Pages

  • Home
  • About Me
  • Halo Ahza!
  • Travel Notes

ad astra per aspera

.... then which of the favours of your Lord will ye deny?

Biarpun seringkali gagal saya ini suka memasak lho, apalagi kalau ada resep baru dan sedikit aneh-aneh. Haha. Iya kata ibuk kalau saya mah sukanya masak yang gak lazim. Misalnya pasta-pastaan, sop model simpel, kentang rebus keju-kejuan, yaa yang gitu2 lah... yang belum tentu cocok di lidah orang tua macem ibuk saya yang hobinya bikin oseng-oseng dan lodeh sayur bersantan. Hihi.


Jadwal memasak saya biasanya gak teratur, karena masih mengandalkan mood. Alesannya sih demi menjaga kualitas rasa, padahal mah anu... males aja. lol. Lawong masak dengan hati aja bisa ancur apalagi masak karena terpaksa. Haha. Makanya biar mood masaknya terus tumbuh saya rajin2 nyari inspirasi resep masakan lewat blog ataupun video.

So, here we go, blog dan video resep masak memasak andalan biar mood saya selalu baik.

***

Blog Masak Memasak Favorit

1. Blog Mba Diah Didi
Blognya Mba Didi bisa diakses di http://www.diahdidi.com/. Isinya full resep masakan. Karena memang beliau mendedikasikan blognya untuk mengulas aneka resep. Resep-resep yang ditulis Mba Didi adalah resep yang pernah dipraktekkan, ada yang original resep asli ada pula yang sudah dimodifikasi mengikuti seleranya. Kalau lihat foto-foto hasil masakannya sih kelihatannya menggiurkan! Apalagi fotonya bagus-bagus banget, karena selain jago masak Mba Didi juga jago motret. Bahkan pernah menjadi narasumber terkait foto-momfoto ini, salah satunya mengisi pelatihan Food Photography untuk ibu-ibu anggota SCC Sriboga.

Oiya, awal mula ketemu blog Mba Didi ini waktu saya lagi pengen masak ayam goreng gurih. Ubek-ubek google eh ketemu dengan blog ini deh. Saya contek aja resepnya, dan bener dong hasilnya: bener2 mantap enaknya!! Thanks Mba Didi untuk sharingnya, saya selalu baca menu-menu terbarunya lho... :)

2. Blog Mba Endang
Nama blognya http://www.justtryandtaste.com/. Dari namanya saja sudah ketauan kalau isinya tentang makanan. Hihi. Begitu dibuka, woww benaar! Lebih lengkapnya berisi resep aneka hidangan mulai dari yang Indonesia banget, Chinese, sampai Western. Mba Endang jago amat masaknya ya.... dan tentu saja yang bikin tambah menarik adalah foto masakannya yang ciamik. Fotonya juga hasil jepretan Mba Endang sendiri lho. Niscaya setiap baca resep sambil lirik2 foto-fotonya bakal sering2 nelen ludah. Penasaran? Cuss tekape aja kakakk....!

3. Blog Mba Vania Samperuru
Blog berisi posting masakan dengan foto-foto cemerlang lainnya dianugerahkan kepada...... https://v-recipes.blogspot.co.id/. Yeayy! Blog ini milik Mba Vania Samperuru. Saya agak lupa gimana awal nemu blog ini, kayaknya sih pas lagi nyari daftar foodblogger Indonesia. Eh gak tahunya blog Mba Vania ini nyantol juga di jejaring pencarian. Begitu dibuka kok menarik ya, kok cakep, kok resepnya bisa dicoba. Akhirnya langsung deh tekan tombol bookmark biar selalu update menu masakan apa yang baru saja disajikan oleh Mba Vania. 

***

Video Masak Memasak Favorit

1. Kokikutv
Suka banget deh sama semua video masaknya Kokikutv, yang bisa diakses via youtube. Biasanya yang dimasak simpel soalnya. Jadi untuk orang awam macem saya terasa gampang. Udah gitu resepnya banyak yang unik dan aneh2, seperti yang saya bilang sebelumnya kalau saya suka nyoba sesuatu yang baru. Hihi.

2. Tastemade
Saya pertama kali melihat video masak ini dari sosial media, khususnya facebook, karena banyak di-share teman2. Resep yang disajikan awalnya adalah masakan asing, paling banyak sih makanan2 barat kayak pizza, pasta dsb. Karena peminatnya makin banyak, sekarang sudah ada Tastemade Indonesia dan Jepang. Negara lainnya mungkin nanti menyusul juga. Menurut saya videonya Tastemade menjadikan masakan yang terlihat ribet jadi simpel, lho. Masakan yang ditampilkan juga kebanyakan yang mengandalkan quick cooking.

3. Tasty
Saya gak tahu deh Tasty atau Tastemade itu satu production atau gak. Soalnya kadang suka mirip-mirip menunya. Settingan masaknya juga. Tapi saya sih gak peduli, yang penting video masaknya cihui. Menu2 yang dipraktekkan juga simpel dan unik. Tasty atau Tastemade bisa diakses lebih mudah via fanspage FB.

4. Cookat
Sebenernya video2 dari Cookat mirip dengan Tastemade atau Tasty. Tapi tetep suka. Mayan kan buat nambahin referensi kalau mau ngoprek dapur. Cookad lebih enak diakses lewat fanpage FB, namanya Cookat juga.

5. AFC (Asian Food Channel)
Saya menjadi penggemar AFC sejak kena tipes beberapa tahun yang lalu dan sempat 'terpenjara' di RS selama semingguan. Nah selama seminggu itu acara tv yang paling sering saya tonton hanya AFC. Karena acaranya ringan, cuma masak dan makan-makan, gak ada cerita/film horor atau berita kriminal yang tiba-tiba muncul. Serem bok, wong cuma sendirian di ruangan RS. Makanya sampai sekarang saya cuma punya 1 stasiun tv favorit: AFC. Wes, pokoknya kalau lagi pengen nonton tv, gak ada yang boleh ganti ke channel lain. Hihi...

Dah segitu aja kayaknya sih inspirasi2 masak-memasak bisa digali. Dijamin gak rugi nonton atau baca-bacanya. Palingan jadi tambah laper, apalagi di jam makan siang waktu Ramadan kayak gini. Hahaha...

Happy searching, teman! Atau ada yang mau nambah refrensi lainnya?

~tia
Share
Tweet
Pin
Share
6 Comments
Kali ini ingin kuceritakan pertemuanku dengan seorang gadis kecil di mushola mall Grand Indonesia ketika akan solat magrib, sore kemarin. Umurnya kira-kira 6-7 tahun dilihat dari tingginya yang baru sebatas pinggangku. Kami bertemu saat sama-sama mengantri wudhu. Posisinya tepat di depanku. Sedari awal melihatnya, aku sudah sedikit terpana. Cantik. Dan... terlihat solehah. Awalnya aku hanya melihat dari penampilan fisiknya yang berjilbab, bergamis, bercelana panjang di dalam gamisnya (*) dan berkaos kaki. Masih kecil tapi pakaiannya sudah standar syarie. Eh, kemauannya mengantri untuk ibadah juga mencuri perhatian, ding. :) *gumunan, sih. haha*

ilustrasi anaknya mirip gambar ini, tapi lebih kecil sedikit 
http://previews.123rf.com/

Kemudian tiba-tiba aku dikejutkan sebuah suara, "Mba, boleh minta tolong bantu buka kancing lenganku?" Aha, ternyata suara itu berasal dari mulut gadis kecil di depanku itu. Dia minta tolong kepadaku, orang yg berdiri tepat dibelakangnya. Tanpa babibu, langsung aku iyakan. Di lengan bajunya memang ada kancing yang melekat pada pergelangan tangannya. Jadi kalau mau wudhu mesti dibuka dulu, dan memang agak susah jika dilakukan sendiri. Setelah terbuka, tak lupa dia bilang terima kasih kepadaku sambil tersenyum.

Giliranku berwudhu ternyata berbarengan dengannya, kebetulan sebelahku sudah selesai sehingga aku bisa geser bersebelahan dengan si gadis kecil tadi. Begitu mau buka keran, kok ya nggak sengaja aku menoleh kepadanya lagi, kulihat dia kerepotan membawa kaos kakinya. Bajunya nggak berkantong, sementara tangannya harus dipakai untuk berwudhu. "Sini dek, kaos kakinya taruh sini aja," kataku sembari mengambil kaos kaki ditangannya. Aku taruh kaos kakinya di atas tas mukenaku yang aku letakkan di atas pipa dan keran. "Makasih ya mba..", sahutnya lagi. "Iya sama-sama. Emang kamu sendirian? tanyaku padanya. "Iya Mba, emm... bapakku di sebelah", jawabnya. Yap, jamaah wanita dan perempuan di mushola ini memang terpisah. 

Setelah selesai wudhu kami bersiap ke tempat solat. Aku lihat dia nggak bawa mukena, lalu bingung mau pakai mukena siapa. Aku colek lagi saja sambil menunjuk salah satu mukena kosong yang posisinya ada di barisan depan. Lagi-lagi dia tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Duuh sejuknya.. anak siapa sih ini…?

Kami solat di barisan yang sama walau nggak bersebelahan, karena terpisah oleh seorang ibu yang masih belum selesai rakaatnya. Gadis kecil itu mulai duluan, sehingga selesainya pun duluan. Ah! Aku jadi kurang konsen. Penasaran seperti apakah orang tuanya, yang mengajarinya taat dan berperilaku sopan santun. Karena menurutku hal-hal semcam itu sudah mulai langka, apalagi di kota sebesar Jakarta ini. Ditambah lagi dia masih kecil, jadi tambah kagum saja rasanya.

Selesai solat aku buru-buru keluar mushola. Alhamdulillah, masih kudapati gadis itu. Ternyata ada ibunya yang menunggu diluar. Mungkin ibunya sedang berhalangan, sehingga tidak ikut solat. Kulihat ibunya, emm... secara penampilan modelnya seperti ibu-ibu pada umumnya. Berjilbab dengan kerudung yang menutup dada, meski bukan yang super lebar. Ayahnya pun sama. Sesosok ayah pada umumnya secara penampilan. Jujur, kadang aku masih suka melihat orang dari penampilan luarnya. Cetek sekali ya?  

Pikirku, seandainya kedua orang tua gadis itu macam, emm… apa ya bilangnya… macam yang super syarie (hope you know what I mean), mungkin aku akan sangat maklum jika anaknya setaat itu. Tapi ini… aku melihat mereka mungkin gak jauh beda dengan orang awam sepertiku secara penampilan. Tapi siapa tahu ilmu dan akhlaknya jauh lebih baik dari orang kebanyakan, sehingga berhasil mengajarkan akhlak yang luar biasa kepada anaknya, si gadis kecil bergamis bunga-bunga. Berpakaian muslim lengkap, mau menjalankan kewajiban meski tak ditemani orang tua, meminta tolong dengan sopan, tak lupa berterima kasih, serta murah senyum. Sungguh patut dijadikan contoh ketika aku sudah memiliki anak-anak kelak.  

Pelajaran sore yang manis sekali, bukan? Jadi pengen ngajak si mas ngabuburit ke GI lagi *modus*
 
note:
(*):  gak sengaja terlihat pas si gadis sedang mencuci kakinya waktu berwudhu


//
Share
Tweet
Pin
Share
5 Comments
Beberapa waktu lalu saya pernah bahas tema ini. Dan masih dengan tema yang sama, saya pengen bahas lagi *gak bosen-bosen sih, kebanyakan ide*. Tapi lebih ke bagaimana persiapan menghadapi aneka pertanyaan sensitif yang bakal datang bertubi-tubi di hari raya nanti. Ini juga semacam rencana yang mungkin akan saya lakukan nanti, hehee. Karena bagi saya, mau gimana pun orang-orang yang nanya itu gak semuanya paham kondisi, gak semuanya pernah baca berbagai macam tulisan yang di-share ribuan kali agar tidak kepo. Kita juga gak bisa kan nyuruh-nyuruh orang untuk gak nanya. Gak bisa nebak juga mana tahu orang yang kita sowani ternyata menyimpan segudang pertanyaan rasa mercon itu. Sehingga mau gak mau ya kitalah yang mesti mengontrol keadaan. Biar abis lebaran tetap enjoy menikmati sisa cuti yang lumayan panjang bersama keluarga tercinta.

 salah satu meme yang isinya gak semua orang baca, 
gak semua orang paham. haha!

Gak dipungkiri saat ini lebaran menjadi momen yang bikin baper bagi sebagian orang. Tak luput dengan saya... ehm, lebih ke 'kurang nyaman' sih kalau saya. Hehehe... Tapi sebenernya, dari dulu, jaman masih kecil, saya memang kurang nyaman dengan suasana hari raya -kalau gak bisa dibilang parno. Meski begitu, kehadiran 1 syawal tetap menjadi momen yang ditunggu setelah sebulan penuh berpuasa. Ketakutan menjadi berlipat terutama saat memasuki hari raya ke-2 yang mana ada tradisi berkunjung ke tempat para tetangga bersama teman-teman sebaya. Harap maklum, saat lebaran ke-2 jiwa introvert saya bisa dengan cepat mendominasi, sehingga muncul perasaan malas beramai-ramai main ke tempat tetangga. Sudah tentu alasan malas ini gak bisa diterima begitu saja oleh ibu. Maka beliau pasti selalu mendorong saya, juga adek2 untuk gabung anak-anak lain berkeliling kampung. Huft. Dan tenyata, meski sudah dewasa, ketakutan itu masih ada, lho. Apalagi sekarang dengan kondisi yang pasti memancing beberapa pertanyaan "mengerikan" seputar urusan pribadi. Haha.... Tapi hidup jadi gak seru kalau cuma dilalui lempeng-lempeng saja bukan?

Balik ke topik ya. Kali ini saya ada rencana busuk untuk memilih apakah saya perlu melawan dengan senyuman atau menghindari hal-hal sensitif saat lebaran nanti. Semua itu tergantung pada, lagi-lagi, "Siapa yang nanya".

Jika yang nanya adalah bude-om-tante yang:
1. Serius dan ceriwis: saya akan kasih senyuman yang paaaaaling manis sambil manggut-manggut. Kalau dia kasih saran yang bisa diterima dengan akal dan hati yang sehat tentu saya akan berterima kasih. Tetapi kalau ada yang mulai judging, let's see apakah saya berani bilang "Maap tante, kayaknya obrolan kita gak perlu diterusin deh, see u babaay".  Atau bisa juga ini "Duuh, lagi gak mau bahas masalah itu deh, Om, maap ya" *sambil melototin mata* ups, *sambil seret pak suami, ding*

2. Suka bercanda: Candain balik dooong, meskipun didalam candaannya terselip nasehat bla-bla-bla. Contohnya: "Rajin-rajin makanya kamu bikin anaknya, sehari 3 kali ya. Dulu Om dan tante juga gitu, makanya jadi deh 3 anak sekarang". Tanggepin aja dengan: "Yoih om, ntar abis ini langsung cuss daaah" ---> Yakin lo bisa jawab gitu *tanya sendiri*? Hahaha dulu sih bisa!

3. Tua, bawel tapi kurang melek teknologi : Yakinlah kalau bude tante model begini gak akan ngerti meme atau tulisan yang kira-kira berjudul "Gerakan Stop Tanya Kapan xxxx di Hari Lebaran". Mau kita share bolak balik di FB dan blog juga gak bakal paham mereka. Wong gak punya facebook, ses. So, yang model begini mau gak mau ya harus dihadapi, dengan cara seperti no 1 atau no 2.

Selanjutnya, jika yang nanya mbah-mbah alias nenek-nenek (bukan kandung). Ada 2 macem nih yang pernah saya hadapi/denger ceritanya:

1. Nanya dramatis sekaligus meluk-meluk, pegang perut tiba-tiba. Ehm, gimana ya, karena saya kurang suka hal-hal berbau drama, jadi agak kurang nyaman. Biasanya memang abis dapet jawaban terus didoain sih, sambil dielus-elus gitu, cuma karena gak nyaman itu, lebaran kemarin saya menghindari yang begini. Maap ya mbah :)

2. Nanya sambil banding-bandingin dengan orang lain yang nasibnya lebih baik. Yang ini cerita adek saya sih. Duuuh, yang namanya dibandingin pasti gak enak. Sementara mengunjungi orang yang dituakan jadi semacam keharusan. Tapi mereka gak sadar kalau apa yang dilakukan itu membuat hati kita kayak tertusuk-tusuk belati *halah*. Jadi, kalau nemu beginian menurut saya, eemmm.... hadapilah dengan sekantong hati antibaper yang sudah diservis, tebelin telinga dan terus tempelin suami. Kalau bisa borgol aja tangan kita sama suami, biar gak ilang2an. Intinya biarkan suami yang jawab segala macam pertanyaan dan tudingan itu. Hohoo....

Ya intinya kalau yang nanya orang sepuh, yang harus disadari adalah bahwa beliau gak kenal segala macam artikel tentang pertanyaan sensitif, gak ngerti meme2-an (lihat no 3 tentang tante dan bude gagap teknologi), dan pasti selalu merasa benar. Maka langkah yang bisa ditempuh hanya hadapi atau hindari. Dan kalau memutuskan untuk menghadapinya, tetap utamakan sopan santun. Biar gak kualat. Hehehe...

Nah kalau yang nanya temen sendiri: langsung lemparin dengan artikel-artikel populer itu aja gimana? Wkwkwkwkk... becanda! Ya kembali ke tulisan saya sebelumnya saja. Kalau teman dekat dan pertanyaan serta tanggepannya baik, ya hadapi saja. Kalau pertanyaannya kurang mengenakkan hati ambil langkah seperti no 1 di pasal bude-om-tante serius *cek keatas lagi, qaqa*

Begitulah, tulisan iseng kali ini. Walaupun kayaknya easy said, than done, tapi moga-moga bermanfaat ya. Sungguh hari-hari menjelang cuti itu rasanya ingin mikir yang seger-seger aja, hidup udah terlalu serius soalnya, Ses!

~tia
Share
Tweet
Pin
Share
11 Comments

Juni 2016 ini ternyata tepat tahun ke 5 saya bekerja di kantor yang sekarang. Benar-benar gak berasa. Time flies so fast. Sudah banyak cerita yang saya kantongi. Baik cerita yang indah-indah maupun yang sebaliknya.

Berawal dari iseng, saya mendaftar ke perusahaan ini. Sebuah perusahaan alat berat pertambangan di Cikarang Bekasi. Kalau ada yang nanya daftarnya lewat mana, pake channel atau gak, saya jawab saya daftar via Jobstreet, sebuah website khusus pencarian kerja. Dan bisa dibilang gak pake channel-2an. Kenapa pilih Cikarang yang mau gak mau kerjanya bakal di pabrik lagi? Karena waktu itu saya cuma mikir cari perusahaan bonafid yang tempat tesnya deket dengan tempat kerja sebelumnya. Jadi seumpama ada panggilan bisa langsung capcus tanpa harus cuti kerja. Hihiii... Pinter bangetlah dulu akalnya, yes!

Beberapa bulan kemudian setelah melalui serangkaian tes, akhirnya keterimalah saya ditempat ini, yang ternyata masih termasuk grup perusahaan multinasional terbesar di Indonesia. Saat itu rasa senengnya jadi 2x lipat, lho. Yang pertama karena berhasil lepas dari perusahaan sebelumnya dan yang kedua karena menjadi bagian dari grup perusahaan yang prestise dan menjadi impian banyak orang. Apalagi waktu itu masih sedikit alumni jurusan saya yang bisa tembus di grup ini. Bukan karena kurang kompeten, tapi karena tahun-tahun sebelumnya masih jarang lowongan yang dibuka.

Emm... fyi, biar gak penasaran, alasan saya keluar dari tempat kerja sebelumnya karena adanya ketidakcocokan, macam artis mau cerai gitu, haha. Tapi begitulah adanya, beberapa kebijakan yang dibuat ternyata tidak cocok dengan ekspektasi saya. Apalagi saya merupakan satu dari tujuh karyawan baru yang direkrut dari lulusan S1, sehingga seringkali muncul kecemburuan sosial diantara karyawan lama/senior, baik dari sisi pendapatan maupun posisi yang khawatir terambil. Perusahaannya memang masih konvensional dan sedang memulai rekrutmen untuk lulusan sarjana, sementara mayoritas karyawan seniornya adalah lulusan sekolah menengah. Maka demi kedamaian hati dan pikiran, 8 bulan kemudian saya memutuskan menyusul ke-6 teman baru saya untuk undur diri.  

Kembali ke cerita anniverserian ini, saya jadi teringat pada sebuah petuah yang disampaikan oleh atasan saya waktu pertama kali masuk. Isinya tentang syarat agar bisa loyal ditempat kerja, yaitu minimal harus mendapatkan 2 dari 3 hal. Yang ke-1 dapat ilmu baru dan pengembangan diri, ke-2 lingkungan dan pertemanan yang baik, ke-3 kompensasi yang baik, syukur lebih besar. Jika cuma dapet 1 dari 3 itu, lebih baik segera cabut dan cari yang lain, karena cepat atau lambat pasti akan mempengaruhi performa kerja. Kalau dipiki-pikir, isi petuah tsb seakan membenarkan keputusan saya untuk pindah kerja :p. Untungnya, alhamdulillah di tempat yang sekarang saya mendapatkan ketiga hal tsb, meski kalau dipresentase masing-masing mungkin gak nyampe 90%. Karena kehidupan perusahaan swasta kan sangat dinamis. Ada saja fase naik dan turun, pas bisnis bagus ya yang didapet bagus, pas lagi surut ya mau gak mau kena tanggung juga. Urusan pertemanan juga gitu, pas ketemu teman yang cocok ya hayok, pas ketemu yang gak cocok ya mau gimana lagi, kan gak semua kepala orang sesuai dengan kepala kita. Ya kan.....?

Dan selama 5 tahun kerja, saya ikut mengalami ups & down-nya perusahaan. Awal-awal masuk, perusahaan sedang jaya-jayanya karena harga batubara sedang tinggi. Banyak pesta syukuran diadakan dengan mewah karena orderan yang selalu melebihi target. Tapi tahun ke-3-4 perusahaan mengalami slow down karena bisnis yang menurun. Tahun ke-5 ini juga masih seperti itu. Meski begitu, rasanya perusahaan tetap berusaha memperhatikan karyawannya, kok. Bonus tetap ada, kenaikan gaji ada, THR tepat waktu, bahkan bantuan mudik bersama juga ada. Yang dihapus sementara cuma rekrutmen baru dan pinjaman tanpa bunga, padahal ane lagi BU. Kata bos saya, perusahaan akan berusaha tetap menjadi the last man standing kalau-kalau bisnis makin merosot, alias mending makan tabungan daripada mecat karyawan.

So, di tahun ke-lima ini wajib buat saya untuk bersyukur dan berterima kasih meski beberapa kali saya suka lirik-lirk yang lain, perusahaan ini tetap disini aja, gak kemana-mana... *lah emang punya kaki?* wkwkwk... karena masih dikasih kesempatan berkarya di tempat  yang baik ini. Ilmu dapet, teman/keluarga dapet, dan tentu saja kompensasi yang memuaskan juga dapet. Tapi in the end, saya tetap setuju dengan ungkapan "love your job but don't love your company", sih. Ya kalau lebih halusnya "mencintainya secukupnya saja". Hehe. Saya sadar, biar bagaimanapun saya tidak mungkin selamanya disini. Siapa tahu seiring berjalannya waktu saya menemukan passion yang sesungguhnya atau kesempatan lain yang lebih menarik dan menantang untuk mengembangkan diri yang lebih baik lagi. Entah itu sebagai pegawai kantoran atau pegawai dirumah, hehe. 

~tia
Share
Tweet
Pin
Share
6 Comments
Awal puasa kemarin saya membeli daging sapi, gak banyak-banyak amat sih, cuma 1 kilo. Tapi ngabisinnya butuh beberapa hari. Maklumlah cuma tinggal berdua. Hehe.

akhirnya jadi juga soto segernya, meski kurang
ijo-ijo daun bawang dan seledri cincang

Share
Tweet
Pin
Share
7 Comments
Beberapa hari ini saya selalu pulang kerja bareng temen. Nebeng dot com gitu deh. Dan setiap kali pulang ada aja yang bisa diceritakan demi menghilangkan suntuk menghadapi macetnya jalanan. Mulai dari urusan kantor sampai urusan pribadi. Ramelah pokoknya, meski cuma berdua.

Sore kemarin ceritanya merembet ke cerita jaman kecil. Pengalaman masa kecil rasanya memang selalu menarik dan gak ada habisnya untuk dibicarakan. Yang paling seru tentunya cerita tentang kebodohan-kebodohan yang pernah saya dan teman saya alami. Namanya juga anak kecil ya, pasti pernah dong jadi anak bandel bin rusuh pada jamannya. Hehe.

Biar gak mubazir, saya bikin aja cerita-cerita itu jadi sebuah sebuah tulisan disini. Kebetulan juga saya udah janjian sama adek untuk nulis hal yang temanya sama. Dia punya tulisan dimari ya, ses --> Hal-Hal Bodoh di Masa Kecil.

*****

Kejadian pertama dimulai dengan tragedi hidung dan mutiara. Suatu sore menjelang magrib, saya yang waktu itu masih balita sedang asyik bermain sendirian di teras depan. Sementara ibu momong adek, en bapak sedang melakukan pekerjaan rumah. Karena kejadiannya udah lama banget, dan itungannya saya masih bayi, jadi ingatannya mungkin gak lengkap. Tapi intinya, saat bermain itu tiba-tiba hidung saya kemasukan biji mutiara dari kalung-kalungan. Karena sakit banget, nangislah saya dengan super kenceng. Mendengar teriakan saya, tergopoh-gopoh ibu sama bapak nyusul ke depan, ngecek saya kenapa. Pas lihat ada mutiara, paniklah mereka. Saya disuruh 'sisih' -bahasa Jawa ngeluarin ingus-. Tapi mana ngerti wong masih piyik gitu sayanya, hahaa... Karena gak berhasil-berhasil bapak langsung berinisatif membawa saya ke dokrter THT, yang mana tempatnya jaaauuuh banget dari rumah. Saya dan bapak naik angkutan karena belum punya kendaraan. Untung sore itu dokternya masih buka. Begitu sampai sanaaa.... ealah mutiara kampret itu tau-tau bisa keluar sendiri dong dari hidung. Wkwkkwkwwkk... Gak jadi bayar dokter deh.

Selanjutnya adalah kejadian duri nyasar. Kejadian ini menyebabkan saya jadi benci makan ikan. Pernah baca ceritanya kan (disini) kalau saya itu picky eater super duper, terutama sama ikan, salah satunya lele. Selain karena kejadian duri, penyebab lainnya waktu pernah gak sengaja makan kulit lele goreng yang gleyer-gleyer. Beh, berasa amis banget. Hoek!

Balik ke kisah duri nyasar, jadi waktu itu saya sedang disuapi ibu. Suapan pertama kedua lancar jaya, hingga suapan kesekian tau-tau ada duri yang nyasar di kerongkongan. Buru-buru minum air putih bolak balik. Tapi si duri nakal tetep bergeming. Huhu.... makan jadi gak selesai karena keburu bete. Sejak saat itu saya nyatakan gudbai sama si ikan berkumis.

Saya baikan lagi dengan si lele setelah kuliah gara-gara ditraktir mba kos makan lele goreng kremes yang katanya paling yahud se UNS. Waktu makan ya saya paksa-paksain karena gak enak sama mba kos takut dianggap gak menghargai. Dan ternyata rasa lelenya enak dong. Garing dan gak amis samsek. Abis itu maafan deh sama si lele, meski cuma jadi alternatif jika sudah bosan dengan berbagai macam lauk lainnya. Hhehe.

Beranjak besar bukannya anteng malah makin pecicilan. Buktinya adalah kejadian yang sebenernya bikin saya ser-seran waktu nulis cerita yang ini. Rasanya kerih-kerih gimana gitu. Eerrrr...! Abisnya ini kejadian paling epik yang pernah saya alami, yaitu tragedi tancepan obat nyamuk.

Awal mulanya saya lupa lagi ngapain. Pokoknya tahu-tahu saya blangsakan naik-naik lemari buffet untuk nyari barang. Soalnya emang bagian atas buffet suka buat naruh barang-barang kecil macem korek api, pulpen, duit recehan, dll. Nah waktu turun saya gak liat-liat bawah. Mungkin karena terburu-buru jadi ngasal aja. Dan tiba-tiba, makceessss! Ngekngek. Kaki saya ketancep tancepan obat nyamuk yang lancip bin landep itu dong. Aaaaaakk! Nangislah saya. Gile itu sakitnya bukan main, lawong kena bagian tengah2 jempol kaki dan jari-jari. Errr.... gelik! Untung saat itu bapak ibu lagi dirumah, jadi bisa langsung dikasih pertolongan pertama. Dimarahin gak sayanya? Lupa. Hahahaa.... sekarang kalau liat tancepan obat nyamuk rasanya geli-geli gimana gitu.

Belum kelar drama kaki sobek karena tancepan obat nyamuk eh ketambahan balada cincin di siang bolong. Hahaa. Ada-adaaa aja lho.

Jadi, sejak kecil, saya selalu dikasih cincin emas sama ibu. Bahkan sampai sekarang cincin yang dari ibu masih melingkar cantik di jari manis saya. Padahal itu cincin dari jaman SD, sekarang saya udah umur berapa. Imut banget kan jarinya gak numbuh-numbuh. :D

Nah, kejadian paling dodol yang berhubungan dengan cincin itu saya alami waktu SD. Kayaknya waktu masih kelas 2 apa 3 gitu, masih piyik lah. Entah gimana ceritanya saya iseng pengen nyopot cincin yang udah lama bertengger di jari manis kanan agar bisa dipindah ke tangan satunya. Begitu di puter-puter, eh kok gak lepas-lepas. Malah makin seret. Kemudian saya ambil sabun, masih begitu juga. Gak bisa kelepas. Ganti diolesi minyak goreng gak mau juga. Duuh mana jari manis udah mulai biru-biru karena lecet. Akhirnya saya menyerah tapi tetep pengen cincin itu dilepas. Kemudian bilang ke bapak minta bantuin lepas. Diputer-puter lagilah jari saya sampai lecet.... dan saya cuma mringis-mringis kesakitan. Karena gak bisa juga, bapak lalu beranjak pergi ke gudang.

Apakah saya ditinggalkan? Oow ternyata tidaaak. 

Si bapak balik ke saya sambil membawa.... tang! Ya ampun mau di tang tangan gue -___-'. Bener dong, itu tang diselipin di antara cincin dan jari, meski sempit banget dan makin lecet. Gak tahan sakitnya saya jadinya malah nangis. Karena nangis malah diomelin, "macem-macem sih," gitu kata bapak. Hahahaa... Dan dengan sekuat tenaga akhirnya "klek", patahlah itu cincin sehingga bisa di-benggang dan dikeluarkan dari jari. Huhuhu... cincin cantik bermata itu jadi rusak deh x_x. Tapi alhamdulillah juga sih bisa lepas cincinnya, coba kalau gak, bisa makin kejebak di jari, karena cincinnya ternyata udah kekecilan.

Kemudian cincin tsb dibawa ibu ke toko emas untuk ditukar tambah. Tahu gak, sampai toko emas, si engkoh-nya bilang harusnya kalau mau ngakalin cincin yang kekecilan dateng aja ke toko, karena ada alat yang bisa ngelepas cincin. Huhuhuuu jadi menyesal. Tapi sekaligus jadi tahu kalau toko tsb bisa bantu lepas cincin. Hemm... yasutralah, buat pelajaran.

Dari cerita-cerita tadi, semuanya selalu terjadi dirumah. Bukan karena ortu gak perhatian, tapi karena sayanya aja yang rusuh. Hahaha. Nah kalau cerita berikut kejadiannya dirumah orang, waktu momen lebaran. Kenapa atuh?

Sudah menjadi tradisi jika lebaran hari kedua diisi dengan kegiatan berkunjung ke tempat para tetangga. Karena waktu itu masih kecil, saya lebih memilih ikut ortu keliling dibanding bareng teman-teman tetangga. Pada saat itu kunjungan sampai di rumah guru ngaji. Setelah salaman, kami duduk dibangku-bangku yang telah disediakan. Begitu duduk, eh saya malah loncat berdiri lagi karena ada sesuatu di dengkul saya. Aaoow! Makclekiiitt, kayak ditusuk jarum dan panas. Untungnya sih gak pake nangis, tengsin! Hahhaa. Begitu dicek, ealaah ada tawon gung yang segede gaban sedang ngentup -gigit- kaki saya coba. Huhuuu asem bener, rasanya panas dan pedes. Btw, tawong gung itu tawon yang gede dan warnanya item. Secepat kilat guru ngaji yang sekarang sudah almarhum itu memetikkan bunga soka yang tumbuh di halaman rumahnya. Bunga soka itu lalu dioleskan ke luka sengatan tawon, konon katanya bisa meredakan sakit. Tapi buat saya sih gak juga ya, rasanya tetep pegel linu. Bahkan hari berikutnya malah jadi koreng yang membekas hingga sekarang, meski udah samar. Huhu...

Cerita terakhir masih seputar kejadian dodol di hari lebaran. Tapi lebaran yang jauuuh di jaman jebot, tepatnya saat saya masih balita. Dulu, jaman saya masih balita ortu tinggalnya sangat jauh dari pusat kota Kebumen (kota kabupaten). Udah tinggal jauh, eh gak ada mesjid atau musola pula. Padahal lokasinya dekat jalan raya nasional Jawa Tengah. Makanya ketika idul fitri, ortu memilih ke kota walaupun harus naik bis sambung menyambung. Maklum saat itu belum ada kendaraan. *cian banget emang perjuangannya* Nah lebaran di tahun 90-an itu ibu bapak mesti bawa 2 balita piyik2. Mana tujuannya jauh, repot lagi. Hehehe... Nah pas solat ied, mau gak mau bapak harus pisahan sama ibu. Saya dan adek ikut sama ibu sesama jamaah perempuan. Adek saya berarti jauh lebih bayik dibanding saya. Biasalah ya kalau balita ikut ortu solat mesti bikin ulah. Dimulai dengan adek saya yang nangis kenceng banget, jadi di-teotin sama ibu, ahaha... teot manja tapinyah qaqa! Diakhiri dengan saya yang...... ya ampun tutup muka dulu boleh? Saya yang eng..... ngopet. Hahaaa... apa tuh ngopet? Yaitu eok di celana, diatas sajadah tempat ibu solat. Ya ampuun. Ampuni baim ya Allah. Gimana gak makin rempong tuh emak bapak gue paska solat ied. Lebaran bukannya bahagia malah bikin kesel ya....

Dan setelah kejadian itu, dulu saya jadi hobi banget ngopet. Diem-diem pula. Yang gak kalah dodol itu waktu ikut ibu nganterin besekan+undangan nikahan tante ke kota demi membantu mbah yang mau mantu. Lagian juga kenapa pula saya dulu ikut ya? Hhahaa.. Diajakin jauh-jauh, eh gak tahunya ngopet di bus umum, ya ampun! Tapi gak kecretan di jalanan sih, tetap aman tersimpan sampai celana dibuka. Bahahhaaa... jijay anjir.

Ya begitulah beberapa kejadian konyol yang pernah saya alami. Ngrepotin iya, dodol iya, minta di-keprukin iya. Sebenernya masih banyak lagi, tapi kalau ditulis semua bisa jadi cerbung dong. Yang pasti cobaan banget tuh jadi ortu macem ibu sama bapak waktu itu. Jadi pelajaran banget nih buat saya kalau nanti punya anak. Wwkkwkwkkk...


~tia


Gambar: www.youtube.com
Share
Tweet
Pin
Share
12 Comments

Aslinya, komentar "kok kurusan" itu sama nyebelinnya lho dengan komentar yang bunyinya "kok sekarang berisi ya". Apalagi yang dilontarkan oleh orang yang sama bolak balik tiap kali bertemu. Kalau lagi bener sih saya tanggepin dengan cengengesan, sembari nanggepin "iya dong, pengen kan kamyuu"? Hahahaa. Sama kan kayak kamu yang bodynya berisi, pasti akan nanggepin "udah bahagia sih gue!" sambil naikin alis.

Apakah karena populasi orang yang awet kurus -apalagi setelah menikah dan punya anak- itu jumlahnya lebih sedikit? Sehingga jarang terdengar orang menggerutu akibat badannya yang setipis angin dikomentari orang lain? Sementara yang lebih sering terdengar adalah perasaan mangkel dari orang-orang yang tiba-tiba 'berisi'.

Makanya banyak yang menyangka menjadi awet kurus itu indah, bagus dan impian banyak orang. Hoho... Kalau memang itu indah, berarti saya mesti nambahin kadar syukur dong ya. Tapi toh sekarang saya mah udah pasrah dan tentu saja senang-senang saja dengan kekurusan ini. Karena alhamdulillah jarang diberi sakit yang aneh-aneh. Palingan cuma bengek yang seminggu juga kelar. Pun saya sudah pernah nulis (baca disini) kalau saya bahagia dengan body triplek yang saya punya ini. Dulu waktu nulis itu alesannya karena sering banget disangka sakit, pucet, lemes sama orang yang ngomongnya pake nada kasian. Duuh... emang saya semelas itu apa ya?

Nah, sekarang komentar yang ditujukan ke saya mulai bergeser dari bilang kok ini kok itu, berubah menjadi pertanyaan gimana resep biar tetep kurus. Secara yang nanya sudah mencoba diet mati-matian tapi se-ons pun gak turun. Lha wong abis diet tetep hajar makanan kesukaan sih, gimana mau berubah itu timbangan. Wkwkwkk....

Orang-orang yang nanyain resep kurus itu banyakan sih becanda, tapi sekaligus memperhalus cara berkomentar setiap ketemu sama saya. Mungkin karena gemes kali, liat saya bisa nyelip-nyelip di sela-sela meja dan tembok. Padahal saya mah gak pernah komen body orang, takut ada yang baper cin, udah keseringan baca postingan tentang bapernya dikomen gendutan. Apalagi kalau yang komen saya, yang punya body cungkring gini, bisa dikira beneran ngece. Saya sendiri sekarang udah antibaper, udah kenyang dikomen ini itu. Makanya, mumpung lagi baik nih, saya mau bagi-bagi rahasia awet langsing ala saya. Siapa tau cocok sama sampeyan. Tapi saya gak mau tanggung resiko lho yaa kalau gak cocok. Makanya disclaimer-nya: tips ini hanya pendapat suka-suka saya, bukan tips yang sudah teruji secara kesehatan. Hihi.

Dan judul asli dalam hati sebenarnya adalah Rahasia Awet KURUS Ala Saya, lol. Kalau di atas nulisnya langsing, biar menarik aja di search engine.  

Wes ah, langsung aja ini lho rahasianya kenapa saya itu tetap kurus dari dulu hingga sekarang, simak ya mpok semua:

1. Lebih milih tidur daripada makan
Apalagi saat hari libur. Hari libur means bangun tidur siangan setelah subuh. Saking lengketnya dengan kasur, sudah hal biasa bagi saya untuk melewatkan waktu sarapan, meskipun kadangkala kebangun juga ditengah-tengah tidur. Kalaupun mata udah melek, kadang mikirnya ntar-ntaran, jadinya sering bablas sampai makan siang yang jatuh pada pukul 2. Gilak gak tuh?
Eh tapi kalau makan malem adalah sesuatu yang wajib buat saya, biar perut gak berulah saat terlelap. Kecuali sudah mager bangeet ya mending merem sampai pagi. Bangun-bangun paling jadi zombie.

2. Makan dengan porsi normal atau sedikit
Seperti pernah saya tulis disini, saya itu gak bisa makan super banyak. Perut serasa ada alarmnya kalau udah kekenyangan. Walaupun menu yang disajikan endes surendes tetep aja saya cuma makan sebisa perut menampung. Paling rugi saat diajak makan di restoran all you can eat dan kondangan di gedung. Karena ngambilnya cuma seuprit, cyiin.

3. Picky eater super duper

Yes I am. Dulu, tempe saja saya gak suka. Setiap makan tempe cuma dikritiki pinggirannya yang asin. Tengahnya yang kurang berasa bumbu melayang ke tong sampah atau ke pekarangan tetangga, biar gak ketahuan ibuk. Hoho. Saya juga baru bisa makan ikan setelah kuliah. Itupun diajari si mamas yang doyan ikan. Antipati saya sama ikan gara-gara pernah ada drama duri lele kecantol di tenggorokan dan ikan gurameh bau tanah. Sampai sekarang ikan menjadi lauk nomor kuncrit kalau gak ada pilihan lainnya. 

Lauk ayam maupun sapi pun saya pilih-pilih. Bagian ayam yang jadi favorit cuma paha dan sayap bagian epek2nya. Tentu saja karena porsi kulitnya yang gurih-gurih enyoy lebih banyak dibanding bagian lain. Bagian paling gak suka adalah dada ayam, daging doang isinya, biasanya gak resep bumbu. Nah kalau sapi, aslinya saya suka banget bagian koyor-nya. Apalagi yang dibakar, rasanya kreces-kreces manis. Waktu makan pun berasa gak inget dosa sudah menabung kolesterol di badan. Saya juga suka jeroan sapi macem babat, iso, kikil dan paru. Sementara kalau daging, saya akan makan jika memasaknya super empuk ala soto seger Boyolali. Selain lauk pauk, saya juga seringkali pilih-pilih sayuran. Tapi pilih2nya gak serewel lauk sih. Jadi masih cukup banyak sayuran yang menjadi favorit saya. 

Sebenernya akan lebih baik jika picky eater-nya diterapkan untuk memilih makanan yang sehat. Kurangi jeroan dan lemak, perbanyak sayuran dan buah. Susah emang, mari berjuang bersama! haha.

4. Jarang makan (baca= susah makan)
Dari kecil saya emang susah banget makan. Sampai ibu cerewet banget nyuruh2 makan hampir setiap hari setiap waktu. Dan kecerewatan ibu sekarang menular ke suami untuk urusan isi perut. Doi paling bete kalau saya bingung nentuin makan apa dan dimana. Atau mau masak apa saat harus masak sendiri. Hahaa...

5. Kalau puasa, berbuka dengan yang seadanya
Sejak tinggal di rantau menu buka puasa yang bermacam-macam tidaklah menjadi prioritas. Selain karena malas bikin/belinya, ternyata budaya di rantau saat buka puasa cukup dengan teh manis anget, sepotong dua potong lontong oncom dan gorengan bersambel kacang. Baru makan besar setelah traweh yang mana kondisi mata udah kriyip-kriyip, makan pun jadi males, apalagi kalau mesti masak. Beda banget dengan tradisi buka puasa di rumah yang mana sebelum buka pasti sudah tersaji kolak pisang, kurma, buah potong, lauk pauk dan sayur di meja.

6. Lebih suka less sugar

Karena saya sudah manis *eh* maka saya berusaha mengurangi asupan makanan dan minuman manis selain karena emang gak suka yang kemanisan. Misal saat beli teh botol, saya lebih suka yang less sugar, beli kopi di kafe juga minta gulanya dikit aja. Kue-kuean manis paling nyicip secumit, cuma sekedar tahu rasanya.

7. Kalau lagi stres pelampiasannya jangan makan
Mending tidur! Gak pakai biaya tambahan, toh pikiran kembali fresh setelah bangun. Kalau makan kan mesti keluarin dana tuh, apalagi pas stress biasanya mulut jadi celamitan, pengen macem-macem yang enak-enak. Kalau ada duit mending, kalau enggak? Makin stres lah karena dompet ikutan melompong. wkwkwkwk.

8. Woles sama makanan hits 
Ini sih sebenernya karena saya males pergi yang cuma untuk menyambangi kuliner hits sejagat maya. Males sama antriannya yang macem main ular-ularan. Dan juga males ngeluarin duitnya. Nyahahaa.... biasanya kan makanan hits harganya suka tinggi gimana gitu ya. Padahal mah porsinya belum tentu sesuai. Makanya kalau ada makanan hits di IG atau sosmed lain saya terima ngences ngliatin gambarnya dulu aja. Jika suatu saat pas bepergian ke tempat yang ada makanan hits-nya tsb, baru deh cobain.

9. Gak hobi ngemil
Saya suka beli jajanan macem cistik, ciki-cikian, atau keripik. Tapi setelah dibuka biasanya gak langsung habis. Butuh waktu berhari-hari sampai benar-benar tandas. Itupun kalau saya inget masih punya bungkusan cemilan yang belum abis. Kalau lupa ya alamat masuk kresek sampah karena mungkin sudah expired atau melempem.

10. Pawakan alias turunan
Skak mat kalau alesannya turunan. Haha. Mau dijejeli makanan sebanyak apapun ya bakal tetep langsing. Tapi tentang pawakan ini baru dugaan sementara saya aja kok. Karena dulu pun ibu saya waktu masih gadis body-nya kurus, setelah melahirkan 3 anak baru melar. Makanya saya belum bisa mengklaim 100% rahasia ini meski bapak saya kurus sejak jaman kanak-kanak hingga kini.

Jadi kira-kira itulah rahasia yang bisa saya bagikan untuk menjawab: piye sih carane kok kowe iso kurus terus? Sudah jelas ya semuanya. Rahasia ini boleh juga dianggap sebagai tips iseng-iseng yang bisa dicoba (nomor 1-9) biar gak pada penasaran.

Tapi sebenernya ya, biar kuwus begini, saya masih punya beberapa problem yang mengganjal di hati. Yaitu potensi perut membuncit. Bukan karena hamil, tapi karena tumpukan lemak yang mengendap. Body emang cuma 40 something kilogram *bakar kompor*, tapi timbunan lemak tetep punya lho, jangan salah. Dan sedihnya, si lemak jahat itu ngumpulnya diperut. Selain gak sedap dipandang, lemak-lemak ini juga bisa jadi sumber penyakit kalau gak segara dimusnahkan. Makanya jangan pada protes kalau saya suka ribut pengen fitnes atau aerobik biar punya perut sixpack diatas bobot yang sekian itu. Biar makin paripurna langsingnya, gitu loh *lalu diguyur minyak panas sama ibu2 fitnes*.

Problem lainnya terkait dengan ukuran baju. Paling jueeengkeel sama ukuran allsize. Karena udah pasti kegomboran. Nyari celana juga gitu, susah banget dapet yang pinggangnya ngepas di perut. So, siapa bilang awet kurus itu selalu indah? Hihi.

Intinya berarti harus tetap bersyukur, mpok. Masih dikasih sehat dan aktif berkegiatan sama Yang Diatas. Yang penting pinter-pinter menjaga pola hidup meski berat badan masih belum sesuai keinginan.

Gambar:  www.datehookup.com

\\
Share
Tweet
Pin
Share
17 Comments
Newer Posts
Older Posts

About me




introvert, simple, cats lover, photograph
writing, sharing, reading & cooking enthusiast


INSTAGRAM

Follow Us

  • Twitter
  • Facebook
  • Instagram

Headline

Ealah, Kena Covid Juga Kan

Jika awal tahun 2020 dimulai dengan banjir air hujan, tahun 2021 kok yaa diawali dengan banjir air mata gara-gara Covid19. Sebuah awalan yan...

Categories

life in my opinion haloahza! traveling resep in my review lovelife #30harimenulis #icip2 motherhood nostalgia cerita umroh diary pregnancy Marriage cerita menyusui parenting random thought MyWeddingDay anniversary teknik industri obrolan wanita worklife

Blog Archive

  • ►  2022 (2)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  March 2022 (1)
  • ►  2021 (10)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  October 2021 (1)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  May 2021 (1)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  January 2021 (3)
  • ►  2020 (8)
    • ►  December 2020 (1)
    • ►  May 2020 (2)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
  • ►  2019 (23)
    • ►  December 2019 (1)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  August 2019 (3)
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  June 2019 (1)
    • ►  May 2019 (2)
    • ►  April 2019 (2)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (6)
    • ►  January 2019 (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  December 2018 (9)
    • ►  November 2018 (8)
    • ►  October 2018 (1)
    • ►  September 2018 (2)
    • ►  August 2018 (1)
    • ►  July 2018 (1)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  May 2018 (7)
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  February 2018 (2)
    • ►  January 2018 (1)
  • ►  2017 (8)
    • ►  December 2017 (1)
    • ►  September 2017 (2)
    • ►  February 2017 (2)
    • ►  January 2017 (3)
  • ▼  2016 (65)
    • ►  December 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  October 2016 (4)
    • ►  September 2016 (7)
    • ►  August 2016 (4)
    • ►  July 2016 (3)
    • ▼  June 2016 (11)
      • Blog dan Video Inspirasi Memasak Terfavorit 2016
      • Gadis Kecil Bergamis Bunga-Bunga
      • Pertanyaan Sensitif di Hari Raya, Hadapi, Lawan at...
      • Five Years of Worklife, Joyeux Anniversaire!
      • Menghadirkan Soto Seger Solo di Rumah Sendiri
      • Yang Bodor di Jaman Piyik
      • Rahasia Awet Langsing Ala Jeng Tia
      • Jelajah Wisata Hokkaido di Musim Panas
      • What Kind of Group Chat (Socmed) Do You Have?
      • Tergantung Siapa
      • Kondisi Rumah Sakit yang Bikin Senewen
    • ►  May 2016 (5)
    • ►  April 2016 (8)
    • ►  March 2016 (7)
    • ►  February 2016 (6)
    • ►  January 2016 (8)
  • ►  2015 (26)
    • ►  December 2015 (8)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  October 2015 (4)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  August 2015 (4)
    • ►  April 2015 (3)
    • ►  March 2015 (1)
    • ►  January 2015 (3)
  • ►  2014 (38)
    • ►  December 2014 (2)
    • ►  October 2014 (1)
    • ►  July 2014 (1)
    • ►  June 2014 (5)
    • ►  May 2014 (6)
    • ►  April 2014 (8)
    • ►  March 2014 (4)
    • ►  February 2014 (6)
    • ►  January 2014 (5)
  • ►  2013 (26)
    • ►  December 2013 (3)
    • ►  November 2013 (2)
    • ►  October 2013 (2)
    • ►  September 2013 (4)
    • ►  August 2013 (1)
    • ►  July 2013 (1)
    • ►  June 2013 (2)
    • ►  May 2013 (4)
    • ►  April 2013 (2)
    • ►  March 2013 (2)
    • ►  February 2013 (2)
    • ►  January 2013 (1)
  • ►  2012 (13)
    • ►  December 2012 (3)
    • ►  November 2012 (7)
    • ►  October 2012 (2)
    • ►  July 2012 (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  January 2011 (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  December 2010 (5)
    • ►  April 2010 (1)
  • ►  2009 (5)
    • ►  April 2009 (2)
    • ►  February 2009 (1)
    • ►  January 2009 (2)
  • ►  2008 (33)
    • ►  December 2008 (6)
    • ►  November 2008 (2)
    • ►  September 2008 (3)
    • ►  August 2008 (3)
    • ►  June 2008 (2)
    • ►  May 2008 (2)
    • ►  April 2008 (4)
    • ►  March 2008 (2)
    • ►  February 2008 (1)
    • ►  January 2008 (8)
  • ►  2007 (38)
    • ►  December 2007 (4)
    • ►  November 2007 (1)
    • ►  October 2007 (8)
    • ►  September 2007 (12)
    • ►  August 2007 (7)
    • ►  June 2007 (1)
    • ►  May 2007 (5)
Copyright Tia Putri. Powered by Blogger.

#eatandcook

#eatandcook

#japantrip

#japantrip

Most Read

  • time capsule
    Menjadi Pendengar yang Baik
  • mamarantau
    Merantau di Anjo, Aichi, Jepang
  • La Bellezza della Semplicita
    An Unexpected Stay, A Life Reset
  • Life begins at 30…
    Liburan di Tokyo
  • carissavitri
    “Bu, Capek. Mau Sama Ibu Aja Selamanya”
  • Gembul Kecil Penuh Debu
    Mangut Iwak Wader ❤
  • Catatan Nyempil Kalau Lagi Ada Waktu
    Matilda's 6th Birthday Celebration
  • The Sun is Getting High, We're Moving on
    Lulus Cum Laude, Penting Gak Sih?
  • it's my point of view
    SGM Eksplor bersama Indomaret Dukung Pendidikan Anak Generasi Maju di Masa Pandemi
  • Talk about family, daily life, living, and us
    On Her Wedding Day
  • / besinikel
    1000 hari pertama Yaya, ngapain aja?
  • Masrafa.com
    Memilih Suplemen Dibantu Jovee
  • rocknroll mommy
    Makin Susah Cari Blogger
  • Jerapah Keriting
    Karena Harta yang Berharga adalah Foto Sekolah..
  • Afifa Ayu's Music Box ❤
    Update: My first baby publication!
  • Alfira Fitrananda
    When I’m Sick
  • Lafamilledewijaya
    Resik V Godokan Sirih : Buat Yang Pengen Alami Dan Praktis
  • rumahduapohon
    happy 7th anniversary mr. kumis!
  • santistory
    Manajemen Kulkas dan Belanja Mingguan
  • Mengumpulkan cerita yang terserak
    On this day, 8 Years Ago..
  • let the beast in!
  • Citraningrum
Show 5 Show All

Stats

Member of

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates