Ahza Terkena Pneumonia

by - Thursday, April 18, 2019

Break dari cerita umroh dulu ya gaes, biar gak bocen. Hehe... Karena sejujurnya daku masih menyusun lanjutan ceritanya, biar lebih runtut dan enak dibaca *ngeles: mode on*


Kali ini mau cerita tentang Ahza yang beberapa waktu lalu sempat rawat inap di RS karena sakit. Untuk pertama kalinya Ahza mesti diinfus. Hati mamak mana yang enggak potek?

Jadi pas 2 hari terakhir umroh sebenernya Ahza sudah demam dan ada tanda-tanda mau batuk pilek. Demamnya bahkan sampai 39-40 dc. Biasanya nggak setinggi itu. Karena bawaan Ahza masih ceria, jadi saya masih biasa saja, dalam artian tetap waspada tapi nggak kemrungsung. Ahza sempat muntah 1x gara-gara minum obat, mungkin karena mulutnya pahit dan perutnya enggak enak. 

Pas jadwalnya tawaf wada' (tawaf pamit ke Ka'bah) kondisi Ahza membaik. Doi nggak rewel dan rungsing, masih mau makan dan minum, hanya saja badannya masih agak anget. Makanya saya putuskan untuk tetap ikut tawaf wada' barengan dengan rombongan. Kapan lagi kan yaa, walaupun setahu saya hukum tawaf wada' tidak wajib (hanya dianjurkan) bagi jamaah umroh. Lalu setelahnya kami bersiap untuk pulang ke Indonesia.

-----

Begitu sampai ke Indonesia, kondisi Ahza masih demam naik turun dan mulai nampak beneran batuk dan pilek. Ditambah lagi kami serumah (saya, suami, akung dan uti) juga mulai flu - batuk pilek demam, yang sepertinya bawaan dari Saudi. Total hari Ahza batuk pilek (yang pertama) kira-kira semingguan. Setelahnya, Ahza sehat seperti biasa. Ceria dan aktif luar biasa, makan dan minum juga seperti biasa. 

Dua minggu kemudian, tahu-tahu Ahza demam lagi. Mirip seperti demam waktu di Mekah. Malamnya demam tinggi, siang turun dan tetap ceria. Tapi kecerian di siang hari itu hanya berlaku untuk hari pertama dan kedua saja. Makanya saya tetap berangkat kerja karena Ahza masih bisa ditinggal. Hari ketiga - hari Sabtu, tiba-tiba si bocah lemes banget, demamnya juga nggak turun dari sejak semalam. Sudah beberapa kali dikasih parasetamol demamnya tetap diatas 38 dc. Udah gitu, Ahza nggak mau makan dan minum sama sekali, even air putih. Maunya nen terus. Bener-bener nen terus, yang kalau dilepas nangis. Dan setiap nen langsung ngliyep ngantuk gitu, tapi ya enggak nyenyak, karena masih berasa dan kebangun setiap kali dilepas. Saya jadi nggak bisa ngapa-ngapain kan, dan berasa aneh banget sama kondisi Ahza, baru kali ini sakitnya sampai selemes itu. Biasanya sesakit-sakitnya masih bisa becanda, main vespa2an, tendang2 bola, petak umpet, dll. Ini nggak blas. S A M A S E K A L I!

Saya dan suami mulai panik. Akhirnya, siang-siang kami putuskan untuk periksa ke dokter di RS. Di RS Ahza masih lemes dan demam. Waktu dicek, suhunya 39 dc. Oleh suster dilaporkan ke dsa nya, lalu oleh dsa nya dikasih obat penurun panas yang melalui dubur. Lalu saya dan suster eyel-eyelan karena toh Ahza nggak kejang, dan pemberian penurun panas melalui dubur menurut buku-nya dr Apin belum diperlukan dan nggak langsung instan bikin demam turun juga. Tapi yang namanya di RS sudah punya SOP (yang kurang pro RUM) jadinya saya kalah. Ahza keburu dikasih obatnya. Huft....

Hasil cek dokter, Ahza diminta untuk rawat inap (ranap) karena kondisinya yang sudah lemes banget. Sejak berangkat dari rumah, saya memang sudah mempersiapkan hati kalau Ahza harus ranap. Pertimbangannya karena Ahza bener-bener lemes, cuma mau nen doang. Barangkali kalau ranap jadi membaik karena kebutuhan cairannya bisa dibantu dengan infus. Saya juga tidak pusing mikir dan riweh bikin menu makan Ahza. Wong tiap dilepas dari gendongan bocahnya nangis...Dan lagi kalau di RS saya jadi bisa lebih fokus menjaga Ahza, ijin kerjanya juga lebih gampang karena ada surat keterangan yang jelas. Perkara potensi infeksi nosokomial dari bakteri-bakteri di RS agak saya kesampingkan agar lebih fokus pada pemulihan Ahza. Saya banyakin doa saja atas ikhtiar ini.

-------

Hingga 4 hari di RS kondisi Ahza masih sama: lemas karena tidak mau makan dan minum. Juga rewelan terutama kalau lagi dijenguk orang -- maka dengan tanpa mengurangi rasa hormat sejujurnya saya paling males dijenguk waktu itu. Karena Ahza jadi rewelan dan gendongan terus. Dokternya bolak balik nanya sudah mau makan? Saya hanya bisa bolak balik bilang belum. Sampai 4 harian saya nggak berani paksa Ahza makan. Takut trauma, wong disuntik aja bikin dia klenger, apalagi sampai dipaksa makan.

Oiyaa, saya baru tahu diagnosa sakitnya Ahza itu pas hari ketiga: Bronkopneumonia atau Pneumonia. Beberapa ciri yang nampak di Ahza adalah: demam tinggi beberapa hari, batuk pilek berdahak kental, napas berat/sesak (seusia Ahza napas normalnya <= 40x/menit; sementara Ahza lebih dari itu, bahkan sampai 60x/menit), lemas dan cepat ngantuk, napsu makan/minum menurun drastis - tidak mau makan dan minum selain asi langsung). Selebihnya googling aja sis di situs2 kesehatan terpercaya (salah satunya ini: ichrc - pneumonia). Diagnosanya dibuktikan dengan cek darah dan foto ronsen, sama satu lagi: saturasi oksigen (?), tapi Ahza kayaknya gak dicek deh, karena secara kasat mata saja napasnya terlihat ngos-ngosan walaupun lagi lemes dan tiduran terus...

Hari ke-5, akhirnya saya pakai jurus paksa biar Ahza mau makan. Mesti kuat mental dan bismillah bener memang karena penolakannya pol-polan. Walaupun begitu, setiap kali sendok masuk mulut dia mau telan loh. Berarti kan sebenernya Ahza pengen makan cuma mungkin males karena badan sedang nggak fit. Menu makan Ahza saya kombinasi antara menu RS dan bubur instan, tapi Ahza lebih sering maunya yang bubur instan, mungkin karena teksturnya lebih lembut jadi langsung bisa ditelan tanpa effort.

Sampai hari ke-5 Ahza masih sering demam di malam hari. Sesak napas juga dan masih belum ceria. Jangankan ceria ya, senyum saja enggak. Semua mainan dianggurin, ditawari tontonan juga nggak digubris, dikasih cemilan kesukaan pun nggak mau. Terserah Ahza banget lah pokoknya.

Selain obat, Ahza juga di fisioterapi dan uap untuk meringankan dahak yang menempel di paru-paru. Ahza juga akhirnya dibantu nutrisi cair dalam bentuk infus untuk mem-boost kebutuhan protein. Tetap minum zat besi dan vitamin C. Dan tentu saja diberikan antibiotik untuk pengobatan pneumonia-nya (Penyebab pneumonia bisa karena bakteri, virus dan jamur. Ahza kemarin karena bakteri).

 Foto Ahza waktu sakit kemarin, di foto ini kondisinya sudah mulai membaik 
dan sudah mau senyum sedikit-sedikit


Singkat cerita, Ahza ranap sampai 12 hari. Dari hari pertama sampai ke-7 suasananya masih sendu, lemas, nggak ada senyum, tiap terapi nangis, pokoknya kelabu lah. Mulai hari ke 8 senyum Ahza sedikit-sedikit mulai nampak. Hari ke-9 udah mau turun ke lantai sambil mainan mobil-mobilan, nonton video, dan ketawa-tawa. Sayangnya dokter belum mengijinkan pulang karena napasnya masih ngos-ngosan. Hari ke-10 dan 11 masih sama kayak sebelumnya tapi sudah lebih baik. Hari ke-12 baru boleh pulang deh, tanpa dibekali obat tambahan. Yeaay! Berarti pemberian obatnya sudah maksimal selama di RS. Jadi pas pulang hanya dibawakan Maltover dan Vit C saja untuk melanjutkan terapi ADB.

-----

Apa yang bisa diambil dari kejadian ini?

Tentu saja rasa syukur akan sehat. Rasa syukur saat Ahza sedang dalam kondisi berisik, berantakin rumah, ugal2an naik vespa/mobil2annya, mewek-mewek manja nyariin mama/papanya sambil minta gendong padahal kita lagi rempong, dan lain-lain. Karena ternyata saat semua 'keramaian' yang dibuat Ahza tiba-tiba menyepi, hati saya juga ikutan sepi. Hikss 😢. Walaupun sebenernya saya termasuk yang masih bisa mengendalikan diri untuk tidak sering mengeluhkan tingkah laku Ahza, kecuali kalau lagi susah makan... Bagi saya, sangat nggak masalah rumah awut2an, mainan berserakan, buku-buku pada sobek yang penting karena Ahza sehat dan ceria.

Selain itu, saya bersyukur bener 12 hari kemarin bisa full time bersama Ahza dari subuh sampai ketemu subuh lagi. Juga lebih banyak waktu berdua, karena papanya tetap harus bekerja (toh kantornya cuma selemparan batu dari RS, hehe). Pokoknya biarpun hati perih, tapi tetep rasanya that was an amazing opportunity to us, to strengthen our bonding, eaaaaak! Walaupun di hari ke 10 saya sudah diminta untuk kerja lagi karena ada hal yang urgent (yang awalnya bikin saya 1000% kzl!).

Ajaibnya selama saya ngantor, Ahza berubah menjadi very-very good boy bersama uti dan tantenya, dan everything goes well. Tetiba Ahza lebih nurut untuk makan, minum obat dan terapi. Yang tadinya setiap terapi uap nggak mau pakai sungkup, padahal saya nggak paksa, eh sama tantenya malah nurut. Ini bukan berarti sebelumnya Ahza nggak manner, hanya sepertinya doi maunya cuma nemploook dan uwel-uwelan manja kalau saya yang tungguin. Maem pake merajuk, terapi pakai mewek, tapi untungnya setiap saya perlu ke kamar mandi atau solat Ahza anteng dan mau dikasih tahu. Hih dasar bochah wuchu!

Sama satu lagi yang jadi catatan buat saya dan papanja: kami jadi makin waspada sama yang namanya asep dan debu, baik itu asep rokok, jalanan, obat nyamuk, dan sebagainya. Karena asep dan debu bisa menjadi pemicu terjadinya pneumonia. Kami juga makin hati-hati kalau membawa Ahza main terutama yang sifatnya outdoor dan banyak orang, misal motoran beli makanan ke warung, pasar atau kemana gitu. Walau sebelumnya pun sebenarnya kami jarang mengajak Ahza motoran atau makan di luar yang kondisi warungnya terbuka, cuma yang namanya bakteri dan virus ternyata bisa datang dari mana saja yang kita nggak tahu pasti.


-------

Gitu deh kira-kira cerita pas Ahza dirawat kemarin. Doakan semoga selamanya sehat-sehat terus yaa.... dan dijauhkan dari penyakit-penyakit lainnya...


\\




You May Also Like

3 Comments

  1. Amiiin ya rob, sehat terus mas ahzaaaaa

    ReplyDelete
  2. Alhamdulilah Ahza sdh sembuh, anakku yg no 1 pernah kena jg pas adiknya baru lahiran, seminggu adiknya lahir dia nginep di rumah sakit

    ReplyDelete
  3. sehat sehat ya maass. abis ini maem yang buanyaak

    ReplyDelete

Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)