Pages

  • Home
  • About Me
  • Halo Ahza!
  • Travel Notes

ad astra per aspera

.... then which of the favours of your Lord will ye deny?

Sekarang setiap sampai rumah sepulang kerja, Nja selalu sudah siap di ruang tengah. Belum juga saya atau papanya mengucap salam sudah dapat teriakan "Mamaaaah" atau "Papaaaah" sambil cengar cengir dan lari mendekat. Manis banget dan bikin hati hangat nggak siiih?




Sampai dengan usianya yang hampir 2 tahun ini, rasanya sudah banyak milestone yang dicapai Nja. Dan sudah semestinya saya bersyukur atas pencapaian yang diraih. Nggak melulu pusing dengan peer-peer yang masih berjalan, huhuuu...

Baca kabar Nja saat umur 0-6 bulan di sini dan saat Nja umur 7-12 bulan di sini.

Jadi sekarang Nja sudah bisa:

Merangkai satu kalimat bermakna, kadang-kadang bisa jadi kalimat majemuk sederhana. Misalnya: "Ayo papah pergi, naik motor mamah" atau "Papah ayo pergi beli ekim". Walaupun ngomongnya sudah lumayan, Nja masih belum bisa cerita tentang kejadian yang dialami sebelumnya (kejadian lampau - halah bahasanya...). Jadi saya belum bisa mendapatkan cerita sehari-hari Nja selama ditinggal kerja, kalau tidak dipancing. Milestone ini yang saya pengen banget segera bisa dicapai Nja, biar Nja bisa cerita-cerita lebih banyak lagi saat tidak bersama saya atau papanya. Tapi anehnya Nja malah lebih bisa mengingat ulang cerita inti dari buku cerita. Contoh: cerita tentang anjing yang terluka di buku. Ketika Nja buka bukunya dia akan bilang "Mamah, guguk nangis, kena paku kakina....".

Menghapal, mulai dari jenis motor (tertentu), warna, nama hewan, bunyi hewan, tokoh-tokoh dalam buku cerita dan membedakan panggilan ke orang lain. Maksudnya, Nja sudah bisa menyebut orang dewasa asing dengan sebutan om kalau laki-laki dan ibu kalau perempuan; menyebut Kaka untuk anak-anak yang lebih tua, dan Dedek untuk yang terlihat lebih muda (bayi). Kalau yang sepantaran saya memang mengajarkan untuk menyebut langsung nama saja. Misal kepada sepupu2nya. Karena toh yakin deh ntar kalau udah pada gede akan aneh manggil yang seumuran dengan sebutan mas dan adek. Apalagi yang sama-sama cowok. Realistis ajaa... 😎 Yaah walaupun sekarang papanya dari awal membahasakan Nja sebagai Mas, tapi asli di dalam hati saya kurang setuju, wkwk...

Baca: Kata pertama yang diucapkan Nja

Ngomong-ngomong tentang motor, ya begitulah Nja, kalau sama papanya pasti maunya main motor-motoran sampai hapal tiap jenis, suara dan seri motor. Yang sudah dihapal Nja: motor mio mamah, motor alfa jadul, motor RXKing papah, motor akung jadul, motor Beat punya tantenya, dan sekarang tambah motor gede yang dia sebut sebagai motor bumbum. Kalau sudah urusan motor, biarpun saat itu lagi nenen atau main sama mama, bisa saja langsung ngacir ke arah motor ngajakin papanya 😔 

Tentang belajar warna, saya punya ceritanya sendiri. Sebelum benar-benar saya klaim dia ngerti warna, saya sering iseng2 kasih Nja tebakan warna, dan selalu dijawab dengan "Ijo". Berhubung saya punya sedikit darah visual, pengen rasanya segera mengajarkan Nja untuk mengenal warna.

Awalnya saya mau beli buku First Color, tapi kok nggak nemu-nemu yang pas. Akhirnya saya ajari langsung dengan bola warna warni dan benda apapun yang punya warna. Saya ajari warna apapun yang ada di rumah dulu, seperti: merah, kuning, ijo, biru, hitam, putih, orange, ungu dan pink. Mainnya masih tebak-tebakkan. Dan setiap saya kasih tebakan masih dijawab warna ijo, tapi kalau saya bilang bukan, Nja akan menyebut warna yang lain. Tapi kok kayak ngapalin urutan gitu, jadinya kadang benar kadang salah terutama jika urutan warna yang saya tanyakan berubah. Singkat cerita, dari belajar beberapa minggu sekarang Nja sudah bisa membedakan warna biru, merah, kuning, dan hijau. Warna lainnya masih perlu belajar lagi *Nja remidi, hehe*

Sedikit-sedikit Nja sudah bisa berhitung. Masih bayi diajarin calistung? No...noo.. ini hanya belajar urutan aja dan belum sampai ke bentuknya. Masih secara lisan. Misal sambil pijet2an saya itung jari-jarinya sambil mancing Nja buat ikutan. Hasilnya Nja mulai paham mengurutkan satu, dua, tiga dan seterusnya. Pun dengan huruf Hijaiyah. Bedanya kalau huruf Hijaiyah sekalian saya kasih tahu bentuk hurufnya pakai poster kecil. Beberapa bentuk huruf Nja tahu. 

Menyanyi, tapi ujungnya doang. Hehehe... No problemo, yang penting mau mencoba. Ntar lama-lama juga bisa. 

Memilih dan mengatur orang lain. Contohnya Nja kadang-kadang memilih sendiri baju yang mau dia pakai. Dan kekeuh ketika mama nggak setuju. Nja juga bisa tiba-tiba memilihkan mama harus pakai baju apa di rumah. Dia hapal baju-baju mama dan papanya. Pernah suatu ketika saya pakai kaos papanya dia ribut minta saya untuk ganti. Papanya kemarin baru saja kena aturan Nja pas mau pakai sendal, harus pakai sendal yang Nja tentukan, "Papa, sendal meraah, sendal meraaahh", sementara yang mau dipakai papanya bukan yang merah tapi yang biru 😂😁

Interupsi saat difoto atau syuting. Habis mama cekrak cekrek pasti tahu-tahu datang dan bilang "mama liat, mama liaat", lalu biasanya disertai dengan senyam senyum gaje. Hahaha...

Makan dengan lebih proper: Kadang Nja males disuapi dan memilih (merebut sendok) untuk makan sendiri. Tadinya saya malas dan kuatir bececeran. Ya awalnya memang gitu sih... Tapi makin kesini saya perhatikan makin bener dia menyendok makanan. Bahkan suapannya bisa gede-gede. Mama jadi hepi kaan...

Gocek dan tendang bola dengan kenceng macem papanya yang jaman masih muda hobi banget sama bola. Bahkan bola menjadi mainan terbanyak yang Nja punya. Mulai dari bola warna warni yang untuk mandi bola sampai bola sepak beneran --> ini papanya yang modus sih waktu itu belinya. 

Main vespa dan mobil-mobilan dengan ugal-ugalan. Iya beneran loh suer. Nja klo udah mainan vespa kadang bikin jantung mama atau yang lain deg-degan. Manuver-nya kadang edan, kayak ngasal gitu. Pernah sih jatuh kejeblak, untung nggak kenapa-napa. Sekarang kalau jatuh yang nggak parah sih diem aja sambil kayak gimana gitu, terus giliran ditanyain "Sakit nggak?" dijawabnya "Sakit..." tapi nggak nangis. Huft dasar cowok.

Tahu masjid, suara azan, sedikit bacaan dan gerakan solat. Memang sejak sebelum pergi umroh kami banyak memberi informasi tentang masjid dan solat. Harapannya biar nggak rewel kalau kami tinggal solat saat umroh. Alhamdulillah sampai sekarang Nja jadi ngerti masjid buat apa, dan ketika diajak solat nggak banyak drama. Bahkan kalau ketika adzan berkumandang, dia yang paling semangat ngajak papanya solat di mesjid. Kadang beneran pengen ke mesjid tanpa maksud, kadang juga diselipi modus biar bisa motoran, hahhahaha....

Bisa ngisengin dan modusin orang. Nggak tahu ini bisa dibilang sebagai kemampuan atau bukan, tapi karena tingkahnya masih lucu, jadi ya saya bilang ini sesuatu. Saya sampai takjub ternyata bayi belum dua tahun dah ngerti aja ngisengin dan modusin orang. Contoh keisengan Nja baru-baru ini: Saya lagi tidur, masih liyep2 sih. Nja sama papanya di ruang TV. Sayup-sayup saya dengar papanya lagi ngomongin korek kuping sama Nja. Tahu-tahu Nja masuk kamar, nyamperin saya dan masukin korek kuping ke kuping saya sambil bilang "korek kuping mamah" langsung kaget dong saya, geli! Lalu saya tutup kuping pakai bantal, eh Nja nggak hilang akal nyelip ke bawah bantal dan bilang "korek hidung mamaah". AAAAakkkk... ini anak sapa dah isengnya pol 😪😪  Nja cuma ketawa-tawa, pun dengan papanya di luar kamar *menyebalkan* Kalau yang biasanya jadi korban modus tuh Papa Nja. Bisa tiba-tiba Nja minta jalan ke dapur, tapi belok ke tempat parkir motor dan harus mainan motor, atau tiba-tiba pengen ke mesjid tapi pakai motor. Gitu-gitu laah, akalnya ada aja.



----

Kira-kira itu yang bisa diceritakan dari kabar Nja saat ini. Secara motorik halus dan kasar boleh saya bilang pencapaiannya lumayan. Walaupun jujur saya termasuk yang masih jarang ngasih permainan edukatif ke Nja, seperti yang ala-ala montesori dll itu. Padahal permainan edukatif nggak harus bermodal macem-macem. Bisa hanya dengan modal spidol, karet, balon, baskom, atau apapun yang ada di rumah. Permainan jadul macem yang dulu kita (angkatan 90-an) lakukan justru lebih edukatif rasa-rasanya. Mulai dari petak umpet, gobak sodor, rambatan, pasar-pasaran, kemping, dll. 

Baiklaah, kayaknya saya memang harus mulai meluangkan waktu untuk bikinin Nja mainan-mainan yang lebih bermakna selain membaca buku dan cerita. 



\\






Share
Tweet
Pin
Share
4 Comments
Gara-gara ada teman yang nanya tips-tips berpuasa saat masih menyusui, saya jadi pengen sekalian cerita di sini biar lebih gamblang. Pun rasanya pas dengan tema bulan ini yang dalam beberapa hari akan memasuki bulan puasa. Insyaallah, di tahun 2019 akan menjadi Ramadan kedua saya dengan status masih menyusui walaupun sudah penghujung waktu, karena Nja sudah hampir dua tahun. 



Nja lahir tepat hari kedua Ramadan tahun 2017, dikarenakan setelah itu saya nifas maka tidak puasa dong. Setahun kemudian, pas Ramadan 2018, baru saya mulai puasa lagi. Karena pas itu Nja tepat berulang tahun yang pertama, yang artinya asupan Nja tidak lagi 100% bergantung pada asi, karena sudah makan. Makanya pas Ramadan tahun lalu saya merasa pede untuk ikutan puasa meskipun masih menyusui ketika bersama Nja, dan tetap pumping saat di tempat kerja. 

Yang pernah saya baca, jika memang ingin memulai puasa (Ramadan) ada baiknya saat anak sudah usia 6 bulan keatas, ketika anak sudah mulai bisa diselingi makanan padat dan bisa makan dengan lancar. Tapi jika usia anak masih dibawah 6 bulan, kondisi asi berlimpah ruah dan ibu yakin anak akan tetap tercukupi kebutuhannya, mau coba berpuasa ya sok aja atuh, dipersilakan. Yang pasti berapapun usia bayinya, ketika ibu menyusui memutuskan untuk ikut berpuasa maka ibu harus berkomitmen untuk mempersiapkan diri dan anaknya sebaik mungkin. Biar hasil akhirnya sama-sama baik. Kalaupun buibu belum yakin untuk ikut berpuasa, ibu jangan berkecil hati. Toh di agama sudah diberikan keringanan bisa dengan membayar fidyah, qadha puasa atau keduanya, tergantung keyakinan buibu yang mana setelah dikonsultasikan pada guru ngaji masing-masing... 

Sebagai bentuk komitmen waktu berpuasa tahun lalu, yang saya lakukan pertama kali adalah memastikan stock asi/asip di rumah cukup biar bisa Nja konsumsi dengan tenang saat saya tinggal kerja. Lalu saya niat dengan sepenuh hati biar dikuatkan -- selain niat juga butuh positive thinking tapi tetap realistis. Maksudnya ya harus prepare for the worst kalau ada resiko-resiko yang muncul, misal anak tiba2 GTM, stock asi nggak capai target dll. 

Karena saya masih harus pumping ketika kerja, biar badan tetap bugar dan asi tetap lancar, maka setiap hari saya perbanyak minum air putih dan makanan berkuah ketika buka dan sahur. Menu buka dan sahur andalan menjadi sayur sop dan bening bayem. Untungnya suami mau-mau aja, hehe, walaupun tetap ada lauk lainnya biar bervariasi. Minum air putih sudah pasti jadi kewajiban yang tak boleh putus. Ditambah minum air kurma untuk menambah kekuatan. Kalau suka susu, bisa juga air kurmanya ditambahkan susu cair lalu diblender.

Itu persiapan untuk diri saya sebagai ibu menyusui ketika berpuasa. Sedangkan untuk Nja sebenernya persiapannya tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasa. Palingan saya tambah beberapa frozen food yang saya buat sendiri seperti nugget, ayam ungkep, daging cincang, dan sayur-sayuran. Yang semuanya tinggal cemplang cemplung aja masaknya. Saya penuhi toples cemilannya untuk selingan diantara makan. Cemilannya pilih yang padat kalori macem: roti regal, puding, roti tawar selai, dll. Saya juga sounding ke Nja kalau semua orang di rumah lagi berpuasa, tapi Nja tetap harus mau makan walaupun yang lain enggak.

Karena Nja bukan bayi banget lagi, yang sudah bisa minum selain asi, saya nggak begitu kawatir akan dehidrasi. Saya yakin cairan yang masuk cukup memenuhi kebutuhannya. Tapi kalau masih bayi banget, misal di bawah 6 bulan, busui yang berpuasa harus banget memperhatikan: frekuensi pipis bayi: minimal harus mencapai 6x per hari. Lalu perhatikan kondisi bayi apakah sering rewel sepanjang hari atau bahkan setelah disusui, atau selalu lemas dan mengantuk. Dan terakhir BB bayi, kalau bisa jangan sampai tidak naik atau malah turun. Jika salah satu dari ketiga hal tadi tidak terpenuhi, kemungkinan bayi mengalami gejala dehidrasi. Dehidrasi pada bayi termasuk masalah yang serius. Maka ada baiknya untuk cek ke dokter dan evaluasi perlu lanjut puasa atau tidak. Jangan pernah memaksakan diri kalau hasilnya tidak baik untuk salah satu apalagi keduanya, biar nggak menyesal di kemudian hari.


------

Dari persiapan yang sudah direncanakan dan dijalankan tadi bagaimana hasil akhirnya?

Selama puasa, alhamdulillah saya kuat hingga akhir Ramadan dan full 30 hari karena saya belum mendapatkan mens paska melahirkan. Hasil pumping juga tidak banyak berpengaruh. Setidaknya setiap hari saya masih bisa memerah asi sesuai dengan target yang saya tentukan. Sehingga hampir tidak terjadi defisit asi. Walaupun ada kalanya kebutuhan asi Nja naik lebih dari yang saya hasilkan, tapi di akhir minggu selalu bisa saya lunasi. 

Tapi... selama puasa Nja malah melakukan GTM di siang hari. Ini sempat membuat saya galau di awal puasa, karena menduga adanya pengaruh dari kondisi saya yang berpuasa. Tapi kemudian saya tetap lanjut, karena toh siang hari saya nggak di rumah. Walaupun kalau saya amati mungkin saja nafsu makan Nja turun karena tidak ada temen makan. Pengasuhnya kan juga puasa. Solusinya ya makan sambil keluar rumah nyari temen atau membuat suasanya lebih ceria dengan mengajaknya bermain dan menonton video (halo teori parenting...? 😝), walau kadang tetap nggak berhasil membujuk Nja lapleplaplep makan. Kalau pas mingkem mah mingkem aja. Tapi ajaibnya ketika jam berbuka tiba, Nja tau-tau habis satu buah lontong isi oncom, 1 buah pastel atau pisang goreng. Ketika kami makan pun kadang suka nimbrung. Hemm... seolah-olah Nja ikutan berpuasa ya? Sungguh ini bukan bikin mamak bangga, tapi mamak miris dan sedih... huhuuu... karena BB-nya naik dikiiiit banget kalau nggak salah inget. 

-----

Sebenernya bukan karena salah puasanya. Jelas bukan lah yaa... Tapi mungkin karena kondisinya yang jadinya begitu. Maksudnya Ramadan kemarin sukses di saya, tapi tidak di Nja. Saya nggak menyesal, walaupun menyisakan rasa sedih, sebal, dan sedikit trauma. Makanya di bulan puasa kedua ini saya mesti lebih mempersiapkan diri sendiri dan harus percaya 100% ke Nja untuk semua urusannya (terutama urusan makan, karena tugas Nja yang utama yaa makan). Doakan yaa puasa tahun ini no drama-drama club....


\\



Share
Tweet
Pin
Share
2 Comments
Newer Posts
Older Posts

About me




introvert, simple, cats lover, photograph
writing, sharing, reading & cooking enthusiast


INSTAGRAM

Follow Us

  • Twitter
  • Facebook
  • Instagram

Headline

Ealah, Kena Covid Juga Kan

Jika awal tahun 2020 dimulai dengan banjir air hujan, tahun 2021 kok yaa diawali dengan banjir air mata gara-gara Covid19. Sebuah awalan yan...

Categories

life in my opinion haloahza! traveling resep in my review lovelife #30harimenulis #icip2 motherhood nostalgia cerita umroh diary pregnancy Marriage cerita menyusui parenting random thought MyWeddingDay anniversary teknik industri obrolan wanita worklife

Blog Archive

  • ►  2022 (2)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  October 2021 (1)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  May 2021 (1)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  January 2021 (3)
  • ►  2020 (8)
    • ►  December 2020 (1)
    • ►  May 2020 (2)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
  • ▼  2019 (23)
    • ►  December 2019 (1)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  August 2019 (3)
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  June 2019 (1)
    • ▼  May 2019 (2)
      • Cerita Nja 23 Bulan
      • Pengalaman Puasa Ramadan Saat Menyusui
    • ►  April 2019 (2)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  December 2018 (9)
    • ►  November 2018 (8)
    • ►  October 2018 (1)
    • ►  September 2018 (2)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  May 2018 (7)
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  February 2018 (2)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (8)
    • ►  December 2017 (1)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  February 2017 (2)
    • ►  January 2017 (3)
  • ►  2016 (65)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  October 2016 (4)
    • ►  September 2016 (7)
    • ►  August 2016 (4)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (11)
    • ►  May 2016 (5)
    • ►  April 2016 (8)
    • ►  March 2016 (7)
    • ►  February 2016 (6)
    • ►  January 2016 (8)
  • ►  2015 (26)
    • ►  December 2015 (8)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  October 2015 (4)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  August 2015 (4)
    • ►  April 2015 (3)
    • ►  March 2015 (1)
    • ►  January 2015 (3)
  • ►  2014 (38)
    • ►  December 2014 (2)
    • ►  October 2014 (1)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (5)
    • ►  May 2014 (6)
    • ►  April 2014 (8)
    • ►  March 2014 (4)
    • ►  February 2014 (6)
    • ►  January 2014 (5)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (3)
    • ►  November 2013 (2)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (4)
    • ►  August 2013 (1)
    • ►  July 2013 (1)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  May 2013 (4)
    • ►  April 2013 (2)
    • ►  March 2013 (2)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (1)
  • ►  2012 (13)
    • ►  December 2012 (3)
    • ►  November 2012 (7)
    • ►  October 2012 (2)
    • ►  July 2012 (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  January 2011 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  December 2010 (5)
    • ►  April 2010 (1)
  • ►  2009 (5)
    • ►  April 2009 (2)
    • ►  February 2009 (1)
    • ►  January 2009 (2)
  • ►  2008 (33)
    • ►  December 2008 (6)
    • ►  November 2008 (2)
    • ►  September 2008 (3)
    • ►  August 2008 (3)
    • ►  June 2008 (2)
    • ►  May 2008 (2)
    • ►  April 2008 (4)
    • ►  March 2008 (2)
    • ►  February 2008 (1)
    • ►  January 2008 (8)
  • ►  2007 (38)
    • ►  December 2007 (4)
    • ►  November 2007 (1)
    • ►  October 2007 (8)
    • ►  September 2007 (12)
    • ►  August 2007 (7)
    • ►  June 2007 (1)
    • ►  May 2007 (5)
Copyright Tia Putri. Powered by Blogger.

#eatandcook

#eatandcook

#japantrip

#japantrip

Most Read

  • time capsule
    Menjadi Pendengar yang Baik
  • mamarantau
    Merantau di Anjo, Aichi, Jepang
  • La Bellezza della Semplicita
    An Unexpected Stay, A Life Reset
  • Life begins at 30…
    Liburan di Tokyo
  • carissavitri
    “Bu, Capek. Mau Sama Ibu Aja Selamanya”
  • Gembul Kecil Penuh Debu
    Mangut Iwak Wader ❤
  • Catatan Nyempil Kalau Lagi Ada Waktu
    Matilda's 6th Birthday Celebration
  • The Sun is Getting High, We're Moving on
    Lulus Cum Laude, Penting Gak Sih?
  • it's my point of view
    SGM Eksplor bersama Indomaret Dukung Pendidikan Anak Generasi Maju di Masa Pandemi
  • Talk about family, daily life, living, and us
    On Her Wedding Day
  • / besinikel
    1000 hari pertama Yaya, ngapain aja?
  • Masrafa.com
    Memilih Suplemen Dibantu Jovee
  • rocknroll mommy
    Makin Susah Cari Blogger
  • Jerapah Keriting
    Karena Harta yang Berharga adalah Foto Sekolah..
  • Afifa Ayu's Music Box ❤
    Update: My first baby publication!
  • Alfira Fitrananda
    When I’m Sick
  • Lafamilledewijaya
    Resik V Godokan Sirih : Buat Yang Pengen Alami Dan Praktis
  • rumahduapohon
    happy 7th anniversary mr. kumis!
  • santistory
    Manajemen Kulkas dan Belanja Mingguan
  • Mengumpulkan cerita yang terserak
    On this day, 8 Years Ago..
  • let the beast in!
  • Citraningrum
Show 5 Show All

Stats

Member of

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates