RandomThought: Momfluencer & The Followers
Sudah lama sebenernya pemikiran tentang ini. Yakni tentang bagaimana menyikapi tulisan atau sharing dari orang lain. Terutama dari para "influencer". Kenapa influencer-nya pake tanda kutip? Karena sekarang banyak bermunculan orang-orang biasa yang tiba-tiba punya follower bejibun, khususnya di Instagram. Kalau di IG saya sekarang, yang lagi sering muncul adalah "mom-influencer" yang isi postingannya terkait seluk beluk anak dan parenting tips.
Setelah jadi ibu, saya baru tau ternyata ada banyak sekali para ibu yang menuliskan aneka cerita tentang anaknya. Ada tips asi, mpasi, resep mpasi, sharing berobat, terapi, dokter, imunisasi dan lain-lain. Banyak dari tulisan-tulisan itu berguna buat saya yang masih newbie dalam dunia motherhood. Walaupun ada pula yang agak berseberangan pendapat. Nah kalau ndilalah nemu bagian yang berseberangan biasanya gak saya ikuti lagi, kawatir jadi galau lalu jadi gak yakin. Padahal saya sudah berusaha mencari ilmunya melalui sumber yang lebih terpercaya dan dibuat oleh pihak yang kompeten.
Dalam hal apa sih yang biasanya berseberangan pendapat?
Sejauh ini sih hal-hal yang berkaitan dengan penanganan anak sakit yang umum terjadi (common cold). Saya note ya, sakit-sakit yang biasanya menjadi langganan anak dan dewasa, seperti batuk pilek, diare, keringat buntet, dll. Saya paham hal tersebut tidak lantas kita sepelekan. Kita harus tetap waspada, tapi diusahakan kepala kita tetap dingin. Tujuannya agar tidak panik sehingga bisa rasional dalam berpikir dan bertindak.
Jadi dari beberapa influencer tsb, selain berbagi cerita yang cukup detail, juga ada yang dengan rinci berbagi nama obat. Walaupun dalam postingan tsb sudah diberikan disklaimer "tiap kasus sakit obatnya mungkin beda", tapi tetap saja, menurut saya tulisan tsb punya potensi misleading oleh follower-nya. Apalagi jika follower-nya awam dan maunya instan. Bahaya banget jika sampai diikuti, padahal tiap kasus bisa beda penanganan.
Contoh kasusnya begini: seorang momfluencer cerita kalau anaknya batuk pilek, kemungkinan karena virus (ditulis di postingannya), demam tinggi hingga 39 derajat celcius. Panik kan.. lalu ke dokter dan diberikan obat-obatan yang terdiri dari puyer yang berisi antibiotik, vitamin daya tahan, dan paracetamol. Si momfluencer tsb juga bilang bahwa dia gak mau ambil resiko ada apa2 jadi pasrah aja dapat obat tsb, yang penting anaknya segera sembuh. Karena follower-nya banyak, sampai ribuan, komennya pun banyak. Ada pro kontra terhadap obat yang diberikan. Yang pro intinya yang penting anak cepet sembuh dan nurut aja sama dokternya apapun obat yang diresepkan. Sedangkan yang kontra berusaha memberi masukan bahwa untuk sakitnya tsb seharusnya tidak perlu antibiotik. Karena si momfluencer tsb sudah state diawal bahwa dia tipe orang yang nerimo yang penting anak cepet sembuh, ya di pro komen-komen yang ada pro. Komen yang kontra kena sikat miring deh.. wwkwkwkk....
Bagaimana menurut saya? Kalau saya memposisikan diri di pihak ibu momfluencer, mungkin kesel kali ya, wong anak lagi sakit eh malah dapet komenan macem-macem. Pengennya ya toss sama yang pro aja. Tapi kalau berkepala dingin, harusnya dia siap menerima konsekuensi dari sharing yang sudah dibuat dan di-publish ke umum. Kecuali yang bahasanya kasar dan judging hingga menyayat hati boleh lah ditebas dulu biar gak makin badmood. HAHAHA... Kalau hati dan kepala dingin, tentu lebih bisa open mind, menerima masukkan dari follower yang ternyata kalau diperhatikan background-nya ada juga yang dokter (yang rasional alias pro RUM). Ada pula yang mencantumkan referensi valid. Bukan lantas 'ngata-ngatain' yang kontra.... kalau kayak gitu kan jadinya blunder. Emosi sih emosi, tapi keep cool atuh bunda... :D. Tanggapin aja dengan "Oh, gitu ya? Wah nanti coba saya baca-baca referensinya, bla..bla..bla...."
Nah, kalau saya termasuk follower yang pro atau kontra?
Mana hayo manaa??
-------------
Baique, pertama, saya gak nge-follow dia, ndilalah aja IG nya muncul di feeds. Lalu saya buka-buka karena penasaran, kok bisa ibu-ibu biasa follower-nya bejibun. Setelah ditelusuri ternyata karena dia termasuk buibu yang "sharenting" - parents share anythings *abaikan, kepanjagan yang ngaco* Lalu ketemulah postingan seperti diatas itu. Yo bye, gak jadi saya follow, karena apa? Karena saya kontra. Hehee... Daripada-daripada kan... misal saya gatel pengen komen 'meluruskan' tapi malah bikin dosa pada orang lain yang saya gak kenal, berabe. Masak nanti susah masuk surga gara2 nyangkut hal remeh gituan... *ibaratnya begitu, gak usah ngambek kalau saya nulis surga-surgaan, semua orang pen jadi ahli surga kan?
Saya kontra terhadap obat yang diberikan dokter tsb. Karena sakitnya si anak disebabkan oleh virus yang sependek pengetahuan saya obatnya bukan antibiotik. Menurut referensi yang dijamin valid seperti IDAI dan milissehat, penanganannya hanya banyak minum agar tidak dehidrasi. Sesekali diberi paracetamol jika demam diatas 38 derajat celsius dengan tujuan utama lebih untuk menyamankan anak (agar mengurangi rewel). Selebihnya malah disarankan untuk sabar dan gendong, oleh dokter andalan, dr Arifianto, SpA.
Meskipun kontra, saya malas ikutan komen. Selain karena alesan diatas (yang surga2 itu tuh) juga karena si momfluencer tsb tidak cukup open mind dalam menerima masukan even yang disampaikan dengan bahasa sopan. Defensif banget lah pokonya....
Di kasus ini lalu saya jadi keinget seseartis yang menuai masukan (tapi lama-lama menjadi hujatan) dari banyak ibu2 karena gaya parenting-nya yang dianggap antimainstream. Saya mencoba mengerti kekuatiran ibu2 kontra tsb terhadap follower-follower awam-nya si artis. Tapi jika kemudian menjadi penghujat menurut saya sudah kelewat batas. Jaga hati jaga pikiran jaga lidah jaga jari ngapa buibuuk... we are in the same gengs loh, geng ibu2, masak yo saling menghujat. Kalau hujatannya malah balik ke diri sendiri bagaimana? Atau jari-jari dan mulut kita ditahan sama Malaikat Rokib Atit gimana jal? Lak puyeng kaan masuk surga tapi mulut dan jarinya ketinggalan....
In the end,
Jika kita ada di posisi sebagai follower, atau minimal menjadi pengamat kita mesti inget kita itu tidak bisa mengontrol orang lain posting apapun.
Karena ya akun-akun orang, jari-jari orang kan. Mana bisa? Yang bisa
dikontrol adalah diri kita *ambil kaca*. Jadi jangan asal 'niru-niru' atau ikut-ikutan. Kalau mau ikutan cari dulu referensinya, baca, pahami, dan cocokkan dengan kondisi kita. Dalam mencari referensi sebisa mungkin cari yang paling valid dan dari sumber-sumber terpercaya. Jangan berdasar katanya-katanya aja... Jadi kalau ditanya dapat referensi darimana gak asal nyeplos "dari mbah google". Dan kalau menerima informasi, yuuk disaring. Ambil yang kiranya cocok, tapi gak perlu menghujat hal yang berseberangan sama kita. Kalau bisa meluruskan lebih baik, tapi tetep liat situasi yoo...
Nah jika kita sebagai "tokoh" plisss sharing-nya juga jangan semena-mena. Sertakan sumber yang jelas, beri disklaimer juga gak apa-apa untuk antisipasi meskipun gak jaminan. Dan jadilah tokoh yang open mind. Kalau pun berseberangan pendapat sampaikan dengan baik juga, gak perlu defensif atau ngotot. Karena diatas langit masih ada langit....
Wes, gitu aja tulisan random kali ini... semoga bisa dimengerti dan jangan baper plis kalau you merasa. Hehehee (kayak ada yang baca aja.. 😅)
Btw, dengan maraknya sharenting ini, lama-lama saya jadi males untuk ikut2an sharing macem2 tentang Ahzapaw di sosial media. Males kalau nanti terjadi hal-hal diluar ekspektasi. Selain itu saya takut tenar *halaaah* . Share secukupnya dan sesukanya aja macem foto lucu2 dengan caption singkat. HAHAHA
\\
Gambar: https://cdn-images-1.medium.com/
4 Comments
Hahaha pnisirin sopo sih tokoh sharenting seseibu ybs itu wkwk
ReplyDeleteNek aku mlh males moco sing captione dowo2 hahahs
lali namane, soale mung sekilas skrol2 nemu sing gak pas jadi lgsg closed. hahahaaa
DeleteKnp cb dkter pd suka ngasi AB sm obt2an aneka macam jenisnya ya
ReplyDeletewakeeeehh banget saiki, dan banyak juga yang sebenernya informasi validnya mending dibaca di situs2 yang kamu sebutin
ReplyDeleteada 1 lagi dampak sosmed terhadap motherhood : konsumerisme
when 'influencer' got money from seseanu, kita ga bakal bisa bener bener percaya 100% semua pernyataannya
ye kan? ��
Thankyou very much for dropping by. Tapi maaf saya moderasi ya, untuk menghindari spam dan komen dg link hidup. Bila waktunya luang pasti akan saya balas dan kunjungi balik blog kalian :)