata dikendarai oleh wanita. Keren bener! 

Kalau yang wanita bekerja, saya ketemunya di supermarket Abraj dan Bin Dawood sebagai kasir. Bahkan mereka kerja sampai malam banget loh, jam 10-an kira-kira.

Oh iya, asykar atau pasukan masjidil Haram dan Nabawi kan juga ada yang wanita yaa, bahkan mulai dari subuh sampai malam hari. Hampir saja lupa, hehe.

22. Di Arab banyak sekali orang pakai mobil mewah. Berkali-kali saya ketemu sama jaguar, GMC, VW seri mewah dll. Tapiii, penampakan dari mobil-mobil itu buluk bin gembel. Terus orang-orangnya pada suka buka jendela dan bahkan ada yang merokok sambil nyetir. Padahal kan hawanya gurun yang panas berdebu gitu, kuat amat ya nyetir mobil nggak pake Ac. Beda sama saya yang kalau masuk mobil AC harus dingin, ndeso apa gmana ini ya, hahaa. 

23. Beberapa kali terlihat kumpulan mobil di pinggir jalanan atau di dekat pemukiman. Kayaknya sih parkir gitu, tapi rada-rada semrawut. 

24. Ketika pesawat mau landing, saya melihat kerlap kerlip lampu (rumah) yang bagus banget dari atas. Bikin penasaran. Dalam bayangan saya, kayak kumpulan rumah mewah ala istana. Eee pas siangnya, saya coba cari kok perumahan yg ada dalam bayangan susah ditemukan. Kebanyakan bentuk rumahnya berupa flat bercat krem dan nggak terkesan mewah sama sekali. Tapi nggak tau deh interiornya kayak apa, heehee. Rasanya hanya sekali dua kali saya nemu rumah ala istana (orang Madura) pas lagi tour. Mungkin itu rumah orang Arab yang zuper tajir 😁

25. Saya memyempatkan diri mencicip beberapa kuliner di sekitar Mekkah dan Madinah seperti kebab yang ternyata cuma ada isian daging ayam, nasi mandi ayam, jus buah dengan warna yang menggoda iman, dan ayam krispi Al Baik yang populer. Yang unik beberapa gerai toko makanan itu menerapkan antrian beda gender atau memisahkan wanita dengan laki-laki. Meskipun untuk antria wanita tetap dilayani oleh petugas laki-laki. 

Keunikan lainnya adalah toko pasti tutup pintu saat adzan solat berkumandang. Beberapa pegawai toko langsung bergegas ke masjid untuk solat. Tapi ada juga yang menundanya, dan lebih memilih istirahat sejenak dari jual beli. Makanya lebih enak transaksi jauh sebelum waktu solat tiba, biar gak riweh dan gubrak-gubruk yang mengakibatkan salah memasukkan barang, salah bayar atau salah beli. Saya mengalami nih soalnya. Pas udah keluar toko eh masih kurang jumlah barang yang mau dibeli, padahal sebelumnya udah dihitung dengan benar. Untung masih di sekitar toko jadi masih bisa balik lagi.

26. Saya melihat di beberapa bagian kota ada tempat bermain anak (play ground). Cuma selalu sepi dan dan sepertinya jauh dari pemukiman. Sempet ngebatin aja “apa iya ada yang mau main perosotan di tengah hari yang panas gini” yaak, hehe

27. Walaupun kalau siang suasananya panas (waktu saya kemarin kisaran suhu 29-30 derajat) tapi dijamin badan bakal jarang berkeringat. Jadi lumayan bye bye sama burket alias bau ketek. Kenapa ya bisa begitu? Padahal kalau dirasa ya nggak begitu lembab kok... 

28. Di mall besar banyak dijual baju wanita seperti umumnya. Maksudnya semacam dress pendek, celana jins, tanktop, dsb. Lah bukannya para wanita Arab kebanyakan pakai gamis abaya hitam yang longgar? Terus kapan pakainya ya baju-baju biasa itu? Begitulah yang sempat terlintas dalam hati.

Kemudian terjawablah dengan segera. Pas saya sedang ambil wudhu di toilet mall, terlihat beberapa orang yang menyampirkan gamisnya. Ternyata di dalam gamis hitam longgar itu beberapa pakai celana jins dan kaos biasa loh. Sepatu merekan juga cakep-cakep dan bermerk. Fashionable laah... Oooo jadi begitu to..., atau bisa jadi kalau di dalam rumah mereka pakaiannya ya biasa aja kayak kita pada umumnya. 

29. Sebelumnya saya pikir semua wanita di Arab jilbabnya selalu syar’i yang menutup dada. Kenyataannya enggak semua loh. Banyak juga yang pake jilbab pendek asal dililit di leher dan kepala. Ada yang ditambah cadar, ada juga yang enggak. Terus banyak juga yang pake kerudung ala India yang beberapa helai rambut masih kelihatan. Bahkan beberapa orang tidak berkaos kaki sementara gamisnya nggak bisa nutup sampai kaki. Kalau pas solat cuek aja gitu, nggak bawa mukena. Yang begini memang agak beda dengan yang diajari guru ngaji saya tentang syarat sahnya solat dari sisi pakaian. Tapi apapun itu kita nggak bisa main judge, kita nggak pernah tahu mana yang bakal masuk surga siapa duluan kan? Yang penting kita yakin pada apa yang sudah kita pelajari sepanjang referensinya jelas...

30. Semoga terakhir yaak, hehe. Sebelum packing saya sempat memasukkan kartu Starbuck ke dalam dompet, barangkali mau nyicip kopi Starbuck ala Arab. Waktu itu nggak expect nemu gerainya sih. Ealaah ternyata di halaman masjid Nabawi dan di mall sekitar Masjidil Haram terpampang nyata si gerai berlogo merak hijau. Sempet nengok harga kopinya yang ternyata 11 12 dengan Indonesia, makanya langsung nggak jadi beli. Rasanya kok sayang gitu jauh-jauh ke Arab belinya Starbuck hahaa... Dan lagi aslinya saya bukan maniak kopi kok, biasanya kalau beli karena ngikut diskonan temen dan sedikit gaya-gaya-an, wkwkwk. Selain si gerai kopi, ada banyak gerai fastfood yang biasa kita temui di Indonesia seperti KFC, Mcd, Carls Jr, Texas, Burger King, dll. Jadi buat kamu kamu yang comfort food-nya berupa junkfood eh fastfood jangan sedih dan khawatir, dijamin gak bakal kecewa. Apalagi pas di Masjidil Haram yang sekelilingnya adalah mall-mall besar, bakal lebih gampang cari makanan siap saji tsb.


———

Kira-kira begitu cerita selayang pandang ala saya. Sambil saya ingat-ingat lagi ada yang belum ditulis atau enggak. Sambunganya setelah postingan-postingan yang lain biar nggak pada bosen. 



\\




You May Also Like

1 Comments

  1. kangeeen ih ama tanah suci :D. pgn ksana lg, tp nunggu 2 thnan, supaya ga kena visa progresif mba hahahaha..

    ustad yg wkt itu jd guide pernah bilang, dia prnh masuk ke rumah2 org arab ini, yg kliatan biasa dr luar, kotak2 bntuknya, tp di dlm ternyata baguuus, dan mewah. jd kesannya rendah hati yaaa :D

    ReplyDelete

Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)