Cerita Umroh: Hari-hari Terakhir di Mekkah dan Belanja Oleh-Oleh

by - Thursday, August 01, 2019

Masuk hari ke-8 atau hari ke-4 di Mekkah, agendanya adalah wisata ke Museum Al Moudi dan umroh sunnah yang diakomodasi oleh travel.


Saya dan rombongan berangkat ke Museum Al Amoudi setelah makan pagi. Museum ini berisi sejarah dan miniatur Arab tempo dulu hingga modern. Yang unik dari museum ini adalah bangunannya yang sangat sederhana dan semi terbuka. Saking sederhananya, bentuk pintu masuk pun biasa saja, macem pintu di rumah-rumah penduduk Arab Saudi. Bahkan dari luar tidak terlihat seperti tempat wisata... Dan seingat saya nggak ada papan nama di luar gedung museum. Ditambah lagi lokasinya berada di pinggir jalan besar yang sepi karena tidak ada bangunan lain di samping-sampingnya.

Foto-foto di Musium Al Moudi, eh terakhiran nemu hp jadul...


Begitu masuk pun isinya yaaa gitu deh, membuat saya agak underestimate, wkwk... Cuma ada satu pajangan yang menarik perhatian saya: Nokia 7600, hape tercanggih di jamannya, yang pernah saya punya, hehehe... Karena kurang begitu tertarik plus hawanya panas menyengat saya jadi kurang antusias untuk foto-foto. Saya cuma fotoin suami dan bapak ibu mertua saja yang pas di sana nampak lebih ceria.

Agenda setelah dari museum adalah umroh sunnah. Kali ini mengambil niat di Hudaibiyah. Berhubung Hudaibiyah terkenal dengan peternakan unta, jadilah rombongan mampir dulu sebelum miqat. Tentu Nja - eh saya dan papanya Nja seneng dong, karena mimpi Nja bakal beneran kesampaian. Nja bertemu unta yang nyata, hehe.

 Nampak depan Museum Al Moudi, replika Hajar Aswad, 
dan patung/ awetan singa

Jarak Masjidil Haram ke Hudaibiyah kira-kira 20-30 km. Sepanjang perjalanan kami melewati gurun-gurun yang gersang dan panas. Tone-nya orange coklat semua. Tapi rasanya exited banget dan pengen turun buat foto-foto dengan latar gurun. Setelah kurang lebih 40 menit, bus berhenti tepat di depan kadang unta yang ada di tengah-tengah gurun. Mata Nja yang tadinya liyep-liyep langsung segar pengen segera melihat unta. Hehe.

Akhirnya Nja foto sama para unta, papah minum susu unta, dan yang kuning adalah 
kencing unta yang... hueek, hehee


Ada banyak unta di dalam satu kandang. Nggak cuma yang besar, yang kecil pun ada. Lucu banget kayak Nja, wkwk.. Kita semua berfoto bersama di depan unta. Pokoknya sepuas-puasnya narsis... Yang menarik, di dekat kandang unta ada penjual susu dan kencing unta. Susu dan kencing tsb diambil langsung dari unta-unta di kandang, tanpa melalui proses pemasakan.

Wait... kencing unta? Untuk apa?

Menurut mahzab Imam Hambali yang banyak dianut oleh warga Saudi, kencing unta hukumnya boleh dikonsumsi (minum) sebagai obat. Berani coba? Kalau saya, susunya aja ogah apalagi kencingnya, hahhaa. Beda dengan Papanya Nja. Dia masih mau mencoba susunya, sementara kencingnya dia ogah juga. Padahal sebelumnya kayak yang penasaran gitu, dan begitu lihat cara si penjual menadahi kencing, dia langsung merasa 'huek', hahahahah..... Menurut Papanja, rasa susunya manis tipis, dengan semburat aromanya prengus, HAHAHA. Mungkin karena tidak dimasak dulu kali yaa jadi baunya masih asli.

Setelah puas berswa foto dengan unta, rombongan diminta kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan menuju masjid Hudaibiyah. Tujuannya tentu saja untuk mengambil miqat dan salat ashar.

Nampak depan Masjid Hudaibiyah yang sederhana, jalan raya di depannya, dan tembok masjid
 yang ada coret2annya --- hemm... dimana-mana orang bisa aja bikin "karya" yaa..


Masjid Hudaibiyah bentuknya sederhana. Jauh dari kesan modern. Mirip dengan masjid-masjid di kampung yang belum tersentuh modernisasi. Karena sebelum-sebelumnya sudah bertemu masjid dengan bentuk yang sederhana, maka waktu kesini pun saya nggak kaget lagi. 

Selesai miqat lanjut pulang ke Mekkah untuk solat magrib dan umroh sampai malam. Saya sendiri pulang ke hotel setelah solat dan istirahat bersama Nja. Umroh kali ini jatahnya papa.

----------------------

Hari kelima di Mekkah: Jumatan di Masjidil Haram dan menjelajah Tower Zamzam

Jumatan kali ini saya niat banget untuk memperbaiki persiapan. Biar nggak kayak pas di Madinah. Persiapan yang saya perbaiki diantaranya membawa cemilan lebih banyak, buku cerita, dan hape full charge, khususon untuk meng-entertain Nja. Berangkat ke masjidnya juga lebih awal, kira-kira pas waktu solat Duha, biar dapat tempat yang nyaman. Sengaja begitu sebagai antisipasi karena sudah pasti hari Jumat masjid lebih penuh orang. 

Alhamdulillah misi jumatan di Mekkah lancar jaya. Dan benar saja, suasana masjid jauh-jauh lebih ramai dibanding hari biasa, karena Jumat adalah hari raya. Paling berasa pas keluar dari masjid, harus umplek-umplekan sama orang meski sudah di latar masjid.

Selesai Jumatan, saya mengajak PapaNja keliling lantai -1 dan -2-nya Tower Zam-Zam. Cuci mata gitu loh, barangkali dapat oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Btw, lantai -1 dan -2 adalah shopping mall. Suasananya mirip ITC-ITC di Jakarta tapi lebih lengang. Barang yang dijual mulai dari baju gamis, koko, sajadah, parfum hingga mainan. Harga jualnya bisa grosiran, bisa pula satuan. Yang pasti harganya masih bisa ditawar. Sebelumnya saya sempat membeli gamis di Masjid Jironah, harga 25 riyal. Nah di lantai -1 dan -2 ini ada juga gamis sejenis dengan harga lebih murah 5 riyal/pcs   jadi sekitar 20 riyal-an. Tapi saya nggak nemu model yang semenarik di Jironah. Menurut saya modelnya malah lebih bagus dan lengkap di Jironah, padahal jualannya ala kaki lima gitu. Makanya saya tidak menyesal selisih 5 riyal lebih mahal tapi modelnya saya suka.

Hasil cuci mata di lantai ini: baju-baju koko kecil untuk Nja dan ponakan-ponakan, sajadah Raudhoh, dan mainan untuk Nja karena tetiba dia kepincut toko mainan yang posisinya tepat di depan toko baju.

-------

Memasuki hari ke-enam di Mekkah Al Mukaromah. Hari yang semakin dekat dengan kepulangan. Hiks...

Biar sedihnya nggak berasa-berasa amat maka hari ke-enam dijadwalkan sebagai waktunya belanja yang beneran. Yeaay! Belanjanya ke Pasar Jafariyah, yang terkenal sebagai pusat grosir di Mekkah. Tapi agenda ini bukan jadwal resmi dari travel, yang artinya ongkos transport ditanggung sendiri dan patungan, meskipun aktualnya tetap disubsidi dari travel juga sih, 😬



Pergi ke Jafariyah menambah pengalaman saya naik taxi dan angkutan orang Arab. Taxi di sini banyak yang pake mobil mewah, macam Camry dan BMW. Meski dari seri mewah, dalemannya belum tentu mevvah loh gaes! Malah yang saya tumpangi kemarin buluk sebuluk-buluknya. Udah gitu bau rokok dan debu. Dan saya perhatikan orang-orang sana banyak yang buka kaca saat naik mobil karena disambi merokok. Bangkunya juga reyat reyot dan AC-nya nggak dingin. 

Taxi saja begitu, apalagi angkotnya, hahaha.. Angkot yang saya tumpangi waktu berangkat, pakai mobil mirip Grandmax. Diisi full sampai empet-empetan sampai saya kuatir Nja kegencet.

Itu dari sisi kendaraannya. Dari sisi supirnya nggak kalah bikin ngelus dada. Ngebutnya bok edan! Manuvernya juga sembarangan. Oiya, supir taxi maupun angkotnya bukan orang Arab asli loh, mereka banyak dari India, Bangladesh atau Pakistan. Konon katanya orang Arab asli nggak banyak yang bekerja di sektor seperti ini.

Jarak Mekkah ke Jafariyah rasanya tidak jauh, hanya menghabiskan 20 menit saja. Sampai sana saya cukup takjub melihat suasananya. Bukan takjub kagum tapi lebih ke bertanya-tanya. Hahaa. Karena bentuknya semacam ruko-ruko di pasar tradisional gitu lah. Kayak pasar Mester Jatinegara tapi cuma satu lantai. Seingat saya ada AC tapi orang bebas merokok. Ini yg bikin saya jadi kuatir sama Nja. Tapi mau gimana lagi sudah terlanjur ya udah lah yaa... fokus belanja aja.

Apa saja yang bisa dibeli di Pasar Jafariyah Mekkah?

1. Tentu saja gamis, abaya dan koko khas Arab. Ada banyak sekali model dan warna, walau sebagian besar hitam. Harga mulai dari 20 riyal untuk ukuran dewasa  dan 15 riyal untuk ukuran anak. Atau kalau dirupiahkan sekitar Rp 60-120 ribuan. Saya beli beberapa abaya untuk ibu, adek, dan beberapa sodara. Juga untuk ponakan. Dan tentu saja untuk diri sendiri biar nggak ngiler sekalian, agak aji mumpung sih jatuhnya hehehee...

2. Sajadah. Ini suami dan bapak mertua yang beli. Macem dan motifnya segala rupa. Tinggal pilih mau yang apa dan harga berapa. Harga mulai dari 10 riyal.

3. Karpet rasfur ukuran sedang (kurang lebih 100x150 cm). Ibu mertua dan sodara lain yang beli ini. Saya kira sebelumnya keinginan ibu mertua untuk beli ini hanya wacana. Eh kok beneran jadi. Nggak cuma 1 lagi, tapi lebih dari 10 lembar. Untuk oleh-oleh kata beliau. Ortu saya pun turut kebagian satu. Belum lagi pakde dan bude lainnya yang juga beli dalam jumlah banyak. Kebayang nggak seberat apa bagasi kita nanti? Hahaha... Packingnya bagaimana? Kalau punya ibu mertua alhamdulillah muat di dua koper ukuran bagasi (besar). Sedangkan punya pakde dibungkus karung yang diiket-iket. Urusan bagasi nanti subsidi silang dengan rombongan, dan alhamdulillah cukup jadi nggak nambah biaya. Harga karpet sekitar 35-45 riyal atau sekitar 150 ribuan. Jauh lebih murah dibanding harga Jakarta yang bisa mencapai 500rb-an. Pantesan ibu mertua kekeuh beli.

4. Aneka aksesoris mulai dari gelang, kalung, cincin, dompet-an, dan pernak pernik lainnya. Bisa dibeli satuan atau kodi. Harga bisa ditawar.

5. Parfum. Mulai dari bibitnya hingga yang sudah campuran. Macem di Condet lah penjual parfum di sana. Untuk keaslian, saya kurang paham. Harga macem-macem, tinggal tawar aja.

6. Mainan anak-anak. Ini yang bikin mata Nja berbinar-binar tapi hati mama bergetar tidak karuan, HAHAHHA.... Ya gimana enggak, si bocah tahu aja caranya modus. Tiba-tiba aja minta turun dari gendongan dan lari ke abang-abang mainan. Padahal waktu di Tower Zam-zam sudah dibelikan. Tapi untung saja tidak terjadi drama karena mama berhasil menguasai situasi, yeaah!

7. Jajanan khas Arab: kurma, cokelat, kacang-kacangan. Harga nggak jauh beda dengan di Madinah atau di Tower Zam-zam lantai -1/-2.

Setelah setengah hari, kelar juga belanja rerempongan. Lanjut pulang ke hotel untuk packing-packing yang ternyata cukup menguras tenaga dan waktu karena barang bawaan yang beranak pinak, hahaha...

-------------

Begitu packing baru ketahuan kalau sepertinya oleh-oleh makanan masih kurang. Kayak masih kurang pantes untuk dibawa ke kantor sebagai 'pengganti' cuti panjang. Berasa pekewuh gitu loh, walaupun sama sekali tidak ada teman yang rese nitip oleh-oleh. Jadilah malam hari selepas solat isya saya dan suami belanja lagi ke Abraj Hypermart di lantai 4 Tower Zam-zam. Seneng banget deh belanjanya tinggal turun pakai lift aja, nggak kayak di Bekasi kalau mau ke mall/supermarket mesti berperang dengan kemacetan dan rebutan parkir, hehhee...



Di hypermart, saya belanja coklat, biskuit dan khusus untuk Nja saya beli croissant khas Arab merk "7Days" untuk dibawa pulang ke Jakarta. Selama umroh kebetulan Nja suka sama si kue keong ini, cuma karena kemasannya bulky tapi isinya dikit, saya putuskan untuk membeli mini croissant. Harga satuan 7Days besar 1 riyal, kalau satu pack isi 6 jadi 5 riyal (kalau nggak salah), sementara yang mini satu pack-nya harga 7 riyal-an. Lupa. Intinya kalau dirupiahkan nggak mahal... Saya juga beli beberapa parfum karena ibu saya pengen dioleh-olehi parfum; dan satu set tasbeh digital untuk teman-teman.

Kelar dari Abraj Hypermart saya sempat mampir Bin Dawood, semacam supermarket tapi lebih kecil. Niatnya hanya cuci mata, karena jualannya mirip dengan Abraj. Eh malahan Papanja tertarik beli susu unta yang sudah dipasteurisasi. Doi masih penasaran, barangkali yang ini rasanya lebih enak. Hasilnya? Menurutnya sih lebih enak dan nggak bau. Cuma saya tetap malas mencoba. Sudah negatif thinking soale, ehehhehe.

---------------

Tibalah hari ke-tujuh yang mana menjadi hari terakhir ibadah umroh. Agendanya adalah tawaf wada' atau tawaf perpisahan dengan Ka'bah. Sedihnyaa... sesedih waktu meninggalkan Madinah yang damai. Sayangnya dari semalam, sehabis dari hypermart, Nja tiba-tiba demam tinggi. Saya ukur suhunya sampai 39 dc. Belum nampak gejala batuk pilek sih. Untung saya bawa paracetamol drop. Jadi bisa langsung diminumkan biar Nja lebih nyaman walaupun Nja nggak rewel sama sekali.

Meski terlihat lemas dan masih demam, Nja bisa mengikuti tawaf wada dengan baik. Dia nggak rewel sama sekali, cuma maem jadi nggak banyak. Paham sih karena badannya lagi nggak enak. Untung tawaf wada’nya sebentar, jadi Nja bisa kembali istirahat, sementara saya dan rombongan menyelesaikan packing. Oiyaa, setelah tawaf wada’ jamaah dilarang tidur sampai dengan meninggalkan kota Mekkah, lho. Kalau sampai ketiduran besoknya harus mengulang tawaf wada’ lagi.


Setelah solat duhur, rombongan harus sudah masuk ke bus untuk diantarkan ke bandara di Jeddah. Tapi sebelumnya akan dimampirkan ke pusat perbelanjaan dulu, barangkali masih ada yang mau menghabiskan sangu, hehe.

Tempat belanja terakhir bernama Corniche Commercial Center Balad, yang kedengarannya sih keren. Nyatanya? Hehhehe hehehehe... 

Tempatnya diluar ekspektasi saya. Saya pikir semacam mall yang bagus gitu. Eh lah kok bukan, lebih mirip apa yaa, ITC (lagi)? 

Yang saya lihat tempatnya agak usang dan berdebu. Di tambah banyak penjaja jualan yang ketika kita cuma pengen lihat-lihat malah berakhir dengan dikejar-kejar untuk beli. Papanya Nja nih yang hampir kena. Untung saya sigap menghalau, heheehe... 

Di Balad ini jenis barang-barangnya nggak jauh beda dengan pusat belanja lainnya, harganya juga 11-12 tergantung ketangkasan kita menawar. Yang menarik perhatian malah adanya warung bakso yang Indonesia banget. Namanya Bakso Mang Oedin, pasti terkenal di kalangan jamaah umroh dan haji Indonesia. Saya dan rombongan ikut nyoba juga. Secara rasa ya lumayan laah, mengurangi kangen makan bakso. Sayangnya saya nggak foto karena sedang rempong sama Nja...

Kelar urusan belanja, selanjutnya rombongan diantar lagi menuju Bandara KSA untuk cek-in dan terbang kembali ke Indonesia.

----------

Oh iyaa, selama perjalanan pulang ini saya dapet drama (lagi). Pertama, bangku pesawat yang terpisah lumayan jauh dari Papanya Nja. Papanya Nja di bangku terdepan dekat emergency exit, sedangkan saya dan Nja dapat posisi di tengah dengan bangku model deret 3 penumpang - rasanya sempiiiit banget.

Karena bangku Papa Nja dekat dengan emergency exit, saya nggak diperbolehkan tukar tempat dengan penumpang di sebelah Papa Nja, berbahaya kata pramugarinya. Yaudah deh jadinya saya berdua doang sama Nja sempit-sempitan. Mana Nja lagi nggak enak badan pula, dan diawali dengan ngamuk karena minta susu ultra nggak segera saya kasih karena lagi rempong menata posisi duduk. Untung ngamuknya cuma sebentar.

Suasana di pesawat yang penuh dengan orang dan sempit, sukses membuat saya nggak tidur. Blas! Mau nonton film biar gak bosen kok ya mumet, mau kipasan kok rempong. Udah gitu hawanya super gerah dan Nja tidurnya glendat glendot. Gerahnya tuh yang lebay, mungkin se-pesawat cuma saya yang kegerahan macem naik angkot.

Selain gak bisa tidur, saya juga mesti nahan kencing karena mau nitip Nja ke bangku Papanya kok bolak balik disuruh kencangkan sabuk pengaman karena beberapa kali turbulensi kecil. Untungnya saya dapat bangku paling pinggir dari 3 deret itu. Lumayan lah, kaki masih bisa gerak agak bebas.

Btw, waktu berangkat saya dapat bangku terdepan yang memang diprioritaskan untuk penumpang dengan infant dan sebangku dengan Papa Nja. Jadi pas pulangnya ini emang drama sih menurut saya yang baru pertama kali terbang bersama bocah dengan waktu tempuh yang lama dan jarak yang jauh pula. Heuu...

Akhirnya setelah kurang lebih 10 jam sampailah kami di Jakarta dengan selamat meski badan rentek-rentek dan mulai kena flu. Apakah drama ikut selesai? OOO ternyata masih ada tambahan (drama) lagi dong.... ketika semua tersadar Nja kok nyeker. NYEKER meeen! Padahal pas berangkat masih pake sepatu.

Dan ternyata SEPATU nya Ahza KETINGGALAN di pesawat! Astagaaa.... padahal itu sepatu baru, mana harganya lumanyun. Ealaaah ealaah... ! Kok bisa ketinggalan? Iyaa... jadi ceritanya, waktu di pesawat Nja minta copot sepatu, sama Papanya ditaruh di bawah bangku. Pas turun pesawat semua lupa kalau ada sepatu di kolong. Gituuuu deh. Kzl gak? KZL LAH GILAK, HAHAHAH....


----------------------

Meski ada saja dramanya, Alhamdulillaah kelar sudah perjalanan rohani sekaligus wisata ini. Hati rasanya lega bukan main tapi juga rindu pengen kesana lagi. Semoga kapan-kapan Allah kasih kesempatan lagi.


\




You May Also Like

0 Comments

Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)