ad astra per aspera

"Betapa pun berbakatnya seorang pemimpin, ia tidak akan mencapai potensi maksimalnya jika tidak disiplin" - John C. Maxwell

Dear Tia,
Jalan menuju puncak tidaklah mudah. Tidak banyak orang yang berhasil mencapai posisi terbaik dalam sebuah pekerjaan. Bahkan yang  dianggap terbaik malah jauh lebih sedikit.

Tak seorang pun bisa meraih prestasi dan mempertahankannya tanpa disiplin. Disiplin menempatkan seorang ke tingkat tertinggi dan membuat prestasinya bertahan lama.

Untuk mengembangkan gaya hidup disiplin, salah satu caranya adalah hilangkan kecenderungan membuat alasan. Jika Anda selalu punya banyak alasan mengapa Anda tidak bisa disiplin, sadarilah bahwa itu hanyalah suatu pembenaran diri.

Jika sekarang Anda kurang berdisiplin, mungkin selama ini Anda terbiasa menikmati makanan pencuci mulut sebelum memakan nasinya, menikmati imbalan sebelum pekerjaannya selesai.

Tia, fokuslah pada hasil akhir. Setiap kali Anda berkonsentrasi pada kesulitan pekerjaan, bukan pada hasil, Anda akan cenderung putus asa. Jika berkutat pada hal itu terlalu lama, Anda akan menumbuhkan sifat mengasihani diri sendiri, bukan kebiasaan disiplin. Pikirkan keuntungan dari melakukan pekerjaan itu, dan kerjakan saja.

Jika Anda tahu Anda berbakat, dan Anda telah berusaha keras, namun hanya memperoleh sedikit hasil nyata, Anda mungkin kurang disiplin. Perhatikan jadwal Anda minggu lalu, adakah yang meleset dari target-target Anda? Jika Anda menunda-nunda dan berniat melakukannya nanti, Anda mungkin perlu membenahi disiplin Anda.

seperti yang pernah terpikirknan, saya perlu membuat "Bulan Tertib Nasional" untuk diri saya sendiri....

credit : flickr.com

Disadari atau tidak banyak orang tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi. Bahkan cenderung meremehkan sarapan pagi dengan alasan kesibukan dan tidak memiliki banyak waktu untuk melakukannya. Adapula yang beranggapan bahwa sarapan pagi memicu kegemukan. Padahal secara riset di Harvard University AS menunjukkan, orang yang teratur sarapan pagi memiliki kecenderungan hingga 50 persen tidak mengalami kegemukan ketimbang mereka yang melewatkan sarapan. Ada saintis yang mengatakan sarapan sebagai makanan untuk otak. Kajian menunjukkan sarapan ada kaitannya dengan kecerdasan mental. Secara ringkasnya, sarapan dapat memberikan kesan positif terhadap aktivitas otak menjadikan otak lebih cerdas, peka dan fokus.


Menurut Dr.Cindiawaty, SpGK, sarapan tidak harus memiliki menu lengkap dengan porsi besar. Kenyataannya makanan yang dikonsumsi biasanya 1/3 dari makanan kita sehari. Makanan yang dimakan tidak hanya mengenyangkan tapi juga harus bergizi lengkap dan seimbang. Aturan sarapan yaitu makanan mengandung zat tenaga, protein, vitamin dan mineral sebagai zat pengatur yang bisa diperoleh dari sayur dan buah. Sekarang pun begitu banyak menu sarapan pagi yang ringan tetapi sehat, mudah dibuat dan tidak banyak makan waktu.

Tidak beda sebenarnya dengan saya. Sudah lama sekali rasanya saya tidak lagi begitu mementingkan makna sarapan pagi. Sejak kuliah sampai mulai kerja saya menjadi kurang antusias untuk sarapan pagi dengan alasan waktu yang mepet dan memang malas. Jam kantor yang terlalu pagi seakan membuat saya harus segera (buru-buru) bersiap agar tidak terlambat masuk kantor, tanpa banyak berpikir mau sarapan apa. Jadilah saya bisa sarapan bisa pula nggak. Kalaupun sarapan juga prinsipnya yang penting kenyang biar kerjanya lancar dan gak kelaperan. Kalau udah buru2 banget saya cuma makan makanan yang cepat dan ringan, semacam gorengan, kue2 pasar, atau sekotak susu. Jika waktu menjelang jam kerja agak panjang baru saya sempatkan sarapan nasi bungkus lauk telur dan sambal. Jarang sekali berlauk sayur mayur.