Pages

  • Home
  • About Me
  • Halo Ahza!
  • Travel Notes

ad astra per aspera

.... then which of the favours of your Lord will ye deny?

Masuk hari ke-8 atau hari ke-4 di Mekkah, agendanya adalah wisata ke Museum Al Moudi dan umroh sunnah yang diakomodasi oleh travel.


Saya dan rombongan berangkat ke Museum Al Amoudi setelah makan pagi. Museum ini berisi sejarah dan miniatur Arab tempo dulu hingga modern. Yang unik dari museum ini adalah bangunannya yang sangat sederhana dan semi terbuka. Saking sederhananya, bentuk pintu masuk pun biasa saja, macem pintu di rumah-rumah penduduk Arab Saudi. Bahkan dari luar tidak terlihat seperti tempat wisata... Dan seingat saya nggak ada papan nama di luar gedung museum. Ditambah lagi lokasinya berada di pinggir jalan besar yang sepi karena tidak ada bangunan lain di samping-sampingnya.

Foto-foto di Musium Al Moudi, eh terakhiran nemu hp jadul...


Begitu masuk pun isinya yaaa gitu deh, membuat saya agak underestimate, wkwk... Cuma ada satu pajangan yang menarik perhatian saya: Nokia 7600, hape tercanggih di jamannya, yang pernah saya punya, hehehe... Karena kurang begitu tertarik plus hawanya panas menyengat saya jadi kurang antusias untuk foto-foto. Saya cuma fotoin suami dan bapak ibu mertua saja yang pas di sana nampak lebih ceria.

Agenda setelah dari museum adalah umroh sunnah. Kali ini mengambil niat di Hudaibiyah. Berhubung Hudaibiyah terkenal dengan peternakan unta, jadilah rombongan mampir dulu sebelum miqat. Tentu Nja - eh saya dan papanya Nja seneng dong, karena mimpi Nja bakal beneran kesampaian. Nja bertemu unta yang nyata, hehe.

 Nampak depan Museum Al Moudi, replika Hajar Aswad, 
dan patung/ awetan singa

Jarak Masjidil Haram ke Hudaibiyah kira-kira 20-30 km. Sepanjang perjalanan kami melewati gurun-gurun yang gersang dan panas. Tone-nya orange coklat semua. Tapi rasanya exited banget dan pengen turun buat foto-foto dengan latar gurun. Setelah kurang lebih 40 menit, bus berhenti tepat di depan kadang unta yang ada di tengah-tengah gurun. Mata Nja yang tadinya liyep-liyep langsung segar pengen segera melihat unta. Hehe.

Akhirnya Nja foto sama para unta, papah minum susu unta, dan yang kuning adalah 
kencing unta yang... hueek, hehee


Ada banyak unta di dalam satu kandang. Nggak cuma yang besar, yang kecil pun ada. Lucu banget kayak Nja, wkwk.. Kita semua berfoto bersama di depan unta. Pokoknya sepuas-puasnya narsis... Yang menarik, di dekat kandang unta ada penjual susu dan kencing unta. Susu dan kencing tsb diambil langsung dari unta-unta di kandang, tanpa melalui proses pemasakan.

Wait... kencing unta? Untuk apa?

Menurut mahzab Imam Hambali yang banyak dianut oleh warga Saudi, kencing unta hukumnya boleh dikonsumsi (minum) sebagai obat. Berani coba? Kalau saya, susunya aja ogah apalagi kencingnya, hahhaa. Beda dengan Papanya Nja. Dia masih mau mencoba susunya, sementara kencingnya dia ogah juga. Padahal sebelumnya kayak yang penasaran gitu, dan begitu lihat cara si penjual menadahi kencing, dia langsung merasa 'huek', hahahahah..... Menurut Papanja, rasa susunya manis tipis, dengan semburat aromanya prengus, HAHAHA. Mungkin karena tidak dimasak dulu kali yaa jadi baunya masih asli.

Setelah puas berswa foto dengan unta, rombongan diminta kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan menuju masjid Hudaibiyah. Tujuannya tentu saja untuk mengambil miqat dan salat ashar.

Nampak depan Masjid Hudaibiyah yang sederhana, jalan raya di depannya, dan tembok masjid
 yang ada coret2annya --- hemm... dimana-mana orang bisa aja bikin "karya" yaa..


Masjid Hudaibiyah bentuknya sederhana. Jauh dari kesan modern. Mirip dengan masjid-masjid di kampung yang belum tersentuh modernisasi. Karena sebelum-sebelumnya sudah bertemu masjid dengan bentuk yang sederhana, maka waktu kesini pun saya nggak kaget lagi. 

Selesai miqat lanjut pulang ke Mekkah untuk solat magrib dan umroh sampai malam. Saya sendiri pulang ke hotel setelah solat dan istirahat bersama Nja. Umroh kali ini jatahnya papa.

----------------------

Hari kelima di Mekkah: Jumatan di Masjidil Haram dan menjelajah Tower Zamzam

Jumatan kali ini saya niat banget untuk memperbaiki persiapan. Biar nggak kayak pas di Madinah. Persiapan yang saya perbaiki diantaranya membawa cemilan lebih banyak, buku cerita, dan hape full charge, khususon untuk meng-entertain Nja. Berangkat ke masjidnya juga lebih awal, kira-kira pas waktu solat Duha, biar dapat tempat yang nyaman. Sengaja begitu sebagai antisipasi karena sudah pasti hari Jumat masjid lebih penuh orang. 

Alhamdulillah misi jumatan di Mekkah lancar jaya. Dan benar saja, suasana masjid jauh-jauh lebih ramai dibanding hari biasa, karena Jumat adalah hari raya. Paling berasa pas keluar dari masjid, harus umplek-umplekan sama orang meski sudah di latar masjid.

Selesai Jumatan, saya mengajak PapaNja keliling lantai -1 dan -2-nya Tower Zam-Zam. Cuci mata gitu loh, barangkali dapat oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Btw, lantai -1 dan -2 adalah shopping mall. Suasananya mirip ITC-ITC di Jakarta tapi lebih lengang. Barang yang dijual mulai dari baju gamis, koko, sajadah, parfum hingga mainan. Harga jualnya bisa grosiran, bisa pula satuan. Yang pasti harganya masih bisa ditawar. Sebelumnya saya sempat membeli gamis di Masjid Jironah, harga 25 riyal. Nah di lantai -1 dan -2 ini ada juga gamis sejenis dengan harga lebih murah 5 riyal/pcs   jadi sekitar 20 riyal-an. Tapi saya nggak nemu model yang semenarik di Jironah. Menurut saya modelnya malah lebih bagus dan lengkap di Jironah, padahal jualannya ala kaki lima gitu. Makanya saya tidak menyesal selisih 5 riyal lebih mahal tapi modelnya saya suka.

Hasil cuci mata di lantai ini: baju-baju koko kecil untuk Nja dan ponakan-ponakan, sajadah Raudhoh, dan mainan untuk Nja karena tetiba dia kepincut toko mainan yang posisinya tepat di depan toko baju.

-------

Memasuki hari ke-enam di Mekkah Al Mukaromah. Hari yang semakin dekat dengan kepulangan. Hiks...

Biar sedihnya nggak berasa-berasa amat maka hari ke-enam dijadwalkan sebagai waktunya belanja yang beneran. Yeaay! Belanjanya ke Pasar Jafariyah, yang terkenal sebagai pusat grosir di Mekkah. Tapi agenda ini bukan jadwal resmi dari travel, yang artinya ongkos transport ditanggung sendiri dan patungan, meskipun aktualnya tetap disubsidi dari travel juga sih, 😬



Pergi ke Jafariyah menambah pengalaman saya naik taxi dan angkutan orang Arab. Taxi di sini banyak yang pake mobil mewah, macam Camry dan BMW. Meski dari seri mewah, dalemannya belum tentu mevvah loh gaes! Malah yang saya tumpangi kemarin buluk sebuluk-buluknya. Udah gitu bau rokok dan debu. Dan saya perhatikan orang-orang sana banyak yang buka kaca saat naik mobil karena disambi merokok. Bangkunya juga reyat reyot dan AC-nya nggak dingin. 

Taxi saja begitu, apalagi angkotnya, hahaha.. Angkot yang saya tumpangi waktu berangkat, pakai mobil mirip Grandmax. Diisi full sampai empet-empetan sampai saya kuatir Nja kegencet.

Itu dari sisi kendaraannya. Dari sisi supirnya nggak kalah bikin ngelus dada. Ngebutnya bok edan! Manuvernya juga sembarangan. Oiya, supir taxi maupun angkotnya bukan orang Arab asli loh, mereka banyak dari India, Bangladesh atau Pakistan. Konon katanya orang Arab asli nggak banyak yang bekerja di sektor seperti ini.

Jarak Mekkah ke Jafariyah rasanya tidak jauh, hanya menghabiskan 20 menit saja. Sampai sana saya cukup takjub melihat suasananya. Bukan takjub kagum tapi lebih ke bertanya-tanya. Hahaa. Karena bentuknya semacam ruko-ruko di pasar tradisional gitu lah. Kayak pasar Mester Jatinegara tapi cuma satu lantai. Seingat saya ada AC tapi orang bebas merokok. Ini yg bikin saya jadi kuatir sama Nja. Tapi mau gimana lagi sudah terlanjur ya udah lah yaa... fokus belanja aja.

Apa saja yang bisa dibeli di Pasar Jafariyah Mekkah?

1. Tentu saja gamis, abaya dan koko khas Arab. Ada banyak sekali model dan warna, walau sebagian besar hitam. Harga mulai dari 20 riyal untuk ukuran dewasa  dan 15 riyal untuk ukuran anak. Atau kalau dirupiahkan sekitar Rp 60-120 ribuan. Saya beli beberapa abaya untuk ibu, adek, dan beberapa sodara. Juga untuk ponakan. Dan tentu saja untuk diri sendiri biar nggak ngiler sekalian, agak aji mumpung sih jatuhnya hehehee...

2. Sajadah. Ini suami dan bapak mertua yang beli. Macem dan motifnya segala rupa. Tinggal pilih mau yang apa dan harga berapa. Harga mulai dari 10 riyal.

3. Karpet rasfur ukuran sedang (kurang lebih 100x150 cm). Ibu mertua dan sodara lain yang beli ini. Saya kira sebelumnya keinginan ibu mertua untuk beli ini hanya wacana. Eh kok beneran jadi. Nggak cuma 1 lagi, tapi lebih dari 10 lembar. Untuk oleh-oleh kata beliau. Ortu saya pun turut kebagian satu. Belum lagi pakde dan bude lainnya yang juga beli dalam jumlah banyak. Kebayang nggak seberat apa bagasi kita nanti? Hahaha... Packingnya bagaimana? Kalau punya ibu mertua alhamdulillah muat di dua koper ukuran bagasi (besar). Sedangkan punya pakde dibungkus karung yang diiket-iket. Urusan bagasi nanti subsidi silang dengan rombongan, dan alhamdulillah cukup jadi nggak nambah biaya. Harga karpet sekitar 35-45 riyal atau sekitar 150 ribuan. Jauh lebih murah dibanding harga Jakarta yang bisa mencapai 500rb-an. Pantesan ibu mertua kekeuh beli.

4. Aneka aksesoris mulai dari gelang, kalung, cincin, dompet-an, dan pernak pernik lainnya. Bisa dibeli satuan atau kodi. Harga bisa ditawar.

5. Parfum. Mulai dari bibitnya hingga yang sudah campuran. Macem di Condet lah penjual parfum di sana. Untuk keaslian, saya kurang paham. Harga macem-macem, tinggal tawar aja.

6. Mainan anak-anak. Ini yang bikin mata Nja berbinar-binar tapi hati mama bergetar tidak karuan, HAHAHHA.... Ya gimana enggak, si bocah tahu aja caranya modus. Tiba-tiba aja minta turun dari gendongan dan lari ke abang-abang mainan. Padahal waktu di Tower Zam-zam sudah dibelikan. Tapi untung saja tidak terjadi drama karena mama berhasil menguasai situasi, yeaah!

7. Jajanan khas Arab: kurma, cokelat, kacang-kacangan. Harga nggak jauh beda dengan di Madinah atau di Tower Zam-zam lantai -1/-2.

Setelah setengah hari, kelar juga belanja rerempongan. Lanjut pulang ke hotel untuk packing-packing yang ternyata cukup menguras tenaga dan waktu karena barang bawaan yang beranak pinak, hahaha...

-------------

Begitu packing baru ketahuan kalau sepertinya oleh-oleh makanan masih kurang. Kayak masih kurang pantes untuk dibawa ke kantor sebagai 'pengganti' cuti panjang. Berasa pekewuh gitu loh, walaupun sama sekali tidak ada teman yang rese nitip oleh-oleh. Jadilah malam hari selepas solat isya saya dan suami belanja lagi ke Abraj Hypermart di lantai 4 Tower Zam-zam. Seneng banget deh belanjanya tinggal turun pakai lift aja, nggak kayak di Bekasi kalau mau ke mall/supermarket mesti berperang dengan kemacetan dan rebutan parkir, hehhee...



Di hypermart, saya belanja coklat, biskuit dan khusus untuk Nja saya beli croissant khas Arab merk "7Days" untuk dibawa pulang ke Jakarta. Selama umroh kebetulan Nja suka sama si kue keong ini, cuma karena kemasannya bulky tapi isinya dikit, saya putuskan untuk membeli mini croissant. Harga satuan 7Days besar 1 riyal, kalau satu pack isi 6 jadi 5 riyal (kalau nggak salah), sementara yang mini satu pack-nya harga 7 riyal-an. Lupa. Intinya kalau dirupiahkan nggak mahal... Saya juga beli beberapa parfum karena ibu saya pengen dioleh-olehi parfum; dan satu set tasbeh digital untuk teman-teman.

Kelar dari Abraj Hypermart saya sempat mampir Bin Dawood, semacam supermarket tapi lebih kecil. Niatnya hanya cuci mata, karena jualannya mirip dengan Abraj. Eh malahan Papanja tertarik beli susu unta yang sudah dipasteurisasi. Doi masih penasaran, barangkali yang ini rasanya lebih enak. Hasilnya? Menurutnya sih lebih enak dan nggak bau. Cuma saya tetap malas mencoba. Sudah negatif thinking soale, ehehhehe.

---------------

Tibalah hari ke-tujuh yang mana menjadi hari terakhir ibadah umroh. Agendanya adalah tawaf wada' atau tawaf perpisahan dengan Ka'bah. Sedihnyaa... sesedih waktu meninggalkan Madinah yang damai. Sayangnya dari semalam, sehabis dari hypermart, Nja tiba-tiba demam tinggi. Saya ukur suhunya sampai 39 dc. Belum nampak gejala batuk pilek sih. Untung saya bawa paracetamol drop. Jadi bisa langsung diminumkan biar Nja lebih nyaman walaupun Nja nggak rewel sama sekali.

Meski terlihat lemas dan masih demam, Nja bisa mengikuti tawaf wada dengan baik. Dia nggak rewel sama sekali, cuma maem jadi nggak banyak. Paham sih karena badannya lagi nggak enak. Untung tawaf wada’nya sebentar, jadi Nja bisa kembali istirahat, sementara saya dan rombongan menyelesaikan packing. Oiyaa, setelah tawaf wada’ jamaah dilarang tidur sampai dengan meninggalkan kota Mekkah, lho. Kalau sampai ketiduran besoknya harus mengulang tawaf wada’ lagi.


Setelah solat duhur, rombongan harus sudah masuk ke bus untuk diantarkan ke bandara di Jeddah. Tapi sebelumnya akan dimampirkan ke pusat perbelanjaan dulu, barangkali masih ada yang mau menghabiskan sangu, hehe.

Tempat belanja terakhir bernama Corniche Commercial Center Balad, yang kedengarannya sih keren. Nyatanya? Hehhehe hehehehe... 

Tempatnya diluar ekspektasi saya. Saya pikir semacam mall yang bagus gitu. Eh lah kok bukan, lebih mirip apa yaa, ITC (lagi)? 

Yang saya lihat tempatnya agak usang dan berdebu. Di tambah banyak penjaja jualan yang ketika kita cuma pengen lihat-lihat malah berakhir dengan dikejar-kejar untuk beli. Papanya Nja nih yang hampir kena. Untung saya sigap menghalau, heheehe... 

Di Balad ini jenis barang-barangnya nggak jauh beda dengan pusat belanja lainnya, harganya juga 11-12 tergantung ketangkasan kita menawar. Yang menarik perhatian malah adanya warung bakso yang Indonesia banget. Namanya Bakso Mang Oedin, pasti terkenal di kalangan jamaah umroh dan haji Indonesia. Saya dan rombongan ikut nyoba juga. Secara rasa ya lumayan laah, mengurangi kangen makan bakso. Sayangnya saya nggak foto karena sedang rempong sama Nja...

Kelar urusan belanja, selanjutnya rombongan diantar lagi menuju Bandara KSA untuk cek-in dan terbang kembali ke Indonesia.

----------

Oh iyaa, selama perjalanan pulang ini saya dapet drama (lagi). Pertama, bangku pesawat yang terpisah lumayan jauh dari Papanya Nja. Papanya Nja di bangku terdepan dekat emergency exit, sedangkan saya dan Nja dapat posisi di tengah dengan bangku model deret 3 penumpang - rasanya sempiiiit banget.

Karena bangku Papa Nja dekat dengan emergency exit, saya nggak diperbolehkan tukar tempat dengan penumpang di sebelah Papa Nja, berbahaya kata pramugarinya. Yaudah deh jadinya saya berdua doang sama Nja sempit-sempitan. Mana Nja lagi nggak enak badan pula, dan diawali dengan ngamuk karena minta susu ultra nggak segera saya kasih karena lagi rempong menata posisi duduk. Untung ngamuknya cuma sebentar.

Suasana di pesawat yang penuh dengan orang dan sempit, sukses membuat saya nggak tidur. Blas! Mau nonton film biar gak bosen kok ya mumet, mau kipasan kok rempong. Udah gitu hawanya super gerah dan Nja tidurnya glendat glendot. Gerahnya tuh yang lebay, mungkin se-pesawat cuma saya yang kegerahan macem naik angkot.

Selain gak bisa tidur, saya juga mesti nahan kencing karena mau nitip Nja ke bangku Papanya kok bolak balik disuruh kencangkan sabuk pengaman karena beberapa kali turbulensi kecil. Untungnya saya dapat bangku paling pinggir dari 3 deret itu. Lumayan lah, kaki masih bisa gerak agak bebas.

Btw, waktu berangkat saya dapat bangku terdepan yang memang diprioritaskan untuk penumpang dengan infant dan sebangku dengan Papa Nja. Jadi pas pulangnya ini emang drama sih menurut saya yang baru pertama kali terbang bersama bocah dengan waktu tempuh yang lama dan jarak yang jauh pula. Heuu...

Akhirnya setelah kurang lebih 10 jam sampailah kami di Jakarta dengan selamat meski badan rentek-rentek dan mulai kena flu. Apakah drama ikut selesai? OOO ternyata masih ada tambahan (drama) lagi dong.... ketika semua tersadar Nja kok nyeker. NYEKER meeen! Padahal pas berangkat masih pake sepatu.

Dan ternyata SEPATU nya Ahza KETINGGALAN di pesawat! Astagaaa.... padahal itu sepatu baru, mana harganya lumanyun. Ealaaah ealaah... ! Kok bisa ketinggalan? Iyaa... jadi ceritanya, waktu di pesawat Nja minta copot sepatu, sama Papanya ditaruh di bawah bangku. Pas turun pesawat semua lupa kalau ada sepatu di kolong. Gituuuu deh. Kzl gak? KZL LAH GILAK, HAHAHAH....


----------------------

Meski ada saja dramanya, Alhamdulillaah kelar sudah perjalanan rohani sekaligus wisata ini. Hati rasanya lega bukan main tapi juga rindu pengen kesana lagi. Semoga kapan-kapan Allah kasih kesempatan lagi.


\




Share
Tweet
Pin
Share
No Comments
Masuk hari ke-enam dan selanjutnya, kegiatan saya dan rombongan selama di Mekkah diantaranya adalah: umroh, solat sunnah, solat wajib di masjid, belanja dan jalan-jalan atau traveling. Total di Mekkah kurang lebih 8 hari termasuk dengan perjalanan pulang. 


Hari pertama di Mekkah dihabiskan dengan umroh perdana di malam hari yang rasanya sungguh luar biasa... Luar biasa lega tapi sekaligus boyokan, hahaaa... Tapi tentu saja tak akan terlupakan karena sungguh baru pertama menjalani dan penuh kesan. Juga dapat pelajaran untuk perbaikan di sesi umroh selanjutnya. 

Selengkapnya tentang umroh perdana bisa dibaca disini yaa: Akhirnya Bersua Ka'bah.

Jadwal hari keenam adalah tur de Mekkah alias jalan-jalan di tempat-tempat bersejarah di sekitar kota Mekkah. Diantaranya adalah: Jabal Tsur, Jabal Nur, Jabal Rahmah, Padang Arafah, Muzdalifah dan Mina.

Tujuan pertama adalah Jabal Nur. Jabal Nur ini adaah gunung yang puncaknya terdapat Gua Hiro, tempat Rasulullah SAW menerima wahyu dari Allah SWT yang pertama kali. Saya dan rombongan hanya berhenti sejenak dan berfoto. Kami tidak naik karena jauh dan matahari mulai terik, padahal masih sekitar jam 9 pagi. 

Selesai foto-foto, perjalanan dilanjutkan ke Jabal Tsur, gunung yang puncaknya terdapat Gua Tsur. Di Gua Tsur ini Rasulullah SAW bersembunyi bersama Abu Bakar dari kejaran orang-orang Kafir Quraisy ketika berhijrah dari Makkah menuju Madinah. Seingat saya, kami nggak berhenti dan berfoto di Jabal Tsur. Soalnya saya cari-cari fotonya kok nggak ada.

Foto-foto di depan Jabal Nur

Pemberhentian selanjutnya adalah Jabal Rahmah. Sebuah gunung yang menurut sejarah menjadi tempat bertemunya kembali Adam dan Hawa setelah terpisah sejak diturunkan ke bumi. Di Jabal Rahmah ini barulah rombongan berhenti agak lama demi berfoto-foto dengan lebih jelas dan heboh. Heheee... Ada juga yang lanjut mendaki gunung lewati lembah *nyanyi* karena memang lokasinya lebih bisa dijangkau dibanding gunung-gunung sebelumnya. Tapi kalau saya, ehm... sayang sekali nggak ikutan nanjak karena panas nya alaihim gambreng. Terik dan silau banget meen. Ahza saja sampai keringetan parah. Jadinya ya sudah saya sekeluarga memilih cari tempat yang adem-an sambil beli es krim 5 riyal-an. Nyessss banget - sayangnya nggak difoto ya malih, saking dahaganya! :D

Kurang lebih 20 menit kami berada di Jabal Rahmah. Setelahnya perjalanan diteruskan dengan melewati Padang Arafah, Mina dan Muzdalifah. Saat melewati ketiga tempat tersebut ustad tour leader-nya menjelaskan suasana dan kondisi yang akan ditemui jika ibadah haji kelak. Saya jadi membayangkan suasananya, terutama yang di Padang Arafah kan tidurnya di tenda-tenda yaa... Berat ugha yaa ibadah haji itu, persiapan fisiknya mesti bener-bener nih...

Foto di depan Jabal Rahmah. Si Bayi kurang antusias karena silau dan gerah. 
Tapi abis itu keenakan makan ekiiimm...

Oiya, kami nggak berhenti di ketiga tempat tersebut, jadi hanya melihat-lihat dari dalam bus sembari meneruskan perjalanan kembali ke Masjidil Haram. Sesampainya di Masjidil Haram, kegiatan diserahkan kepada rombongan, yang artinya kegiatan bebas. Bagi yang mau umroh dipersilakan, bagi yang tidak bisa istirahat di hotel sambil menanti waktu solat wajib di mesjid.

Iseng foto-foto di jalanan yang luaasnyaaaa.... 
sambil menanti orang2 balik ke bus dari Jabal Rahmah


Saya dan ibu mertua memilih untuk istirahat, sementara bapak mertua dan papanya Ahza memilih untuk umroh yang kedua dengan mengambil miqat di Tan'im bersama dengan bapak-bapak yang lain. Karena umroh kedua ini diluar jadwal dari tur, maka biaya perjalanan ke Tan'im patungan sendiri untuk sewa kendaraannya. 


--------

Hari ketujuh saya berniat untuk umroh kembali. Kali ini mengambil miqat di Ji'ronah. Di umroh yang kedua, saya mempunyai harapan adanya improvement atas umroh pertama yang dilakukan bersama si bocah. Maka, kali ini saya bekerja sama dengan pak suami untuk bergantian. Maksudnya, kali ini pak suami yang menjadi baby sitter-nya Nja. Cuma.... papanya Nja lebih memilih mengasuh Nja di dalam masjid dibanding tinggal di hotel sendirian. Nggak pede doi kalau Nja tiba-tiba rewel minta susu. Jadilah si bocah ini diangkut ke mesjid cuma nggak ikut prosesi umroh.

Sementara, saya bertiga-tigaan dengan bapak dan ibu mertua menjalankan umroh. Seharusnya memang berombongan dengan yang lain, tapi karena persiapannya tadi kelamaan akhirnya kami terpencar. Yawis lah yang penting sudah tahu urut-urutannya jadi kami pede melakukan umroh mandiri. 


Papah sitter on duty. Sementara Mamah umroh

Ternyataaa... dengan bertiga saja kami hanya menghabiskan waktu 1-1,5 jam lho. Jauh-jauh lebih cepat dibanding umroh beramai-ramai seperti di umroh perdana. Alhamdulillaah.... Rahasianya apa? Rahasianya adalah kelihaian dalam hal selap-selip. Hehe... Jadi, karena kami cuma bertiga plus postur kami kecil-kecil jadi gampang nyelap-nyelipnya. Kalau bareng rombongan kan gandengannya makin banyak, jadi nyelipnya juga lebih ribet. Udah gitu ibu mertua semangatnya berapi-api banget membuat saya jadi ikutan semangat. Tawaf 7 kali jadi tak terasa. Kalau sa'i sih tetep berasa karena jalannya lebih santai -- yang malah bikin kaki makin pegel. Hahaa... tetep yee, ternyata sa'i dengan dan tanpa bocah pun pegelnya sama, yaaa hanya berkurang sedikit laaa... 

Nja apakabar selama ditinggal mamaknya umroh? Alhamdulillaah tuh bocah baik-baik aja, dan sangaat be a good boy. Nggak rewel sama sekali. Malah pecicilan bersama papanya, hahaa.. Sama papanya digelonggong air zam-zam melulu, malah diajarin cuci muka pakai zam-zam yang jadi kebawa setiap kali cuci tangan pasti ngusap kepala pakai air. Hahaa....

Saya baru bisa menemui Ahza ketika sa'i karena suasananya lebih lengang. Posisi Ahza berada di tangga-tangga pintu keluar yang ada di sepanjang jalur sa'i. Kadang-kadang pindah posisi ke bukit Marwa atau Shofa. Suka-suka papahnya aja yang penting Nja anteng. Malahan lagi, Nja mainan perosot-perosotan di tanjakan bukit. Iseng bener laah bocah... hehe...

-------

Menjelang Ashar kami selesai umroh, alhamdulillah... Jadi begitu selesai, lanjut dengan solat Ashar berjamaah lalu pulang ke hotel bebersih, terus siap-siap nunggu magrib dan isya untuk balik lagi ke mesjid. Gitu terus aja tiap hari kegiatannya... Nikmat bener, terbebas dari tagihan kerjaan dan urusan duniawi yang sungguh rempong, hehee...


--------

Next time, saya ceritain pertemuan Ahza dengan para unta yaa.. he really happy to see them,anyway...





Share
Tweet
Pin
Share
No Comments
Minggu, 3 Februari 2019

Sekitar jam 8 malam saya dan rombongan tiba di Mekkah. Selama di Mekkah kami tinggal di hotel Pullman Zam-Zam. Lokasinya berada di dalam Tower Zam-Zam atau Tower Jam, area Abraj Avenue. Tower Zam-zam sendiri berada tepat di depan pintu Masjidil Haram nomor 90.




Mekkah vs Madinah

Dari beberapa tulisan yang saya baca, sebagian besar orang merasa bahwa suasana Kota Madinah jauh lebih baik dan nyaman dibanding Kota Mekkah. Apakah bagi saya juga begitu? Let me tell you...

Kalau dari pandangan sekilas, perbedaan suasana di Kota Mekkah memang cukup signifikan dengan Madinah. Kontur tanah di Mekkah berbukit-bukit, banyak terowongan dan jalan layang. Cuacanya pun cenderung terasa agak lebih panas dan tidak begitu banyak angin di sore atau malam hari. Positifnya kita nggak perlu pakai jaket kalau sore-sore mau ke masjid. Kalau pun pengen pakai jaket, cukup yang tipis saja, barangkali dapat shaft solat di dalam masjid yang kipas anginnya kenceng-kenceng. Kibasan kipas angin di dalam masjid lumayan bikin merinding, lho ngomong-ngomong😀. 

Dari sisi orang, seperti saya pernah singgung di postingan sebelumnya, orang-orang di Al Haram terlihat lebih grasak grusuk. Mungkinkah ada kaitannya dengan buka tutup pintu masjid yang lebih ketat saat jam solat tiba? Karena kalau nggak buru-buru ya nggak bakal bisa masuk ke dalam masjid, pintu sudah keburu ditutup. 

Namun dari sisi lokasi rasanya mirip yaah. Sama-sama dikelilingi pusat perbelanjaan dan perhotelan. Bedanya kalau di Mekkah kesan mewahnya terasa lebih kental. Mall-mall-nya lebih besar. Saya nggak menyangka lokasi masjid berada di dalam pusat keramaian yang sangat memanjakan mata tapi bisa menguras dompet dan kekhusyukan para jamaah, 🤓. Saya sendiri senang, karena bikin hati tenang. Setidaknya jika ada kebutuhan dadakan untuk Ahza saya nggak pusing cari-cari. Walaupun sebenernya deep down inside saya bertanya-tanya kok bisa yaaa masjid yang menjadi tempat tersuci umat Islam ini sekarang di kelilingi pusat belanja yang kesannya kapitalis (?). 

Tentang Al Haram

Sejujurnya ketika menulis masjidil Haram menjadi Al Haram, di kuping saya langsung terngiang bunyi lift hotel yang menuju lantai 0. Ding dong ‘.... Al Haram...’, kemudian terbukalah pintu lift dan semua orang di dalamnya berduyun-duyun menuju masjid. Aaah rindunyaa.... Rasa rindunya mirip dengan rindu suara announcement kereta api di Jepang. Terdengar lebay? Hahaha biaaaarr!

Bangunan Al Haram dari luar berwarna abu-abu marmer. Bentuknya mirim benteng. Al Haram punya tower tinggi yang kalau malam menyala hijau. Kabahnya dimana? Ada di bagian tengah dari Al Haram, di area outdoor.  

Al Haram jauh lebih luas dibanding Masjid Nabawi. Apalagi Al Haram punya beberapa lantai, ada lima kalau nggak salah dan sampai saat ini masih terus direnovasi untuk pengembangan area. Untuk mencapai tiap lantai, Al Haram dilengkapi eskalator dan tangga. Jadi cukup difable friendly meski tetap harus ada pendamping untuk mereka. 


Foto yang seharusnya di upload di postingan Madinah: Pertama kali touch down Arab Saudi. 
Muka kucel lagi numpang subuhan di sebuah masjid pinggir jalan.


Baca: Hari-hari di Madinah, Kota Damai Nan Bercahaya

Yang unik, begitu masuk masjid, untuk mencari posisi solat, jamaah mesti muter-muter dulu, macam main labirin ala Maze Runner. Kenapa bisa gitu? Karena pintu masuk Al Haram tidak dibedakan untuk jamaah wanita dan laki-laki. Pembagian shafnya baru diatur di dalam masjid sedemikian rupa biar nggak campur. Biasanya ini yang malah berpotensi bikin orang nyasar, apalagi untuk yang baru pertama kali umroh. Makanya, salah satu tips masuk masjid Al Haram adalah kita harus menghafal nomor pintu masjid tempat kita keluar masuk. Insya Allah nggak akan nyasar-nyasar lagi walaupun shaf solatnya berganti-ganti.

Dikau lupa nggak memfoto atau merekam gerakan buka tutup si payung cantik di Masjid Nabawi? Waduuuu sayang kalii karena dikau nggak akan menemuinya di Al Haram yang tidak punya payung hidraulik seperti yang ada di Masjid Nabawi. Jadi pelataran dan area Kabah benar-benar plong langsung di bawah langit dan matahari, nggak ada pelindung kepala dari panas dan hujan. Kira-kira bisa ya membayangkan jika telat masuk masjid pas jam solat dhuhur panasnya kayak apa? Atau pas lagi umroh saat matahari sedang terik-teriknya rasanya kayak apa?



Kelakuan Ahza kalau pas ikut masjid. Mainan semua-mua yang ada di dalam tas. 
Apaqa semua anak bayi selalu mengalami fase pakai topi model pampers? | Untuk menjaga mood Ahza, mama selalu sedia biskuit, salah satunya Pocky, the favorite one!


Tempat wudhu ada di dalam maupun di luar masjid. Tapi untuk toilet setahu saya hanya ada di luar. Itu pun lokasinya jauh. Saya sempet muter-muter hampir nyasar gara-gara nyari toilet. Makanya kalau pas lagi jam solat atau umroh, minum air zam-zam nya jangan kalap. Karena PR banget kalau kebelet kencing.  

Kenapa ya nggak dibuatkan toilet di dalam masjid, di bagian pinggir-pinggir dekat tembok terluar gitu....? Apakah ada kaitannya dengan najis? 

Kondisi toilet masjid gimana? Kondisinya cukup bersih walau bukan yang kinclong seperti toilet di mall-mall Jakarta. Lantainya masih tegel bukan keramik apalagi granit. Sayangnya toilet di sana belum baby friendly alias belum tersedia tempat ganti popok bayi. Atau saya yang nggak nemu? Jadi sebelum masuk masjid pastikan popok bocah sudah ganti dengan yang baru. Ditambah doa biar si bocah pup nya pas di hotel aja, biar mamak gak ribet 😂

Oiyaa, enaknya masuk Al Haram itu laki perempuan bisa barengan. Kalau di masjid Nabawi kan pisahan tuh. Jadi kalau umroh hanya bareng suami tetap ada temennya masuk masjid. Bisa reramaian juga dengan satu tim rombongan. Begitu masuk baru deh dibagi shafnya oleh para askar yang bertugas.

Askar itu siapa? Askar adalah petugas ketertiban (polisi) di dalam masjid Nabawi dan Mekkah. Ada askar wanita dan askar laki-laki. Ada yang beda antara askara Nabawi dengan Mekkah, terutama ketika bertugas memeriksa tas dan bawaan jamaah. Askar masjid Al Haram tidak se-ketat askar Masjid Nabawi. Tapi kalau bawelnya sih tetep sama aja, apalagi askar wanita. Karena apa? Ya gara2 jamaah wanita biasanya lebih ngeyel main sruduk2 padahal shaf solat sudah penuh. Terutama jamaah dari Pakistan, Turki, India, Semenanjung Arab. Sudah tahu disitu ada orang duduk tetep aja nyelipin badan, kadang tanpa permisi. Mending body nya langsing cem eike, hlaa bongsor2 gitu. Makanya nggak jarang jadi omel-omelan diantara mereka. Hahaa... banyaklah cerita-cerita lucu seputar jamaah umroh vs Askar kalau di googling. 

Eh psst... gaya omel2an di sana tuh rasanya beda deh sama omel2an di KRL. Hawanya beda, di KrL lebih emosional dan bisa jambak-jambakan. Kalau di mesjid Al Haram dan Nabawi orang mana sempet sampai jambak-jambakan. Paling ngumpat doang dan yg saya lihat cara tegur2an mereka tuh beneran face to face, macan lagi diskusi. Nadanya ada yg tinggi tapi lebih banyak yg biasa. Namanya juga di mesjid kali, ya masa mau berantem. Yg suaranya keras cuma para askar aja biar jamaah2 yg ngeyel pada nurut. 

“..... ibu ibu terus terus....”
“..... hajjah hajjah, jalan jalan.....”

*ucapan khas para askar wanita*


Malam Pertama di Mekkah: Umroh Perdana

Agenda utama begitu sampai di Mekkah adalah ibadah umroh yang terdiri dari 3 rukun: tawaf, sai, dan tahalul. Padahal sampai sana sudah malam. Makanya sejak keluar dari Madinah memang harus mempersiapkan diri agar fisiknya tetap kuat dengan makan dan tidur yang cukup selama perjalanan. 

Umroh pertama ini mengambil miqat/niat di Bir Ali, masih di dekat Madinah. Jadi selama perjalanan dari Madinah ke Mekkah yang memakan waktu kurang lebih 5 jam itu, kondisi kita harus sudah siap untuk umroh. Salah satunya yaitu: untuk bapak-bapak harus sudah memakai pakaian ihrom, yang ibu-ibu sudah pakai pakaian umroh yang full menutup aurat dan tidak ketat (untuk warna tidak ada kewajiban harus putih-putih; saya sendiri pakai warna hitam).


Area Sa'i yang adem dan lega (indoor)| Area Tawaf di area Ka'bah (outdoor)


Begitu sampai Mekkah, rombongan dipersilakan untuk solat magrib isya yang dijamak dan makan malam. Kalau saya plus gantiin popok Ahza biar pas umroh lebih nyaman, juga pasang-pasang gendongan baik di saya juga di Papanya Ahza. Sengaja pasang 2 gendongan niatnya biar lebih gampang saat Ahza pindah-pindah gendongan. Stroler dibawa nggak? Menurut informasi yang ada, stroler tidak bisa masuk masjid, jadi saya nggak bawa. Saya juga siap dengan bekal cemilan dan botol minum Ahza yang nanti bisa diisi dengan air zam-zam.

Kira-kira jam 9 malam rombongan siap untuk ibadah umroh. Sebenernya mata sudah mulai sepet. Bagaimana pun yang namanya tidur di perjalanan rasanya tetap belum memenuhi kualitas istirahat yang ideal, apalagi pakai moda bus, sambil mangku bocah pula, sedaaap! Tapi masa iyaa saya langsung menyerah begitu saja hanya gara-gara capek dan ngantuk. Ahza toh lagi anteng, udah masuk jam tidur pula. Terus rukun umroh kan cuma 3, cincailah yaa.... Selain itu, saya nggak mau menyesal kalau sampai melewatkan umroh perdana, seperti saya menyesal "gagal" masuk Rawdah.

Singkat cerita, saya bisa menyelesaikan umroh dengan ucapan hamdalah... kelar juga. Hehehe. Karena eh karena begitu kelar rasanya tuh... alamaaaakk.... Capek? Ternyata nggak sekedar capek. Tapi lebih ke pinggang encok pegal linu, macam mau patah, hahahaha.... Apakah mungkin karena sambil gendong bocah? Salah satunya iya. Ditambah lagi kondisi Al Haram cukup crowded, penuh banget orang. Makanya pas tawaf jadi melipir pelan-pelan yang menurut saya malah tambah bikin capek. Dan ternyataaa... Sa'i itu jauh jauh lebih membuat capek dibanding tawaf. Padahal tempatnya lebih nyaman karena indoor dan ber-AC. Sungguh dugaan yang salah -- iyaa, saya tuh sebelumnya kayak sedikit 'jumawa' sama kegiatan Sa'i ini. Saya pikir bisa laaah jalan/jogging di area adem gitu. Masa sampai nggak kuat. Eeeeh tak tahunya saya salah, men! Walaupun sanggup menyelesaikan umroh tapi capeknya alamakjaang, berasa bertubi-tubi banget *lebay, eheehe....

Kelar umroh perdana di malam hari. Muka kunyu, lemes, tapi lega luar biasaaaa....! 
Alhamdulillah!


Tapi kalau mau ngeles, munculnya 'kejumawaan' ini karena saya berusaha positif thinking untuk mengafirmasi diri bahwa umroh itu menyenangkan dan nggak sesusah yang dibayangkan. Di tulisan sebelumnya saya pernah bilang kan kalau sampai detik tiket udah dibayar, antusiasme saya untuk umroh tuh nggak nongol-nongol. Rasanya insekyur gitu loh, karena takut ribet, takut nggak kuat, takut kejadian ini, kejadian itu, banyak laah. Belum lagi kok yaa berasa bonus tahunan langsung terkuras untuk bayar tiketnya, dan pikiran-pikiran 'setan' lainnya.

Selama umroh perdana Ahza gimana? Alhamdulillah pas banget sama jamnya tidur. Jadi sepanjang acara doi pules dalam gendongan. Bangun-bangun pas banget kelar tahalul - rukun terakhir ibadah umroh. Biasaa.. jatah nenen. Untung ya bok, sebelumnya saya 'training' nen sambil gendong, jadi langsung bisa deh pas beneran 'praktek' 😁 Tapi.... ada satu catatan nih, kalau umroh bawa bayi saya lebih menyarankan pakai gendongan bentuk SSC bukan hipseat. Karena jauh-jauh lebih nyaman saat harus gendong sambil nen. Beda dengan hipseat yang ketika posisi menyusui mesti agak diturunkan dari pinggang biar pas dengan posisi payudara. Akibatnya pinggang jadi lebi cekot-cekot karena menahan beban hipseat dan bocah sekaligus.

Gitu deh kira-kira gambaran cerita hari pertama di Mekkah.

Jangan lupa komen-komenya yaa... maacih :*



\



Share
Tweet
Pin
Share
No Comments
Rasanya sudah tak sabar ingin menuliskan semua tentang pengalaman umroh yang tak mungkin terlupakan ini. Hanya saja waktunya yang masih belum bisa. Tentu saja karena paska cuti panjang, pekerjaan jadi banyak yang tertunda dan harus segera digarap. Kalau tidak ya saya akan menuai komplain dari segala arah, hehe. 


Baiklah, lewat tulisan ini saya ingin mencoba menceritakan detail kegiatan utama waktu di Madinah maupun di Mekkah. Apa saja sih rangkaian kegiatan umroh yang dilakukan? Bagaimana suasananya, dan masih banyak lagi.


Share
Tweet
Pin
Share
2 Comments
Cerita ini merupakan kelanjutan dari cerita sebelumnya tentang hal-hal yang saya lihat dan rasakan selama umroh kemarin. Semoga bisa terangkum semuanya di bagian kedua ini. Kalaupun enggak yaaa berarti lanjut ke bagian ketiga. Secara kalau cerita saya teh suka ngelantur kemana-mana sampai tahu-tahu udah sekian ribu kata. Hahaa...


 Foto di Jabal Uhud


Langsung aja ya...

16. Jangan kaget kalau bakal ketemu masjid yang kondisinya sederhana dan tidak luas. Kalau boleh jujur, menurut saya kondisinya kayak masjid2 di Indonesia jaman jadul atau yang ada di kampung2. Udah gitu tempat wudhu dan toiletnya bukan yang bersih berkilau, lawong lantainya masih pakai tegel dan cor-coran (sejujurnya pengen bilang toiletnya kurang bersih alias mohon maaf nih, kotor). Kondisi seperti itu nggak cuma di masjid2 persinggahan/ rest area lho, tapi juga masjid yang dipakai sebagai tujuan miqat haji/umroh, yang sudah pasti bakal dikunjungi oleh banyak jamaah. Saya saja belum bisa membayangkan pas musim haji gimana padatnya yaa... 

17. Kencing onta halal loh bagi yang penasaran mau coba. Khasiatnya bisa sebagai obat. Kenapa kok bisa halal? Menurut orang sana, di Arab menggunakan mahzab Hambali yang salah satu aturannya halal untuk semua yang dihasilkan/dikeluarkan oleh hewan yang halal dimakan. Lebih jelasnya silakan cari info yang lebih valid dari guru ngaji masing2 yaa... Nah berhubung kami jijikan, jadinya ogah deh mencoba kencing onta itu. Rasanya masih banyak minuman lain yang lebih enak dan masuk akal untuk dicoba, hehee

18. Sistem jual beli di sana kebanyakan masih menerapkan tawar menawar, termasuk di toko emas dan konter jam tangan ber-merk. Kecuali di supermarket atau konter resmi barang tertentu yang sudah mencantumkan harga fix. Kasih harganya macem di pasar tanabang atau mangga dua, tinggi! Tapi bisa ditawar sampai deal, walaupun turun harganya nggak yang anjlok2 amat. Misalnya harga awal sebuah gamis 70 riyal, setelah ditawar jadi 40-50 riyal. Mau beli emas pun begitu. Ngomong2 kalau beli perhiasan emas di sana modelnya banyak dan bagus2 loh, harga per gram nya juga nggak selisih jauh dg harga di Indonesia. Denger2 kalau dijual di Indonesia harganya tetap bagus. Sayangnya kemarin saya cuma berhenti di cek dan lihat2 aja, nggak berani beli karena memang nggak ada niatan beli. Nyesel nggak ? Sedikiiit... 😂

19. Sebagian besar souvenir oleh-oleh umroh dan haji bukan made in Arab Saudi. Malah kebanyakan made in Cina, Taiwan, India dan Turki. Mirip lah dengan Jepang yang oleh2nya pun makin jarang yang made in Japan. Yang made in Arab saya dapatkan dalam bentuk sajadah, Raudhah Rug, sajadah dengan motif Raudhah di Masjid Nabawi. Saya membelinya di Museum Qur’an yang diklaim paling original. Tapi pas di Mekkah, di lantai dasar Tower Zamzam, ternyata banyak yang jual dengan klaim yang sama. Harganya juga nggak jauh beda dengan yang di beli di museum. Malah di pasar grosir Jafariyah bisa ditawar lebih murah lagi...

20. Pakaian wanita khas Arab bentuknya abaya atau gamis longgar warna hitam. Sebenernya ada size nya mulai dari S dst. Awalnya saya beli sesuai size, eh pas saya coba kok kayaknya beda sizenya lebih ke panjang baju dan lengan saja. Lebarnya sama bok, ealaaah. Eh tapi kalau sizenya lebih dari XL mungkin beda kali yak lebarnya, saya kurang paham juga karena belanja bajunya hanya sampai size L. 

21.  Ternyata wanita sudah boleh menyetir kendaraannya sendiri dan bekerja di luar rumah. Saya lihat waktu perjalanan ke Jeddah ada mobil mewah (lupa merknya) warna merah yang ternyata dikendarai oleh wanita. Keren bener! 

Kalau yang wanita bekerja, saya ketemunya di supermarket Abraj dan Bin Dawood sebagai kasir. Bahkan mereka kerja sampai malam banget loh, jam 10-an kira-kira.

Oh iya, asykar atau pasukan masjidil Haram dan Nabawi kan juga ada yang wanita yaa, bahkan mulai dari subuh sampai malam hari. Hampir saja lupa, hehe.

22. Di Arab banyak sekali orang pakai mobil mewah. Berkali-kali saya ketemu sama jaguar, GMC, VW seri mewah dll. Tapiii, penampakan dari mobil-mobil itu buluk bin gembel. Terus orang-orangnya pada suka buka jendela dan bahkan ada yang merokok sambil nyetir. Padahal kan hawanya gurun yang panas berdebu gitu, kuat amat ya nyetir mobil nggak pake Ac. Beda sama saya yang kalau masuk mobil AC harus dingin, ndeso apa gmana ini ya, hahaa. 

23. Beberapa kali terlihat kumpulan mobil di pinggir jalanan atau di dekat pemukiman. Kayaknya sih parkir gitu, tapi rada-rada semrawut. 

24. Ketika pesawat mau landing, saya melihat kerlap kerlip lampu (rumah) yang bagus banget dari atas. Bikin penasaran. Dalam bayangan saya, kayak kumpulan rumah mewah ala istana. Eee pas siangnya, saya coba cari kok perumahan yg ada dalam bayangan susah ditemukan. Kebanyakan bentuk rumahnya berupa flat bercat krem dan nggak terkesan mewah sama sekali. Tapi nggak tau deh interiornya kayak apa, heehee. Rasanya hanya sekali dua kali saya nemu rumah ala istana (orang Madura) pas lagi tour. Mungkin itu rumah orang Arab yang zuper tajir 😁

25. Saya memyempatkan diri mencicip beberapa kuliner di sekitar Mekkah dan Madinah seperti kebab yang ternyata cuma ada isian daging ayam, nasi mandi ayam, jus buah dengan warna yang menggoda iman, dan ayam krispi Al Baik yang populer. Yang unik beberapa gerai toko makanan itu menerapkan antrian beda gender atau memisahkan wanita dengan laki-laki. Meskipun untuk antria wanita tetap dilayani oleh petugas laki-laki. 

Keunikan lainnya adalah toko pasti tutup pintu saat adzan solat berkumandang. Beberapa pegawai toko langsung bergegas ke masjid untuk solat. Tapi ada juga yang menundanya, dan lebih memilih istirahat sejenak dari jual beli. Makanya lebih enak transaksi jauh sebelum waktu solat tiba, biar gak riweh dan gubrak-gubruk yang mengakibatkan salah memasukkan barang, salah bayar atau salah beli. Saya mengalami nih soalnya. Pas udah keluar toko eh masih kurang jumlah barang yang mau dibeli, padahal sebelumnya udah dihitung dengan benar. Untung masih di sekitar toko jadi masih bisa balik lagi.

26. Saya melihat di beberapa bagian kota ada tempat bermain anak (play ground). Cuma selalu sepi dan dan sepertinya jauh dari pemukiman. Sempet ngebatin aja “apa iya ada yang mau main perosotan di tengah hari yang panas gini” yaak, hehe

27. Walaupun kalau siang suasananya panas (waktu saya kemarin kisaran suhu 29-30 derajat) tapi dijamin badan bakal jarang berkeringat. Jadi lumayan bye bye sama burket alias bau ketek. Kenapa ya bisa begitu? Padahal kalau dirasa ya nggak begitu lembab kok... 

28. Di mall besar banyak dijual baju wanita seperti umumnya. Maksudnya semacam dress pendek, celana jins, tanktop, dsb. Lah bukannya para wanita Arab kebanyakan pakai gamis abaya hitam yang longgar? Terus kapan pakainya ya baju-baju biasa itu? Begitulah yang sempat terlintas dalam hati.

Kemudian terjawablah dengan segera. Pas saya sedang ambil wudhu di toilet mall, terlihat beberapa orang yang menyampirkan gamisnya. Ternyata di dalam gamis hitam longgar itu beberapa pakai celana jins dan kaos biasa loh. Sepatu merekan juga cakep-cakep dan bermerk. Fashionable laah... Oooo jadi begitu to..., atau bisa jadi kalau di dalam rumah mereka pakaiannya ya biasa aja kayak kita pada umumnya. 

29. Sebelumnya saya pikir semua wanita di Arab jilbabnya selalu syar’i yang menutup dada. Kenyataannya enggak semua loh. Banyak juga yang pake jilbab pendek asal dililit di leher dan kepala. Ada yang ditambah cadar, ada juga yang enggak. Terus banyak juga yang pake kerudung ala India yang beberapa helai rambut masih kelihatan. Bahkan beberapa orang tidak berkaos kaki sementara gamisnya nggak bisa nutup sampai kaki. Kalau pas solat cuek aja gitu, nggak bawa mukena. Yang begini memang agak beda dengan yang diajari guru ngaji saya tentang syarat sahnya solat dari sisi pakaian. Tapi apapun itu kita nggak bisa main judge, kita nggak pernah tahu mana yang bakal masuk surga siapa duluan kan? Yang penting kita yakin pada apa yang sudah kita pelajari sepanjang referensinya jelas...

30. Semoga terakhir yaak, hehe. Sebelum packing saya sempat memasukkan kartu Starbuck ke dalam dompet, barangkali mau nyicip kopi Starbuck ala Arab. Waktu itu nggak expect nemu gerainya sih. Ealaah ternyata di halaman masjid Nabawi dan di mall sekitar Masjidil Haram terpampang nyata si gerai berlogo merak hijau. Sempet nengok harga kopinya yang ternyata 11 12 dengan Indonesia, makanya langsung nggak jadi beli. Rasanya kok sayang gitu jauh-jauh ke Arab belinya Starbuck hahaa... Dan lagi aslinya saya bukan maniak kopi kok, biasanya kalau beli karena ngikut diskonan temen dan sedikit gaya-gaya-an, wkwkwk. Selain si gerai kopi, ada banyak gerai fastfood yang biasa kita temui di Indonesia seperti KFC, Mcd, Carls Jr, Texas, Burger King, dll. Jadi buat kamu kamu yang comfort food-nya berupa junkfood eh fastfood jangan sedih dan khawatir, dijamin gak bakal kecewa. Apalagi pas di Masjidil Haram yang sekelilingnya adalah mall-mall besar, bakal lebih gampang cari makanan siap saji tsb.


———

Kira-kira begitu cerita selayang pandang ala saya. Sambil saya ingat-ingat lagi ada yang belum ditulis atau enggak. Sambunganya setelah postingan-postingan yang lain biar nggak pada bosen. 



\\




Share
Tweet
Pin
Share
1 Comments
Saya pernah membaca cerita-cerita tentang negara Arab Saudi, tempat dua kota suci berada. Sebelum berangkat umroh pun saya kembali mencari apa saja sih yang bakal ditemui di sana, bagaimana gambaran suasananya, dan sebagainya. Setidaknya biar saya enggak kaget-kaget amat, meskipun kenyataannya ya tetep melongo juga sih, ehhee.. karena ada saja yang ternyata belum saya temukan di cerita orang tapi malah mengalami sendiri.


Di tulisan kali ini saya pengen sedikit share apa saja yang saya lihat dan rasakan tentang suasana, orang-orang, budaya dll ketika umroh kemarin. Ada yang positif tapi juga ada yang sebaliknya. Tapi ya gak mendalam, namanya juga selintas pandangan, dan seinget-nya saja. 

1. Pada bulan Januari sampai Februari, secara umum cuaca di sana tidak terlalu panas di kala siang, dan relatif dingin berangin pada sore hingga malam hari. Sebelum berangkat, saya dan suami sempat cek prakiraan cuaca biar gak salah bawa baju. Tadinya saya pikir di sana pastilah panas banget, eh ternyata enggak juga. Cuma memang di beberapa tempat silaunya gak nahan... Makanya kacamata hitam tetap perlu dibawa, yang sayangnya saya malah gak bawa karena gak sempat bikin, heu~

2. Bandara di Jeddah tidak semewah Bandara Soeta di Cengkareng. Bahkan menurut saya cenderung sederhana, dan mohon maaf..... agak kotor (terutama di bagian kamar mandinya). Terutama di area untuk kedatangan dan keberangkatan jemaah haji dan umroh. Gak kebayang kalau pas ibadah haji yang orangnya jauh jauuuh lebih banyak, gimanaa gitu suasananya.

3. Ketika bekerja, petugas bandara sering terlihat nyambi ngobrol dengan temannya, yang membuat seperti tidak fokus ke arah pelanggan. Memang beberapa ada yang ramah, tapi beberapa yang lain justru memasang tampang sangar, tanpa senyum, salam dan sapa (3S). Agak beda dengan pelayanan umum di Indonesia yang sekarang mulai banyak yang mengimplementasi 3S. Sekalinya ada petugas yang bekerja sambil cekikikan apalagi sampai teledor... waah bakal habis jadi berita viral.... #jahatnya media saat ini....

4. Saya menemukan ruangan petugas di bandara Jeddah yang kotor dan berantakan. Ada puntung rokok pula. Kok bisa lihat? Karena kacanya bening dan pintu ruangannya terbuka....

5. Saya kok gak nemu toko duty free yang cakep yaa di sana. Yang barang-barangnya terlihat ekslusif gitu. Yang ada malah toko macem di terminal dengan koleksi barang yang tidak lengkap dan tertata seadanya. Sayang sekali.... Jadi kalau belanja2 memang lebih baik tidak di bandara karena barang2nya tidak banyak yang bisa diharapkan, harganya pun sudah lebih mahal. Kecuali bener2 kepepet karena ada yang kelupaan dibeli saat di pusat perbelanjaan, yaa mau gimana lagi. Hehe.

6. Positifnya, mereka sudah menerapkan aturan PRIORITAS yang cukup baik untuk lansia, ibu dan balita, dan mungkin wanita hamil (kebetulan kemarin gak nemu ibu hamil di bandara). Saya yang membawa Ahzo beberapa kali mendapat layanan prioritas saat antri masuk ke pesawat, bahkan suami saya juga diikutsertakan masuk ke dalam layanan tsb karena tahu saya rempong. Alhamdulillah...

7. Katanya, orang Arab itu suka dan respek dengan anak kecil. Mereka tak segan menyapa, tersenyum bahkan mencium si anak kecil. Bahkan kadang kasih hadiah, coklat atau uang. Di bandara, Ahza beberapa kali mendapat sapaan dari orang Arab. Apalagi waktu di Mekkah dan Madinah. Beberapa orang mencium tangan Ahzo, dan ada 1 orang yang mencium keningnya. Untung disertai doa-doa baik, jadi saya enggan untuk melarang. Piye maneh!

Ada satu kejadian lucu. Waktu itu saya sedang nunggu sodara mengurus kunci hotel di ruang tamu lobby hotel. Tiba-tiba ada sepasang suami istri Arab ikutan duduk di area yang sama dengan saya. Dia nanya-nanya tentang Ahzo dalam bahasa campuran Arab, Inggris dan isyarat, tapi aslinya saya gak begitu paham juga sih dia nanya apa. Saya cuma manggut2 dan senyum aja. Abis itu Ahzo dikasih sekotak jus dan.... uang 10 riyal. Iiihh.. apaan coba. Saya berusaha untuk mengembalikan uang itu karena gak enak hati. Saya jadi udur-uduran kasih uang itu kembali sedangkan orangnya gak mau nerima. Katanya itu hadiah buat Ahzo. Belum selesai urusan uang, sodara saya datang, dan dia lihat kejadian itu. Eh la kok akhirnya uang itu malah diambil oleh sodara saya (yang kemudian gak balik ke saya. Mungkin doi lupa kali yaa, hahahaa pait).

Gara-gara kejadian itu saya langsung ngaca, lah kok ya pas muka saya ternyata lagi kuceeeel banget. Jangan-jangaaan... saya tidak dianggep sebagai mama-nya Ahzo karena kucel dan tampang melas, duuhbiyuung!

8. Di beberapa sudut kota, saya melihat banyak sekali bangunan tak terawat atau bangunan yang konstruksinya mandeg. Juga bekas toko yang terbengkalai. Ada juga bekas coret2an ala vandalisme. Melihatnya bagaikan sebuah kota mati yang ditinggal pergi oleh penghuninya, sayang sekali.

9. Saya juga melihat ada toko-toko yang menurut saya lokasinya jauh dari keramaian. Kan jadinya mikir apa iya punya konsumen? Tempatnya terpencil gitu... Plus kebetulan pas saya lihat lagi sepi pembeli, gak terlihat mobil parkir di depannya.

10. Bangunan di sana rata-rata dicat warna krem atau coklat muda, mungkin menyesuaikan dengan suasana gurun yang berdebu. Kalau di instagram semacam tone peachy dan krem gitu, pastel tapi debuan *halah*

11. Sepanjang jalan ada banyak gunung batu. Tapi ajaibnya banyak kegiatan konstruksi sedang berlangsung. Pikir saya "wah gilaa ya para teknik sipil dan tukang-tukang di Arab, bikin pondasinya dari batu gunung, ngebor dan nge-belah gunung batu". Edan! Para insinyur sipil disini grade-nya lebih tinggi kali yaa dibanding yang kerjanya di tanah lapang dan lunak.

12. Banyak bus yang kondisinya bagus-bagus, meskipun sebagian besar bus asal China, seperti merk Zhong Tong, Dong Feng, dll. Tapi so far bus-bus yang menjadi moda tour kemarin, kondisinya sangat prima baik eksterior maupun interiornya. Kalau di Kebumen bisa lah disandingkan dengan bus Effisiensi. Kelebihan lainnya yaitu adanya colokan untuk nge-cas HP di setiap bangku. Tahu aja busnya kalau jaman sekarang HP dengan batere full sudah jadi kebutuhan pokok. Hehehe.

13. Tapi banyak juga kendaraan umum yang buluk, macem kopaja di Jakarta...

14. Sebenarnya saya sudah sering lihat mobil mewah dijadikan sebagai taxi di Jakarta. Hanya saja, kalau di Arab, taxi dengan mobil mewah tidak semuanya disebut sebagai taxi premium. Malah saya sering lihat taxi pakai mobil Mercedes, Royal Saloon, Camry tapi bentuknya 'gembel'. Gembelnya itu yaa beneran gembel, terus bau rokok dan AC nya gak jelas gitu.. Udah gitu cara nyetir si sopir aduhai.. bikin mual. Manuvernya gilaak!

15. Ada banyaaak banget burung merpati atau dara liar di jalanan dan halaman masjid. Mereka berkumpul jadi satu dan terbang ramai-ramai. Cenderung jinak meski saya gak bisa nangkep. Sayangnya saya gak sempet foto dengan si burung-burung lucu itu.. Padahal sebelumnya pengen banget foto-in Ahzo diantara mereka. Hikss...

16....... saya lanjut di part 2 yaaa...

\\


Share
Tweet
Pin
Share
No Comments
Older Posts

About me




introvert, simple, cats lover, photograph
writing, sharing, reading & cooking enthusiast


INSTAGRAM

Follow Us

  • Twitter
  • Facebook
  • Instagram

Headline

Ealah, Kena Covid Juga Kan

Jika awal tahun 2020 dimulai dengan banjir air hujan, tahun 2021 kok yaa diawali dengan banjir air mata gara-gara Covid19. Sebuah awalan yan...

Categories

life in my opinion haloahza! traveling resep in my review lovelife #30harimenulis #icip2 motherhood nostalgia cerita umroh diary pregnancy Marriage cerita menyusui parenting random thought MyWeddingDay anniversary teknik industri obrolan wanita worklife

Blog Archive

  • ▼  2022 (2)
    • ▼  April 2022 (1)
      • Kemping Pertama di Hopeland Bogor
    • ►  March 2022 (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  October 2021 (1)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  May 2021 (1)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  January 2021 (3)
  • ►  2020 (8)
    • ►  December 2020 (1)
    • ►  May 2020 (2)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
  • ►  2019 (23)
    • ►  December 2019 (1)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  August 2019 (3)
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  April 2019 (2)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  December 2018 (9)
    • ►  November 2018 (8)
    • ►  October 2018 (1)
    • ►  September 2018 (2)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  May 2018 (7)
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  February 2018 (2)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (8)
    • ►  December 2017 (1)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  February 2017 (2)
    • ►  January 2017 (3)
  • ►  2016 (65)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  October 2016 (4)
    • ►  September 2016 (7)
    • ►  August 2016 (4)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (11)
    • ►  May 2016 (5)
    • ►  April 2016 (8)
    • ►  March 2016 (7)
    • ►  February 2016 (6)
    • ►  January 2016 (8)
  • ►  2015 (26)
    • ►  December 2015 (8)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  October 2015 (4)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  August 2015 (4)
    • ►  April 2015 (3)
    • ►  March 2015 (1)
    • ►  January 2015 (3)
  • ►  2014 (38)
    • ►  December 2014 (2)
    • ►  October 2014 (1)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (5)
    • ►  May 2014 (6)
    • ►  April 2014 (8)
    • ►  March 2014 (4)
    • ►  February 2014 (6)
    • ►  January 2014 (5)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (3)
    • ►  November 2013 (2)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (4)
    • ►  August 2013 (1)
    • ►  July 2013 (1)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  May 2013 (4)
    • ►  April 2013 (2)
    • ►  March 2013 (2)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (1)
  • ►  2012 (13)
    • ►  December 2012 (3)
    • ►  November 2012 (7)
    • ►  October 2012 (2)
    • ►  July 2012 (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  January 2011 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  December 2010 (5)
    • ►  April 2010 (1)
  • ►  2009 (5)
    • ►  April 2009 (2)
    • ►  February 2009 (1)
    • ►  January 2009 (2)
  • ►  2008 (33)
    • ►  December 2008 (6)
    • ►  November 2008 (2)
    • ►  September 2008 (3)
    • ►  August 2008 (3)
    • ►  June 2008 (2)
    • ►  May 2008 (2)
    • ►  April 2008 (4)
    • ►  March 2008 (2)
    • ►  February 2008 (1)
    • ►  January 2008 (8)
  • ►  2007 (38)
    • ►  December 2007 (4)
    • ►  November 2007 (1)
    • ►  October 2007 (8)
    • ►  September 2007 (12)
    • ►  August 2007 (7)
    • ►  June 2007 (1)
    • ►  May 2007 (5)
Copyright Tia Putri. Powered by Blogger.

#eatandcook

#eatandcook

#japantrip

#japantrip

Most Read

  • time capsule
    Medium Ugly – Adhitya Mulya (book review)
  • La Bellezza della Semplicita
    Casual Cursing and the Digital Mirror
  • mamarantau
    Merantau di Anjo, Aichi, Jepang
  • Life begins at 30…
    Liburan di Tokyo
  • carissavitri
    “Bu, Capek. Mau Sama Ibu Aja Selamanya”
  • Gembul Kecil Penuh Debu
    Mangut Iwak Wader ❤
  • Catatan Nyempil Kalau Lagi Ada Waktu
    Matilda's 6th Birthday Celebration
  • The Sun is Getting High, We're Moving on
    Lulus Cum Laude, Penting Gak Sih?
  • it's my point of view
    SGM Eksplor bersama Indomaret Dukung Pendidikan Anak Generasi Maju di Masa Pandemi
  • Talk about family, daily life, living, and us
    On Her Wedding Day
  • / besinikel
    1000 hari pertama Yaya, ngapain aja?
  • Masrafa.com
    Memilih Suplemen Dibantu Jovee
  • rocknroll mommy
    Makin Susah Cari Blogger
  • Jerapah Keriting
    Karena Harta yang Berharga adalah Foto Sekolah..
  • Afifa Ayu's Music Box ❤
    Update: My first baby publication!
  • Alfira Fitrananda
    When I’m Sick
  • Lafamilledewijaya
    Resik V Godokan Sirih : Buat Yang Pengen Alami Dan Praktis
  • rumahduapohon
    happy 7th anniversary mr. kumis!
  • santistory
    Manajemen Kulkas dan Belanja Mingguan
  • Mengumpulkan cerita yang terserak
    On this day, 8 Years Ago..
  • let the beast in!
  • Citraningrum
Show 5 Show All

Stats

Member of

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates