Ojo Dumeh, Karena Kehidupan Selalu Berputar

by - Friday, August 30, 2019

Seperti biasa, kalau saya posting tulisan baru tuh berarti lagi teringat akan sesuatu. Kali ini trigger-nya setelah membaca tulisan simbok Olenka tentang ridho suami untuk istri yang bekerja. Tapi saya gak akan membahas tentang istri bekerja atau working mom kok. Cumaaa, mungkin tulisan ini masih ada kaitannya, sikit.


Jadi waktu dahulu kala, saya punya kenalan, sebut saja namanya X. Awalnya kami masih sama-sama kuliah, cuma beda kampus. Tapi saya lebih tua, makanya ndilalah lulus duluan. Setelah lulus saya kerja.

Suatu hari si X WA di grup tentang bagaimana peranan wanita dalam Islam. Awalnya aman tuh tulisannya. Masih general. Dan karena wa-nya ke grup, aman dong, kan ditujukan untuk semua member grup yang saat itu masih sama nasibnya, ada yang masih kuliah ada juga yang sudah kerja. Saya juga anteng aja, kadang baca sekilas doang, sesempatnya waktu.

Saking seringnya, kok lama-lama tulisan yang dikirim bahasanya menuju ke arah nyinyir bin julid alias gak seimbang. Arahannya lebih ke "wanita ki nek keluar rumah baik dalam rangka kerja atau pun bukan hukumnya haram". Mutlak HARAM. Lebih detailnya saya lupa. Selain itu pernah juga mengirim tulisan tentang "parenting dan anak" yang meme-nya kalau gak salah semacam "anak kok dititipin/ditinggal kerja oleh ibunya". Gitu-gitu lah....

Karena saking seringnya mengirimkan pesan yang tendensius, ditambah status saya waktu berbanding terbalik sama artikel2 yang dikirim lama-lama jadi merasa dipojokkan. Iki wong maksudnya gimana gitu. Kenal juga gak gitu akrab, tau2 nongol di grup, eh kok iseng amat ngirim tulisan yang kontroversial. Akhirnya saya tegur deh. Lama-lama ngilang tuh orang. 

Long story short, saya nemu dia lagi di sosmed. Statusnya sudah berubah. Sudah punya suami dan anak. Dan kabar terakhir malah bekerja di sebuah instansi yang menurut saya cukup terikat. Terikat secara hukum dan gengsi pastinya, karena termasuk profesi yang diimpikan jutaan orang. Anaknya gimana dong? Ya dititipin lah, masa dibawa kerja? Saya tahu karena ybs pernah menuliskan status.

Sampai disini saya boleh ketawa gak ya? Kalau pun enggak, saya kasih senyuman tipis aja ya. Ya gimana, duluuu pas belum mengalami kayaknya seneng amat ngirim tulisan-tulisan yang beda jauh sama kondisinya sekarang. Kalau saya boleh berkata kasar maka saya akan bilang "mamam tuh status working mom = haram" 

Disklaimer dulu yaa: saya tuh bukannya mau membangga-banggakan status working mom dan menafikkan hukum2 islam terkait sebaiknya wanita muslim harus bagaimana. Yang saya garis bawahi adalah janganlah merasa sombong atas apa-apa yang bahkan belum pernah dilakukan atau dirasakan. Jangan mentang2 lah intinya. Kalau meyakini sesuatu tapi ternyata orang lain tidak setuju ya jangan "seolah-seolah" dijejali terus. Kecuali yang berkaitan sama syariah kali yaa.. beda cerita kayaknya. Karena kalau kejadiannya jd kebalik gini kan siapa yang malu? *kalau masih punya rasa malu* siih... Dan untungnya kejadiannya adalah hal yang baik, coba kalau enggak?

--------------------------

Satu lagi cerita yang masih ada kaitannya dengan Ojo Dumeh. 

Dulu, saya pernah diajakin umroh oleh seorang teman. Biasalah ajakan pertama semanis madu. Apalagi biayanya murah meriah, cuma belasan juta bisa ke tanah suci. Karena memang belum menjadikan umroh sebagai prioritas waktu itu, ya saya tolak halus promosinya. Tidak gentar dengan penolakan, teman saya ini, sebut saya Y, kembali mengirimkan rayuan2. Halus halus haluuuus, eh kok lama-lama mengarah ke nyinyir. Pake bilang "untuk apa sih duit dicari kalau bukan untuk ibadah, blablablaaa...., apalagi ini mumpung harga murah, bisa cicil, jamaahnya ribuan loh, dijamin terpercaya....." Selain promosi yang makin mendekati hard selling, dia juga cerita kalau abis mengumprohkan ortu dan mertuanya, biar berkah harta yang dipunyainya. Kembali dengan mengantarkan berbagai nasihat dan ayat-ayat melalui pesan BBM, waktu itu. Seriiiing bgt. Karena keseringan, lama-lama saya jengah. Saya read aja BBM-nya. Saya tanggapi seperlunya. Kok nyinyirnya makin menjadi. Tapi saya cuekin sampai wes mbuh, lambat laun gak pernah BBM lagi. Alhamdulillah.. cuma mbatin "segitunya mau promosi hal ibadah kok malah bikin dongkol"

Beberapa tahun kemudian *cem dongeng, biar dramatis* muncullah berita tentang travel umroh dan haji yang bangkrut karena ownernya korupsi (?) alias bawa kabur uang jamaah sehingga banyak jamaah yang batal berangkat umroh. Tahu dong travelnya apa? Iyaa yang rame nan heboh beberapa tahun yang lalu itu. Seketika saya langsung ingat, sepertinya dulu yang ditawarkan ya si travel yang heboh itu. Untuuuung saya teh gak jadi ikutan. Coba kalau ikut, belum tentu juga saya berkesempatan umroh beneran, karena info yang saya dapatkan waktu itu memang ada antrian 2-3 tahun bahkan lebih setelah mendaftar. Ya harga murah mau gimana kan? Setelah itu, tiada kudengar lagi kabar si temanku, di sosmed pun nampak jarang aktif ~

---------------------

Kesimpulannya: Jangan mentang-mentang jadi orang. Jangan merasa paling benar, apalagi kalau gak yang terlalu prinsipil. Berlaku untuk semua hal. Karena siapa yang tahu masa depan kita akan seperti apa. Nasib orang itu sifatnya gak saklek, alias bisa berubah sewaktu-waktu. Bisa jadi sekarang kamu jadi ibu rumah tangga, tahunya besok jadi ibu bekerja. Bisa jadi sekarang anakmu diasuh orang lain, eh besok diasuh sendiri. Bisa jadi barang yang kamu promosiin sekarang laku keras, besoknya melompong gak ada yang beli. Dan bisa jadi bisa jadi yang lain. 



\\








You May Also Like

2 Comments

  1. permisiiiii...numpang senyum boleh nggak? hahaha.

    iyo setuju sama postinganmu yang ini mak. ayo post lagi donk, kangen bacain blog yang seperti ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. numpang ngakak juga boleh loh, kanjeng tetanggane royal family... cilukba!!

      Delete

Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)