Pages

  • Home
  • About Me
  • Halo Ahza!
  • Travel Notes

ad astra per aspera

.... then which of the favours of your Lord will ye deny?

Seperti biasa, kalau saya posting tulisan baru tuh berarti lagi teringat akan sesuatu. Kali ini trigger-nya setelah membaca tulisan simbok Olenka tentang ridho suami untuk istri yang bekerja. Tapi saya gak akan membahas tentang istri bekerja atau working mom kok. Cumaaa, mungkin tulisan ini masih ada kaitannya, sikit.


Jadi waktu dahulu kala, saya punya kenalan, sebut saja namanya X. Awalnya kami masih sama-sama kuliah, cuma beda kampus. Tapi saya lebih tua, makanya ndilalah lulus duluan. Setelah lulus saya kerja.

Suatu hari si X WA di grup tentang bagaimana peranan wanita dalam Islam. Awalnya aman tuh tulisannya. Masih general. Dan karena wa-nya ke grup, aman dong, kan ditujukan untuk semua member grup yang saat itu masih sama nasibnya, ada yang masih kuliah ada juga yang sudah kerja. Saya juga anteng aja, kadang baca sekilas doang, sesempatnya waktu.

Saking seringnya, kok lama-lama tulisan yang dikirim bahasanya menuju ke arah nyinyir bin julid alias gak seimbang. Arahannya lebih ke "wanita ki nek keluar rumah baik dalam rangka kerja atau pun bukan hukumnya haram". Mutlak HARAM. Lebih detailnya saya lupa. Selain itu pernah juga mengirim tulisan tentang "parenting dan anak" yang meme-nya kalau gak salah semacam "anak kok dititipin/ditinggal kerja oleh ibunya". Gitu-gitu lah....

Karena saking seringnya mengirimkan pesan yang tendensius, ditambah status saya waktu berbanding terbalik sama artikel2 yang dikirim lama-lama jadi merasa dipojokkan. Iki wong maksudnya gimana gitu. Kenal juga gak gitu akrab, tau2 nongol di grup, eh kok iseng amat ngirim tulisan yang kontroversial. Akhirnya saya tegur deh. Lama-lama ngilang tuh orang. 

Long story short, saya nemu dia lagi di sosmed. Statusnya sudah berubah. Sudah punya suami dan anak. Dan kabar terakhir malah bekerja di sebuah instansi yang menurut saya cukup terikat. Terikat secara hukum dan gengsi pastinya, karena termasuk profesi yang diimpikan jutaan orang. Anaknya gimana dong? Ya dititipin lah, masa dibawa kerja? Saya tahu karena ybs pernah menuliskan status.

Sampai disini saya boleh ketawa gak ya? Kalau pun enggak, saya kasih senyuman tipis aja ya. Ya gimana, duluuu pas belum mengalami kayaknya seneng amat ngirim tulisan-tulisan yang beda jauh sama kondisinya sekarang. Kalau saya boleh berkata kasar maka saya akan bilang "mamam tuh status working mom = haram" 

Disklaimer dulu yaa: saya tuh bukannya mau membangga-banggakan status working mom dan menafikkan hukum2 islam terkait sebaiknya wanita muslim harus bagaimana. Yang saya garis bawahi adalah janganlah merasa sombong atas apa-apa yang bahkan belum pernah dilakukan atau dirasakan. Jangan mentang2 lah intinya. Kalau meyakini sesuatu tapi ternyata orang lain tidak setuju ya jangan "seolah-seolah" dijejali terus. Kecuali yang berkaitan sama syariah kali yaa.. beda cerita kayaknya. Karena kalau kejadiannya jd kebalik gini kan siapa yang malu? *kalau masih punya rasa malu* siih... Dan untungnya kejadiannya adalah hal yang baik, coba kalau enggak?

--------------------------

Satu lagi cerita yang masih ada kaitannya dengan Ojo Dumeh. 

Dulu, saya pernah diajakin umroh oleh seorang teman. Biasalah ajakan pertama semanis madu. Apalagi biayanya murah meriah, cuma belasan juta bisa ke tanah suci. Karena memang belum menjadikan umroh sebagai prioritas waktu itu, ya saya tolak halus promosinya. Tidak gentar dengan penolakan, teman saya ini, sebut saya Y, kembali mengirimkan rayuan2. Halus halus haluuuus, eh kok lama-lama mengarah ke nyinyir. Pake bilang "untuk apa sih duit dicari kalau bukan untuk ibadah, blablablaaa...., apalagi ini mumpung harga murah, bisa cicil, jamaahnya ribuan loh, dijamin terpercaya....." Selain promosi yang makin mendekati hard selling, dia juga cerita kalau abis mengumprohkan ortu dan mertuanya, biar berkah harta yang dipunyainya. Kembali dengan mengantarkan berbagai nasihat dan ayat-ayat melalui pesan BBM, waktu itu. Seriiiing bgt. Karena keseringan, lama-lama saya jengah. Saya read aja BBM-nya. Saya tanggapi seperlunya. Kok nyinyirnya makin menjadi. Tapi saya cuekin sampai wes mbuh, lambat laun gak pernah BBM lagi. Alhamdulillah.. cuma mbatin "segitunya mau promosi hal ibadah kok malah bikin dongkol"

Beberapa tahun kemudian *cem dongeng, biar dramatis* muncullah berita tentang travel umroh dan haji yang bangkrut karena ownernya korupsi (?) alias bawa kabur uang jamaah sehingga banyak jamaah yang batal berangkat umroh. Tahu dong travelnya apa? Iyaa yang rame nan heboh beberapa tahun yang lalu itu. Seketika saya langsung ingat, sepertinya dulu yang ditawarkan ya si travel yang heboh itu. Untuuuung saya teh gak jadi ikutan. Coba kalau ikut, belum tentu juga saya berkesempatan umroh beneran, karena info yang saya dapatkan waktu itu memang ada antrian 2-3 tahun bahkan lebih setelah mendaftar. Ya harga murah mau gimana kan? Setelah itu, tiada kudengar lagi kabar si temanku, di sosmed pun nampak jarang aktif ~

---------------------

Kesimpulannya: Jangan mentang-mentang jadi orang. Jangan merasa paling benar, apalagi kalau gak yang terlalu prinsipil. Berlaku untuk semua hal. Karena siapa yang tahu masa depan kita akan seperti apa. Nasib orang itu sifatnya gak saklek, alias bisa berubah sewaktu-waktu. Bisa jadi sekarang kamu jadi ibu rumah tangga, tahunya besok jadi ibu bekerja. Bisa jadi sekarang anakmu diasuh orang lain, eh besok diasuh sendiri. Bisa jadi barang yang kamu promosiin sekarang laku keras, besoknya melompong gak ada yang beli. Dan bisa jadi bisa jadi yang lain. 



\\








Share
Tweet
Pin
Share
2 Comments
Agenda menyapih menjadi salah satu doa utama saya ketika umroh beberapa waktu yang lalu, meskipun Nja masih jauh dari 2 tahun. Saya minta semoga bisa menyapih dengan mudah dan minim drama. Saya juga minta dimantapkan hati demi tujuan yang lebih baik. Kan katanya, yang harus disiapkan terlebih dulu adalah hati mamaknya. Kalau mamak sudah ikhlas biasanya akan lebih gampang. Teorinya sih begitu yaa...


Waktu pun berlalu sampai Nja umur 20 bulan. Artinya duedate menyapih tinggal 4 bulan lagi. Mamah mesti beneran gencar sounding ke Nja kalau batas menyusunya bentar lagi abis, dan gak bisa di-reload. Setiap saat ketika nen dan pas mau tidur, saya selalu mengucap mantra "Nja kan udah besar, Nja nen-nya nanti sampai umur 2 tahun yaa". Dan setiap saya kasih tahu, jawaban Nja masih yang berubah-ubah. Kadang "iya", tapi seringnya "nggak ah", hahahaa...

Pas Nja ulang bulan ke-22, sembari tetap komat kamit baca mantra, tiba-tiba saya pengen cek ombak nyapih Nja. Saya oles PD pakai sari lemon. Berhasil? TIDAK! Rasa kecut lemon seperti gak berasa di lidah Nja. Berarti anaknya memang masih pengen nempel, tuh mah.... Bhaique.

Saat Nja 23 bulan, di suatu malam yang cerah, tahu-tahu Nja mengantuk tapi gak minta nenen. Saya juga gak nawarin, kan ceritanya masih ngikut aturan WWL, alias weaning with love. Yang teorinya jangan tawarin nen ke anak kalau enggak minta, lama-lama akan tersapih sendiri sembari di-sounding. Balik ke cerita, pas itu Nja malah minta susu coklat dan air putih. Juga minta di tepok-tepok pantatnya, setelah sebelumnya minta ditatain motor-motorannya di atas guling di samping dia tidur. Gak lama setelah itu, tertidurlah Nja. Kemudian saya siapkan sebotol susu sebagai pengganti nen, buat jaga-jaga kalau tengah malem Nja kebangun. Dan memang benar, malamnya Nja minta nen, tapi berhasil saya kasih botol tanpa protes. Sebuah keajaiban bukan? Apakah ini suatu kode Nja mulai menyapih diri sendiri?

Ternyata belum saudara-saudara! Keesokan paginya Nja inget lagi sama si nen. Rupanya dia lupa sama kejadian semalam, hahaha...

Karena batas waktu nenen masih sekitar 2 mingguan lagi (menuju 2 tahun), saya masih kabulkan permintaannya, baik siang atau malam. Cuma kok ya makin mendekati duedate Nja nen semakin agresif dan bikin PD berasa sakit. Disinyalir karena Nja lagi suka gemes2 mainin gigi. Kebayang kan gigi depan digreget-greget ke PD rasanya gimana? Macem kegores-gores gitu lah. Lama-lama saya jadi takut nenenin Nja. Bagai digigit hiu kecil wkwkwkw...

Singkat cerita, saya makin gak tahan perih saat Nja nenen. Kalau dikasih tahu pun Nja cuma cengesan, gimana gak tambah gemes sama Nja, pengen gigit. Saya bilang sakit eh doi gak percaya, malah makin nge-gas greget PD nya. Jadi kan mamah merasa perlu bertindak mengulangi percobaan sapih sekali lagi. Huahahahaa.... 

Idenya saya ambil bedak bayi, oles ke PD sampai putih2. Begitu Nja minta nen, saya bilang sakit dan kasih buktinya. Nja percaya aja gitu, tanpa perlawanan, bahkan melihat PD dengan rasa geli-geli jijay, hahaha. Komennya cuma: nen Mamah akit? Ada apaan? Ada bedaknya? Hiiiy... lalu melipir pelan-pelan dari nen. Kasih nen kiri, doi bergeming, karena nen kiri sudah dia blacklist sejak lama. Dia bilang nen kiri ada tikusnyah ~pft

Baca: Lika-Liku Menyusui Tahun Kedua dan Dramanya

Sebagai pengganti nen, saya dongengin Nja lebih banyak dari biasanya sebelum tidur, saya tepok-tepokin pantatnya sambil saya kasih siraman (rohani) mantra tentang saatnya berhenti nen, karena sudah besar dan asi tinggal dikit. Ajaibnya doi kok bisa gitu ketiduran lagi. MasyaAllah ya, saya langsung siapin botol susu untuk jaga-jaga di tengah malam. Hidup rasanya damai bener, doa saya terkabul dengan kontankah (?)

TIDAK FERNANDO! Urusan persapihan ini tidak berakhir begitu saja karena.... tentu saja ada bumbu dramanya dooong! Enak bener hidupmu, Mamah Nja! hahahhaha

Karena malam itu menjadi proses sapih yang sebenarnya. Maksudnya yang beneran saya niat sapih dan berharap berhasil gitu loh. Padahal tanpa persiapan matang, hanya modal iseng belaka.  Untungnya saya sudah briefing Papanja perihal sapih ini sejak lama. Ditambah lagi wacana dari dokter kan memang harus sapih dini, cuma saya ulur2 karena saya masih mampu dan toh saya nenenin cuma malam hari dan hari libur.

Drama persapihan yang sebenarnya ditandai dengan Nja menangis kejer banget pas kebangun tengah malem. Saya kasih susu botol gak mau, digendong gak mau, tiduran sambil peluk2 gak mau. Pokoknya serba gak mau, dan SERBA SALAH. Nangisnya mayan lama, sejam lah kira-kira. Jelas kali ini Papanja saya bangunin buat ikutan meramaikan menghadapi drama ini. Malam pertama berhasil berhenti dengan adegan tidur berpelukan, Nja diatas dada saya sambil ngedot, capek dia habis meraung-raung. Anehnya dia gak minta nenen, seakan tahu kalau emang udah gak bisa minta nenen lagi, tapi kadung emosi duluan. Buktinya saya coba kasih nenen dia ogah, inget dia sama nenen berbedak, wkwkw...

Drama kumbara penuh air mata (Nja) ini kelar juga di malam keempat paska sapih. Setelahnya damai begitu saja, heran juga saya, ehehe. Yang saya inget, di malam keempat berakhir dengan Nja minta tidur sambil cium dan peluk2 nen. Ternyata sederhana sekali mintamu cah bagusss... dan mamah gak mudeng, hla wong Nja pake nangis duluan mbeker-mbeker siih hahahaa...

Efek Paska Sapih = Napsu Makan Meningkat?

Sebuah iming-iming menggiurkan dari paska sapih adalah anak jadi doyan makan, dan ini beneran terjadi sama Nja. Nja bisa minta makan kapan pun, bahkan di tengah malam buta. Jam 2 pagi hlo Nja bangun cuma untuk bilang "mamah, makan nasi". Kalau saya terlihat agak malas-malasan Nja akan teriak "Mamah, mau makan nasiiiii" Sejujurnya sebuah kalimat yang saya selalu tunggu-tunggu dari lama -- akhirnya anakku minta makan dengan sendirinya, hohooo...

Awal-awal sih semangat, tapi kalau mintanya di jam-jam tidak wajar macem orang sahur, kadang bikin saya gemes juga. Disinilah posisi suami sebagai pengingat untuk selalu bersyukur, ehehehe....

Efek lainnya, Nja jadi makin getol minum susu. Target volume susunya langsung tercapai. Yang kabar baiknya BB Nja naik dengan tak terduga-duga, 600 gram men! Biasanya naik 200 gram aja sujud syukur kita!

Kira-kira sampai kapan Nja minta-minta makan sampai segitunya? Alhamdulillah sampai dua bulanan paska sapih. Selanjutnya ya balik lagi, hahaha... namanya juga penyesuaian. Cuma yang saya amati, walaupun jam makan kembali ke pola semula (3x sehari), Nja sudah lebih paham dengan rasa lapar. Begitu lapar ya dia akan minta makan. Begitu juga kalau lagi ogah makan, dia akan menolak mau dirayu-rayu kayak gimana ogah ya ogah.

Selain pola makan, yang juga berubah adalah jam tidur malam. Ada anak yang berubah seterusnya, ada pula yang sementara. Nja termasuk yang sementara. Jadi, sebelum sapih biasanya Nja tidur malam jam 8, setelat-telatnya jam 9. Begitu sapih, jam tidurnya molor 1-2 jam. Bahkan pernah tidur jam 12 malam. Udah gitu adaaa aja yang dilakukan: ya minta makan nasi, nonton video, baca cerita, main bola, dan masih banyak lagi. Yang gempor tentu saja mamah. Karena mata mamah udah setengah watt sementara batere si bocah masih on. Papah biasanya udah goodbye kelonan sama guling, heuuw~ Untungnya, jam tidur Nja balik lagi di bulan berikutnya. Penyebab baliknya apa saya juga gak ngerti, hahaha.

Yang lucu, pola dan gaya Nja tidur setelah sapih maunya tidur diatas badan mamah. Nja bilang "bobok naik kuda..." dan seketika itu mamah berubah menjadi kuda ~hiyaaa! Untung Nja enteng, jadi mamah gak engap2 amat. Kebiasaan bobok naik kuda ini berlaku dimana saja termasuk saat di mobil. Bedanya kalau di kamar posisi tidur normal, kalau di mobil ya pangku model pelukan gitu.

Terakhir, barangkali ada buibu para pembaca setia blog mamah Nja *kalau ada, hehe* saya mau bagi-bagi tips menyapih anak:

1. Yang utama dan pertama dilakukan adalah siapin hati ibunya dulu, ikhlaskan dan pastikan dulu niat dan tujuan yang ingin dicapai selanjutnya mau seperti apa. Urgensi juga mesti dipertimbangkan, terutama yang diawali dengan kasus seperti saya dan Nja. Prinsip yang saya pegang waktu itu: Gak akan berkurang kedekatan anak dan ibu hanya karena gak nyusu langsung, dan masih boaanyaaaak cara sayang2an sama Nja selain nenen.

2. Siapkan hati dan mental anak, dengan cara sounding itu tadi. Kasih tahu sapihnya kalau bisa jangan dadakan, kecuali ada hal urgent. Untuk yang urgent bisa dengan kasih bukti real yang gak dibuat-buat banget. Kayak yang saya dan Nja lakukan. Tapi kalau mau menganut full WWL tentu akan lebih bagus. Tambahin aja stok sabarnya, hehe.

3. Koordinasi dengan support system, terutama suami. Karena siapa lagi yang bisa diandalkan kalau ada drama yang menyertai proses sapih ye kaan? Jangan cuma bilang mau sapih, tapi libatkan secara langsung, contohnya bangunin suami mana kala bocah tantrum di malam hari, walaupun biasanya si anak maunya tetap gendong mamaknya sih.

4. Selalu sediakan nasi dan aneka lauk keringan kapan pun dan dimana pun, kali-kali jadi kayak Nja yang minta nasi gak kenal waktu, wkwk...

5. Siapkan stok sabar terutama saat harus menghadapi drama peralihan dari nenen ke pukpuk. Selain itu hati akan lebih sabar saat perut mamahnya kenyang, maka sebelum tidur makanlah yang kenyang ya para mamah semua, sebelum negara api menyerang, hehe

6. Tambahin durasi dan aliran doa-doa, agar makin dilancarkan prosesnya dan dijaga kesabarannya.

-----

Kira-kira gitu deh cerita akhir dari proses menyusui ini. Alhamdulillah wasyukurillah berakhir dengan damai versi saya dan Nja, meski harus ada sedikit trik, hehe. Bagi saya sih gak mengurangi makna dari WWL nya. Nja juga sampai sekarang masih suka ngegodain saya bilang :mamah... nhenheeen!! dengan nada iseng. Rupanya memori dia dengan si nen masih melekat kuat, sayang betul dia sama temennya selama 2 tahun pertama hidup di dunia ini. Tapi yaa semoga keisengannya ini gak terus-terusan, takut jadi saru kalau ditempat umum dan ramai. Ya gak?

Dan satu lagi, sebuah pernyataan yang rasanya perlu saya share disini, karena perjalanan menyapih secara umum sama saja rasanya untuk semua ibu. Sengaja gak mau sebut ibu dengan status tertentu, karena semua ibu itu sama. Gak ada yang lebih berat, pun gak ada yang lebih ringan. Podo wae, sami mawon.




\\


Share
Tweet
Pin
Share
No Comments
Masuk hari ke-8 atau hari ke-4 di Mekkah, agendanya adalah wisata ke Museum Al Moudi dan umroh sunnah yang diakomodasi oleh travel.


Saya dan rombongan berangkat ke Museum Al Amoudi setelah makan pagi. Museum ini berisi sejarah dan miniatur Arab tempo dulu hingga modern. Yang unik dari museum ini adalah bangunannya yang sangat sederhana dan semi terbuka. Saking sederhananya, bentuk pintu masuk pun biasa saja, macem pintu di rumah-rumah penduduk Arab Saudi. Bahkan dari luar tidak terlihat seperti tempat wisata... Dan seingat saya nggak ada papan nama di luar gedung museum. Ditambah lagi lokasinya berada di pinggir jalan besar yang sepi karena tidak ada bangunan lain di samping-sampingnya.

Foto-foto di Musium Al Moudi, eh terakhiran nemu hp jadul...


Begitu masuk pun isinya yaaa gitu deh, membuat saya agak underestimate, wkwk... Cuma ada satu pajangan yang menarik perhatian saya: Nokia 7600, hape tercanggih di jamannya, yang pernah saya punya, hehehe... Karena kurang begitu tertarik plus hawanya panas menyengat saya jadi kurang antusias untuk foto-foto. Saya cuma fotoin suami dan bapak ibu mertua saja yang pas di sana nampak lebih ceria.

Agenda setelah dari museum adalah umroh sunnah. Kali ini mengambil niat di Hudaibiyah. Berhubung Hudaibiyah terkenal dengan peternakan unta, jadilah rombongan mampir dulu sebelum miqat. Tentu Nja - eh saya dan papanya Nja seneng dong, karena mimpi Nja bakal beneran kesampaian. Nja bertemu unta yang nyata, hehe.

 Nampak depan Museum Al Moudi, replika Hajar Aswad, 
dan patung/ awetan singa

Jarak Masjidil Haram ke Hudaibiyah kira-kira 20-30 km. Sepanjang perjalanan kami melewati gurun-gurun yang gersang dan panas. Tone-nya orange coklat semua. Tapi rasanya exited banget dan pengen turun buat foto-foto dengan latar gurun. Setelah kurang lebih 40 menit, bus berhenti tepat di depan kadang unta yang ada di tengah-tengah gurun. Mata Nja yang tadinya liyep-liyep langsung segar pengen segera melihat unta. Hehe.

Akhirnya Nja foto sama para unta, papah minum susu unta, dan yang kuning adalah 
kencing unta yang... hueek, hehee


Ada banyak unta di dalam satu kandang. Nggak cuma yang besar, yang kecil pun ada. Lucu banget kayak Nja, wkwk.. Kita semua berfoto bersama di depan unta. Pokoknya sepuas-puasnya narsis... Yang menarik, di dekat kandang unta ada penjual susu dan kencing unta. Susu dan kencing tsb diambil langsung dari unta-unta di kandang, tanpa melalui proses pemasakan.

Wait... kencing unta? Untuk apa?

Menurut mahzab Imam Hambali yang banyak dianut oleh warga Saudi, kencing unta hukumnya boleh dikonsumsi (minum) sebagai obat. Berani coba? Kalau saya, susunya aja ogah apalagi kencingnya, hahhaa. Beda dengan Papanya Nja. Dia masih mau mencoba susunya, sementara kencingnya dia ogah juga. Padahal sebelumnya kayak yang penasaran gitu, dan begitu lihat cara si penjual menadahi kencing, dia langsung merasa 'huek', hahahahah..... Menurut Papanja, rasa susunya manis tipis, dengan semburat aromanya prengus, HAHAHA. Mungkin karena tidak dimasak dulu kali yaa jadi baunya masih asli.

Setelah puas berswa foto dengan unta, rombongan diminta kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan menuju masjid Hudaibiyah. Tujuannya tentu saja untuk mengambil miqat dan salat ashar.

Nampak depan Masjid Hudaibiyah yang sederhana, jalan raya di depannya, dan tembok masjid
 yang ada coret2annya --- hemm... dimana-mana orang bisa aja bikin "karya" yaa..


Masjid Hudaibiyah bentuknya sederhana. Jauh dari kesan modern. Mirip dengan masjid-masjid di kampung yang belum tersentuh modernisasi. Karena sebelum-sebelumnya sudah bertemu masjid dengan bentuk yang sederhana, maka waktu kesini pun saya nggak kaget lagi. 

Selesai miqat lanjut pulang ke Mekkah untuk solat magrib dan umroh sampai malam. Saya sendiri pulang ke hotel setelah solat dan istirahat bersama Nja. Umroh kali ini jatahnya papa.

----------------------

Hari kelima di Mekkah: Jumatan di Masjidil Haram dan menjelajah Tower Zamzam

Jumatan kali ini saya niat banget untuk memperbaiki persiapan. Biar nggak kayak pas di Madinah. Persiapan yang saya perbaiki diantaranya membawa cemilan lebih banyak, buku cerita, dan hape full charge, khususon untuk meng-entertain Nja. Berangkat ke masjidnya juga lebih awal, kira-kira pas waktu solat Duha, biar dapat tempat yang nyaman. Sengaja begitu sebagai antisipasi karena sudah pasti hari Jumat masjid lebih penuh orang. 

Alhamdulillah misi jumatan di Mekkah lancar jaya. Dan benar saja, suasana masjid jauh-jauh lebih ramai dibanding hari biasa, karena Jumat adalah hari raya. Paling berasa pas keluar dari masjid, harus umplek-umplekan sama orang meski sudah di latar masjid.

Selesai Jumatan, saya mengajak PapaNja keliling lantai -1 dan -2-nya Tower Zam-Zam. Cuci mata gitu loh, barangkali dapat oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Btw, lantai -1 dan -2 adalah shopping mall. Suasananya mirip ITC-ITC di Jakarta tapi lebih lengang. Barang yang dijual mulai dari baju gamis, koko, sajadah, parfum hingga mainan. Harga jualnya bisa grosiran, bisa pula satuan. Yang pasti harganya masih bisa ditawar. Sebelumnya saya sempat membeli gamis di Masjid Jironah, harga 25 riyal. Nah di lantai -1 dan -2 ini ada juga gamis sejenis dengan harga lebih murah 5 riyal/pcs   jadi sekitar 20 riyal-an. Tapi saya nggak nemu model yang semenarik di Jironah. Menurut saya modelnya malah lebih bagus dan lengkap di Jironah, padahal jualannya ala kaki lima gitu. Makanya saya tidak menyesal selisih 5 riyal lebih mahal tapi modelnya saya suka.

Hasil cuci mata di lantai ini: baju-baju koko kecil untuk Nja dan ponakan-ponakan, sajadah Raudhoh, dan mainan untuk Nja karena tetiba dia kepincut toko mainan yang posisinya tepat di depan toko baju.

-------

Memasuki hari ke-enam di Mekkah Al Mukaromah. Hari yang semakin dekat dengan kepulangan. Hiks...

Biar sedihnya nggak berasa-berasa amat maka hari ke-enam dijadwalkan sebagai waktunya belanja yang beneran. Yeaay! Belanjanya ke Pasar Jafariyah, yang terkenal sebagai pusat grosir di Mekkah. Tapi agenda ini bukan jadwal resmi dari travel, yang artinya ongkos transport ditanggung sendiri dan patungan, meskipun aktualnya tetap disubsidi dari travel juga sih, 😬



Pergi ke Jafariyah menambah pengalaman saya naik taxi dan angkutan orang Arab. Taxi di sini banyak yang pake mobil mewah, macam Camry dan BMW. Meski dari seri mewah, dalemannya belum tentu mevvah loh gaes! Malah yang saya tumpangi kemarin buluk sebuluk-buluknya. Udah gitu bau rokok dan debu. Dan saya perhatikan orang-orang sana banyak yang buka kaca saat naik mobil karena disambi merokok. Bangkunya juga reyat reyot dan AC-nya nggak dingin. 

Taxi saja begitu, apalagi angkotnya, hahaha.. Angkot yang saya tumpangi waktu berangkat, pakai mobil mirip Grandmax. Diisi full sampai empet-empetan sampai saya kuatir Nja kegencet.

Itu dari sisi kendaraannya. Dari sisi supirnya nggak kalah bikin ngelus dada. Ngebutnya bok edan! Manuvernya juga sembarangan. Oiya, supir taxi maupun angkotnya bukan orang Arab asli loh, mereka banyak dari India, Bangladesh atau Pakistan. Konon katanya orang Arab asli nggak banyak yang bekerja di sektor seperti ini.

Jarak Mekkah ke Jafariyah rasanya tidak jauh, hanya menghabiskan 20 menit saja. Sampai sana saya cukup takjub melihat suasananya. Bukan takjub kagum tapi lebih ke bertanya-tanya. Hahaa. Karena bentuknya semacam ruko-ruko di pasar tradisional gitu lah. Kayak pasar Mester Jatinegara tapi cuma satu lantai. Seingat saya ada AC tapi orang bebas merokok. Ini yg bikin saya jadi kuatir sama Nja. Tapi mau gimana lagi sudah terlanjur ya udah lah yaa... fokus belanja aja.

Apa saja yang bisa dibeli di Pasar Jafariyah Mekkah?

1. Tentu saja gamis, abaya dan koko khas Arab. Ada banyak sekali model dan warna, walau sebagian besar hitam. Harga mulai dari 20 riyal untuk ukuran dewasa  dan 15 riyal untuk ukuran anak. Atau kalau dirupiahkan sekitar Rp 60-120 ribuan. Saya beli beberapa abaya untuk ibu, adek, dan beberapa sodara. Juga untuk ponakan. Dan tentu saja untuk diri sendiri biar nggak ngiler sekalian, agak aji mumpung sih jatuhnya hehehee...

2. Sajadah. Ini suami dan bapak mertua yang beli. Macem dan motifnya segala rupa. Tinggal pilih mau yang apa dan harga berapa. Harga mulai dari 10 riyal.

3. Karpet rasfur ukuran sedang (kurang lebih 100x150 cm). Ibu mertua dan sodara lain yang beli ini. Saya kira sebelumnya keinginan ibu mertua untuk beli ini hanya wacana. Eh kok beneran jadi. Nggak cuma 1 lagi, tapi lebih dari 10 lembar. Untuk oleh-oleh kata beliau. Ortu saya pun turut kebagian satu. Belum lagi pakde dan bude lainnya yang juga beli dalam jumlah banyak. Kebayang nggak seberat apa bagasi kita nanti? Hahaha... Packingnya bagaimana? Kalau punya ibu mertua alhamdulillah muat di dua koper ukuran bagasi (besar). Sedangkan punya pakde dibungkus karung yang diiket-iket. Urusan bagasi nanti subsidi silang dengan rombongan, dan alhamdulillah cukup jadi nggak nambah biaya. Harga karpet sekitar 35-45 riyal atau sekitar 150 ribuan. Jauh lebih murah dibanding harga Jakarta yang bisa mencapai 500rb-an. Pantesan ibu mertua kekeuh beli.

4. Aneka aksesoris mulai dari gelang, kalung, cincin, dompet-an, dan pernak pernik lainnya. Bisa dibeli satuan atau kodi. Harga bisa ditawar.

5. Parfum. Mulai dari bibitnya hingga yang sudah campuran. Macem di Condet lah penjual parfum di sana. Untuk keaslian, saya kurang paham. Harga macem-macem, tinggal tawar aja.

6. Mainan anak-anak. Ini yang bikin mata Nja berbinar-binar tapi hati mama bergetar tidak karuan, HAHAHHA.... Ya gimana enggak, si bocah tahu aja caranya modus. Tiba-tiba aja minta turun dari gendongan dan lari ke abang-abang mainan. Padahal waktu di Tower Zam-zam sudah dibelikan. Tapi untung saja tidak terjadi drama karena mama berhasil menguasai situasi, yeaah!

7. Jajanan khas Arab: kurma, cokelat, kacang-kacangan. Harga nggak jauh beda dengan di Madinah atau di Tower Zam-zam lantai -1/-2.

Setelah setengah hari, kelar juga belanja rerempongan. Lanjut pulang ke hotel untuk packing-packing yang ternyata cukup menguras tenaga dan waktu karena barang bawaan yang beranak pinak, hahaha...

-------------

Begitu packing baru ketahuan kalau sepertinya oleh-oleh makanan masih kurang. Kayak masih kurang pantes untuk dibawa ke kantor sebagai 'pengganti' cuti panjang. Berasa pekewuh gitu loh, walaupun sama sekali tidak ada teman yang rese nitip oleh-oleh. Jadilah malam hari selepas solat isya saya dan suami belanja lagi ke Abraj Hypermart di lantai 4 Tower Zam-zam. Seneng banget deh belanjanya tinggal turun pakai lift aja, nggak kayak di Bekasi kalau mau ke mall/supermarket mesti berperang dengan kemacetan dan rebutan parkir, hehhee...



Di hypermart, saya belanja coklat, biskuit dan khusus untuk Nja saya beli croissant khas Arab merk "7Days" untuk dibawa pulang ke Jakarta. Selama umroh kebetulan Nja suka sama si kue keong ini, cuma karena kemasannya bulky tapi isinya dikit, saya putuskan untuk membeli mini croissant. Harga satuan 7Days besar 1 riyal, kalau satu pack isi 6 jadi 5 riyal (kalau nggak salah), sementara yang mini satu pack-nya harga 7 riyal-an. Lupa. Intinya kalau dirupiahkan nggak mahal... Saya juga beli beberapa parfum karena ibu saya pengen dioleh-olehi parfum; dan satu set tasbeh digital untuk teman-teman.

Kelar dari Abraj Hypermart saya sempat mampir Bin Dawood, semacam supermarket tapi lebih kecil. Niatnya hanya cuci mata, karena jualannya mirip dengan Abraj. Eh malahan Papanja tertarik beli susu unta yang sudah dipasteurisasi. Doi masih penasaran, barangkali yang ini rasanya lebih enak. Hasilnya? Menurutnya sih lebih enak dan nggak bau. Cuma saya tetap malas mencoba. Sudah negatif thinking soale, ehehhehe.

---------------

Tibalah hari ke-tujuh yang mana menjadi hari terakhir ibadah umroh. Agendanya adalah tawaf wada' atau tawaf perpisahan dengan Ka'bah. Sedihnyaa... sesedih waktu meninggalkan Madinah yang damai. Sayangnya dari semalam, sehabis dari hypermart, Nja tiba-tiba demam tinggi. Saya ukur suhunya sampai 39 dc. Belum nampak gejala batuk pilek sih. Untung saya bawa paracetamol drop. Jadi bisa langsung diminumkan biar Nja lebih nyaman walaupun Nja nggak rewel sama sekali.

Meski terlihat lemas dan masih demam, Nja bisa mengikuti tawaf wada dengan baik. Dia nggak rewel sama sekali, cuma maem jadi nggak banyak. Paham sih karena badannya lagi nggak enak. Untung tawaf wada’nya sebentar, jadi Nja bisa kembali istirahat, sementara saya dan rombongan menyelesaikan packing. Oiyaa, setelah tawaf wada’ jamaah dilarang tidur sampai dengan meninggalkan kota Mekkah, lho. Kalau sampai ketiduran besoknya harus mengulang tawaf wada’ lagi.


Setelah solat duhur, rombongan harus sudah masuk ke bus untuk diantarkan ke bandara di Jeddah. Tapi sebelumnya akan dimampirkan ke pusat perbelanjaan dulu, barangkali masih ada yang mau menghabiskan sangu, hehe.

Tempat belanja terakhir bernama Corniche Commercial Center Balad, yang kedengarannya sih keren. Nyatanya? Hehhehe hehehehe... 

Tempatnya diluar ekspektasi saya. Saya pikir semacam mall yang bagus gitu. Eh lah kok bukan, lebih mirip apa yaa, ITC (lagi)? 

Yang saya lihat tempatnya agak usang dan berdebu. Di tambah banyak penjaja jualan yang ketika kita cuma pengen lihat-lihat malah berakhir dengan dikejar-kejar untuk beli. Papanya Nja nih yang hampir kena. Untung saya sigap menghalau, heheehe... 

Di Balad ini jenis barang-barangnya nggak jauh beda dengan pusat belanja lainnya, harganya juga 11-12 tergantung ketangkasan kita menawar. Yang menarik perhatian malah adanya warung bakso yang Indonesia banget. Namanya Bakso Mang Oedin, pasti terkenal di kalangan jamaah umroh dan haji Indonesia. Saya dan rombongan ikut nyoba juga. Secara rasa ya lumayan laah, mengurangi kangen makan bakso. Sayangnya saya nggak foto karena sedang rempong sama Nja...

Kelar urusan belanja, selanjutnya rombongan diantar lagi menuju Bandara KSA untuk cek-in dan terbang kembali ke Indonesia.

----------

Oh iyaa, selama perjalanan pulang ini saya dapet drama (lagi). Pertama, bangku pesawat yang terpisah lumayan jauh dari Papanya Nja. Papanya Nja di bangku terdepan dekat emergency exit, sedangkan saya dan Nja dapat posisi di tengah dengan bangku model deret 3 penumpang - rasanya sempiiiit banget.

Karena bangku Papa Nja dekat dengan emergency exit, saya nggak diperbolehkan tukar tempat dengan penumpang di sebelah Papa Nja, berbahaya kata pramugarinya. Yaudah deh jadinya saya berdua doang sama Nja sempit-sempitan. Mana Nja lagi nggak enak badan pula, dan diawali dengan ngamuk karena minta susu ultra nggak segera saya kasih karena lagi rempong menata posisi duduk. Untung ngamuknya cuma sebentar.

Suasana di pesawat yang penuh dengan orang dan sempit, sukses membuat saya nggak tidur. Blas! Mau nonton film biar gak bosen kok ya mumet, mau kipasan kok rempong. Udah gitu hawanya super gerah dan Nja tidurnya glendat glendot. Gerahnya tuh yang lebay, mungkin se-pesawat cuma saya yang kegerahan macem naik angkot.

Selain gak bisa tidur, saya juga mesti nahan kencing karena mau nitip Nja ke bangku Papanya kok bolak balik disuruh kencangkan sabuk pengaman karena beberapa kali turbulensi kecil. Untungnya saya dapat bangku paling pinggir dari 3 deret itu. Lumayan lah, kaki masih bisa gerak agak bebas.

Btw, waktu berangkat saya dapat bangku terdepan yang memang diprioritaskan untuk penumpang dengan infant dan sebangku dengan Papa Nja. Jadi pas pulangnya ini emang drama sih menurut saya yang baru pertama kali terbang bersama bocah dengan waktu tempuh yang lama dan jarak yang jauh pula. Heuu...

Akhirnya setelah kurang lebih 10 jam sampailah kami di Jakarta dengan selamat meski badan rentek-rentek dan mulai kena flu. Apakah drama ikut selesai? OOO ternyata masih ada tambahan (drama) lagi dong.... ketika semua tersadar Nja kok nyeker. NYEKER meeen! Padahal pas berangkat masih pake sepatu.

Dan ternyata SEPATU nya Ahza KETINGGALAN di pesawat! Astagaaa.... padahal itu sepatu baru, mana harganya lumanyun. Ealaaah ealaah... ! Kok bisa ketinggalan? Iyaa... jadi ceritanya, waktu di pesawat Nja minta copot sepatu, sama Papanya ditaruh di bawah bangku. Pas turun pesawat semua lupa kalau ada sepatu di kolong. Gituuuu deh. Kzl gak? KZL LAH GILAK, HAHAHAH....


----------------------

Meski ada saja dramanya, Alhamdulillaah kelar sudah perjalanan rohani sekaligus wisata ini. Hati rasanya lega bukan main tapi juga rindu pengen kesana lagi. Semoga kapan-kapan Allah kasih kesempatan lagi.


\




Share
Tweet
Pin
Share
No Comments
Newer Posts
Older Posts

About me




introvert, simple, cats lover, photograph
writing, sharing, reading & cooking enthusiast


INSTAGRAM

Follow Us

  • Twitter
  • Facebook
  • Instagram

Headline

Ealah, Kena Covid Juga Kan

Jika awal tahun 2020 dimulai dengan banjir air hujan, tahun 2021 kok yaa diawali dengan banjir air mata gara-gara Covid19. Sebuah awalan yan...

Categories

life in my opinion haloahza! traveling resep in my review lovelife #30harimenulis #icip2 motherhood nostalgia cerita umroh diary pregnancy Marriage cerita menyusui parenting random thought MyWeddingDay anniversary teknik industri obrolan wanita worklife

Blog Archive

  • ►  2022 (2)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  October 2021 (1)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  May 2021 (1)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  January 2021 (3)
  • ►  2020 (8)
    • ►  December 2020 (1)
    • ►  May 2020 (2)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
  • ▼  2019 (23)
    • ►  December 2019 (1)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  September 2019 (2)
    • ▼  August 2019 (3)
      • Ojo Dumeh, Karena Kehidupan Selalu Berputar
      • Cerita Menyapih [Nja]
      • Cerita Umroh: Hari-hari Terakhir di Mekkah dan Bel...
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  April 2019 (2)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  December 2018 (9)
    • ►  November 2018 (8)
    • ►  October 2018 (1)
    • ►  September 2018 (2)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  May 2018 (7)
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  February 2018 (2)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (8)
    • ►  December 2017 (1)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  February 2017 (2)
    • ►  January 2017 (3)
  • ►  2016 (65)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  October 2016 (4)
    • ►  September 2016 (7)
    • ►  August 2016 (4)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  June 2016 (11)
    • ►  May 2016 (5)
    • ►  April 2016 (8)
    • ►  March 2016 (7)
    • ►  February 2016 (6)
    • ►  January 2016 (8)
  • ►  2015 (26)
    • ►  December 2015 (8)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  October 2015 (4)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  August 2015 (4)
    • ►  April 2015 (3)
    • ►  March 2015 (1)
    • ►  January 2015 (3)
  • ►  2014 (38)
    • ►  December 2014 (2)
    • ►  October 2014 (1)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (5)
    • ►  May 2014 (6)
    • ►  April 2014 (8)
    • ►  March 2014 (4)
    • ►  February 2014 (6)
    • ►  January 2014 (5)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (3)
    • ►  November 2013 (2)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (4)
    • ►  August 2013 (1)
    • ►  July 2013 (1)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  May 2013 (4)
    • ►  April 2013 (2)
    • ►  March 2013 (2)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (1)
  • ►  2012 (13)
    • ►  December 2012 (3)
    • ►  November 2012 (7)
    • ►  October 2012 (2)
    • ►  July 2012 (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  January 2011 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  December 2010 (5)
    • ►  April 2010 (1)
  • ►  2009 (5)
    • ►  April 2009 (2)
    • ►  February 2009 (1)
    • ►  January 2009 (2)
  • ►  2008 (33)
    • ►  December 2008 (6)
    • ►  November 2008 (2)
    • ►  September 2008 (3)
    • ►  August 2008 (3)
    • ►  June 2008 (2)
    • ►  May 2008 (2)
    • ►  April 2008 (4)
    • ►  March 2008 (2)
    • ►  February 2008 (1)
    • ►  January 2008 (8)
  • ►  2007 (38)
    • ►  December 2007 (4)
    • ►  November 2007 (1)
    • ►  October 2007 (8)
    • ►  September 2007 (12)
    • ►  August 2007 (7)
    • ►  June 2007 (1)
    • ►  May 2007 (5)
Copyright Tia Putri. Powered by Blogger.

#eatandcook

#eatandcook

#japantrip

#japantrip

Most Read

  • time capsule
    Menjadi Pendengar yang Baik
  • mamarantau
    Merantau di Anjo, Aichi, Jepang
  • La Bellezza della Semplicita
    An Unexpected Stay, A Life Reset
  • Life begins at 30…
    Liburan di Tokyo
  • carissavitri
    “Bu, Capek. Mau Sama Ibu Aja Selamanya”
  • Gembul Kecil Penuh Debu
    Mangut Iwak Wader ❤
  • Catatan Nyempil Kalau Lagi Ada Waktu
    Matilda's 6th Birthday Celebration
  • The Sun is Getting High, We're Moving on
    Lulus Cum Laude, Penting Gak Sih?
  • it's my point of view
    SGM Eksplor bersama Indomaret Dukung Pendidikan Anak Generasi Maju di Masa Pandemi
  • Talk about family, daily life, living, and us
    On Her Wedding Day
  • / besinikel
    1000 hari pertama Yaya, ngapain aja?
  • Masrafa.com
    Memilih Suplemen Dibantu Jovee
  • rocknroll mommy
    Makin Susah Cari Blogger
  • Jerapah Keriting
    Karena Harta yang Berharga adalah Foto Sekolah..
  • Afifa Ayu's Music Box ❤
    Update: My first baby publication!
  • Alfira Fitrananda
    When I’m Sick
  • Lafamilledewijaya
    Resik V Godokan Sirih : Buat Yang Pengen Alami Dan Praktis
  • rumahduapohon
    happy 7th anniversary mr. kumis!
  • santistory
    Manajemen Kulkas dan Belanja Mingguan
  • Mengumpulkan cerita yang terserak
    On this day, 8 Years Ago..
  • let the beast in!
  • Citraningrum
Show 5 Show All

Stats

Member of

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates